TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Yayasan Kebaktian Proklamasi Bali, Ikon Pahlawan Ngurah Rai 

Mulanya dibangun untuk anak yatim piatu para korban revolusi

Ketua Pengurus YKP Bali, I Gusti Ngurah Gede Yudana. (IDNTimes/Ni Ketut Sudiani)

Denpasar, IDN Times - Nama pahlawan I Gusti Ngurah Rai telah banyak digunakan untuk penamaan tempat-tempat penting di Bali. Termasuk bandar udara yang menjadi pintu masuknya para wisatawan domestik dan mancanegara. Bahkan potretnya diabadikan dalam lembaran uang kertas Rp50 ribu.

Namun di balik semua itu, keberadaan Yayasan Kebaktian Proklamasi (YKP) Bali, yang kini diketuai oleh anak sulung pahlawan I Gusti Ngurah Rai, I Gusti Ngurah Gede Yudana (79), justru jauh dari perhatian publik. Meskipun tak banyak disorot, namun Yudana beserta timnya tetap bersiteguh menjalankan semangat para pahlawan, berkomitmen untuk menanamkan rasa nasionalisme dan patriotisme, khususnya kepada generasi muda. 

Bagi kamu yang belum mengenal YKP, berikut sejarah serta kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan selama ini:

Baca Juga: 6 Benda Pusaka di Museum TPB Margarana Tabanan Hilang Dicuri

Baca Juga: Mengenang Perempuan Ajudan Soekarno dari Bali, Wafat di Usia 72 Tahun

1. Didirikan oleh para pejuang Bali sejak 3 Oktober 1951

Taman Pujaan Bangsa Margarana (Facebook.com/PPM Bali)

YKP didirikan pada 3 Oktober 1951 oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia di Bali yang sekarang disebut Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI), bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali. Para pejuang Bali kala itu diwakili oleh I Nengah Wirta Tamu (Bapak Tjilik) dan I Made Sugita. Sementara Pemprov Bali diwakili oleh Anak Agung Bagus Sutedja dan I Gusti Gede Subamia.

Awalnya YKP merupakan singkatan dari Yayasan Kebaktian Pejuang. Namun kemudian diubah menjadi Yayasan Kebaktian Proklamasi. Perubahan tersebut dilakukan karena mengikuti instruksi Menteri Pertahanan Republik Indonesia. Dinyatakan di dalam instruksi tersebut, bahwa tidak dibenarkan nama suatu badan usaha menggunakan kata Veteran atau pejuang. Perubahan nama Yayasan itu berdasarkan hasil keputusan rapat gabungan Badan Pengurus, Dewan Pengawas, dan Dewan Penasehat YKP pada 4 Mei 1959.

Dengan didirikannya lembaga sosial tersebut, diharapkan penderitaan para pejuang kemerdekaan Indonesia dan keluarga mereka, dapat diatasi atau setidaknya diminimalkan. Pada mulanya, YKP Bali memang lebih banyak fokus pada memelihara anak yatim piatu para korban revolusi. Selain itu juga untuk memberikan pensiunan kepada para janda pahlawan korban revolusi dan mengurus para pemuda gerilya yang baru turun gunung.

"Sekarang bagaimana caranya untuk bisa terus mempertahankan dan meneruskan semangat para pejuang itu," tegas Ketua Pengurus YKP Bali, I Gusti Ngurah Gede Yudana.

2. Menitikberatkan pada bidang pendidikan untuk masyarakat kurang mampu

Ilustrasi Pendidikan (IDN Times/Arief Rahmat)

Seiring berjalannya waktu, anak-anak yatim piatu korban revolusi tersebut beberapa ada yang sudah berhasil. Namun ada pula yang kehidupannya kurang baik. Karenanya, menurut I Gusti Ngurah Gede Yudana, pengurus YKP Bali pada saat ini lebih banyak menitikberatkan pada program kegiatan di bidang pendidikan. Lebih khusus lagi pendidikan yang dapat diakses oleh masyarakat kurang mampu.

“Pada masa perjuangan, para pahlawan banyak dibantu oleh masyarakat, terutama masyarakat kurang mampu. Berdasarkan hal tersebut, kami mendirikan SMK Teknologi Wira Bhakti Denpasar dan STISPOL Wira Bhakti Denpasar dengan biaya pendidikan yang terjangkau,” katanya.

Yudana menekankan, kehadiran kedua sekolah itu adalah untuk memberikan pendidikan yang bisa menjangkau rakyat kecil sebagaimana amanah para pahlawan ketika berjuang melawan para penjajah. Biaya yang dibebankan kepada para siswa pun terbilang murah.

"Saya berusaha menekan biaya semaksimal mungkin. Bahkan bila ada orangtua murid yang tidak setuju akan biaya tertentu, saya tidak segan-segan untuk mengembalikan kembali biaya itu," ungkapnya.

Berita Terkini Lainnya