TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dihantam Pandemik, Omzet Dupa Herbal Ni Made Rini Turun 50 Persen

Dupa emang jadi sarana persembahyangan wajib di Bali

Pemilik UKM Dupa Merta Pudak Wangi, Ni Made Rini Wahyuni. (Dok.IDNTimes/Istimewa)

Tabanan, IDN Times - Dupa termasuk sarana umat Hindu di Bali untuk persembahyangan secara rutin keseharian maupun upacara besar. Karenanya usaha jual beli dupa di Bali tidak pernah ada matinya. Namun karena potensi pasarnya besar, maka banyak Unit Kecil Menengah (UKM) maupun perusahaan besar terjun ke dunia usaha ini.

Supaya berbeda dari lainnya, Dupa Merta Pudak Wangi mengeluarkan produk dupa herbal. Semua bahan bakunya alami dan proses pembuatan dupa masih menggunakan tangan. Ternyata peminatnya banyak. Namun permasalahan baru mulai muncul. Usahanya ikut terkena dampak pandemik COVID-19.

Usaha yang dikembangkan oleh Ni Made Rini Wahyuni dari Jambe Blodan, Kecamatan Tabanan ini ikut terhantam dan mengalami penurunan omzet sampai 50 persen. Tidak menyerah begitu saja, Rini tetap melakukan inovasi-inovasi supaya usahanya tetap bertahan di tengah badai pandemik.

Baca Juga: 5 Orang Calon Pengantin di Tabanan Bali Terindikasi Kekurangan Gizi

Baca Juga: Warga di Tabanan Pasang Kantung Plastik Depan Rumah biar Dapat Sembako

1. Berlatar belakang sebagai perawat, Rini kembangkan dupa herbal

Produk dupa dari Merta Pudak Wangi (Dok.IDNTimes/Istimewa)

Semenjak berhenti sebagai perawat pada tahun 2017 lalu, Rini mencoba peruntungan dengan berjualan dupa.

"Saya berhenti dari pekerjaan untuk fokus mengurus anak. Lalu dapat ide dari suami untuk menjual dupa. Sebab, produk ini dibutuhkan dan permintaaan akan selalu ada," ujarnya, Wahyuni, Jumat (17/9/2021).

Awalnya, Rini hanya mengambil dan menjual produk dupa dari pabrik. Namun pabrik tersebut mau mengajarkan Rini cara membuat dupa. Setelah mengetahui basic pembuatannya, ia kemudian bertanya-tanya pada pengrajin dupa lainnya. Dari situ ia jadi tahu, bahwa dupa di pasaran kebanyakan menggunakan pewangi kimia seperti methanol, dan pewangi pakaian.

"Saya sendiri menderita asma. Memang efeknya tidak langsung tetapi lama kelamaan karena mengisap dupa dengan bahan dasar kimia, tidak baik untuk kesehatan,'' katanya.

Bermodal dari pengetahuannya selama menjadi perawat, Rini mencoba membuat dupa herbal berbahan dasar alami. Selain dupa herbal, kini Rini juga membuat dupa beraroma esensial dengan total 10 jenis wewangian.

"Untuk wangian esensial ini pun memang untuk wewangian dupa. Jadi tidak memakai pewangi yang mengandung methanol atau pun pewangi pakaian," jelasnya.

2. Dalam setahun, produk dupa herbal sudah diterima baik di pasaran

Produk dupa dari Merta Pudak Wangi (Dok.IDNTimes/Istimewa)

Setelah setahun berjalan, produk dupanya banyak peminat. Rata-rata dalam seminggu, ia bersama suami dan satu orang pekerja bisa menghasilkan 100 dus, di mana satu dus berisi 30 kilogram dupa.

Dalam membuat dupa ini, kala itu saya tidak hanya sendiri. Tetapi menggandeng pengrajin dupa lainnya. Ada tiga pengrajin dan biasanya bahan baku saya yang siapkan," ungkapnya.

Supaya tidak ditiru, Rini telah mendaftarkan produknya ke Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), dan kini sedang berusaha untuk mengurus logo yang akan dipasang.

Berita Terkini Lainnya