TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Seni Memahami Orangtua Supaya Bisa Hidup Berdampingan

Tak jarang anak dan orangtua punya sudut pandang berbeda

ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Siapa sih yang tak mau memiliki kehidupan yang penuh dengan kedamaian? Rasanya semua orang menginginkannya, termasuk kamu. Apalagi saat hidup berdampingan bersama orangtua yang memiliki karakter cukup berbeda darimu. 

Harapanmu begitu besar agar saling memahami dan bisa hidup berdampingan dengan baik-baik. Bisa menertawakan hal humor bersama, hingga terbuka saat ada masalah serius yang tengah menimpa. Terlebih, bisa saling bijaksana dalam menyelesaikan perbedaan sudut pandang. Berikut sederet seni memahami orangtua untuk mewujudkan kehidupan yang ideal bersama-sama, berdasarkan pengalaman pribadi penulis.

1. Pahami ego senioritas orangtua

Menjadi poin pertama dan utama, sebagai seorang anak memang sudah sepantasnya memiliki sopan santun terhadap orangtua. Selayaknya menjadi manusia yang tahu diri atas berbagai kebaikan sang orangtua. Mulai dari melahirkan kamu dengan taruhan nyawa, hingga bekerja keras untuk membiayai kebutuhan hidup anaknya.

Memang semua itu ialah tanggung jawab sebagai orangtua, bukan utang seorang anak. Mungkin orangtua juga tidak bisa melepaskan diri dari kesalahan kecil selama menjalankan perannya itu. Namun, di balik itu semua sebagai manusia yang berbudi, sudah sepatutnya tetap hormat kepada orangtuanya sendiri. 

Sehingga untuk bisa hidup berdampingan dengan baik bersama orangtua, maka dibutuhkan pemahaman akan ego senioritasnya. Ya, keinginan untuk dijunjung nilainya, dihargai, dihormati, dengan posisi orangtua ada di atas anaknya.

2. Pahami emosional orangtua

Hidup berdampingan dengan orangtua tentu tak lepas dari interaksi yang intens di setiap harinya, ya. Supaya kehidupan bersama bisa terus berjalan harmonis, ada baiknya untuk mengenal aneka emosi yang dimiliki oleh orangtua.

Emosional di sini tak hanya negatif, tidak selalu berupa orangtua yang cerewet dan hobi mengomel. Tetapi juga bisa berupa emosi afektif yang lahirnya spontan dari perasaan. Sesederhana menangis sesenggukan saat menonton drama yang tragis. 

Nah, sebagai anak perlu memahami emosi yang tengah dirasakan oleh orangtuanya. Hal ini penting untuk menumbuhkan simpati dan empati terhadap orangtua. Seperti jangan menyulut emosinya ketika sedang marah. Pun validasi perasaannya yang tengah bersedih hingga lelah tanpa menyangga ataupun kontra. Hal tersebut untuk meminimalisir terjadinya perdebatan hingga pertengkaran.

3. Selalu berdiskusi dengan mengikuti tipe ngobrol versi orangtua

Secara lebih lanjut, hidup berdampingan dengan orangtua tentu tak bisa lepas dari adanya kegiatan berdiskusi. Mulai dari obrolan ringan, hingga yang kompleks dan menuai perbedaan pendapat.

Sederhananya, bisa saja sang anak menyakini akan kebenaran suatu hal. Terlebih, saat menyangkut dengan kebaikan hidupnya sendiri. Di sisi lain, orangtua juga bersikeras dengan sudut pandangnya dan berpikir demi kebaikan anaknya.

Di sinilah dibutuhkan seni memahami orangtua terkait tipe diskusi yang disukai dan dipercayai olehnya. Apakah orangtua tipe yang bisa disadarkan dengan sekadar teori yang masuk akal, ataukah harus praktik terlebih dahulu? Terlebih harus dibuktikan secara langsung. 

4. Jangan memperkeruh suasana saat sedang berselisih paham

Mengacu pada poin utama akan ego senioritasnya sebagian orangtua. Maka, perlu ditekankan bahwa selayaknya sedang berdebat dengan bos atau atasan kerja. Ketika sedang berselisih paham, tentunya harus ada aturan main hingga batasan terkait sopan santun.

Ketika bersitegang dengan orangtua yang sama-sama keras dan bernada tinggi, tentu tak akan ada titik temu sebagai penyelesaiannya. Ingat, kamu di sini sebagai bawahan, jika ingin membuatnya setuju, maka tak bisa dengan cara memaksa atasan dengan kekuasaan yang dimiliknya.

Merendah pun jadi wujud memahami orangtua untuk meredam emosinya saat itu. Hingga di saat yang tepat, kamu bisa melanjutkan diskusi dengan situasi dan kondisi yang lebih mendukung.

5. Jika perlu, hadirkan orang kepercayaan orangtua sebagai mediator

Pada titik puncak tertentu, saat dirasa tak bisa menemukan kesepakatan dengan orangtua, maka ada baiknya untuk memahaminya dengan cara mendatangkan mediator yang bersifat netral.

Tak sembarang mediator, usahakan sosok ini ialah panutan, idola, yang kehadirannya dihargai hingga dipercaya orangtuamu. Dengan begitu, kamu jadi punya nilai dukung untuk memperjuangkan pendapatmu.

Besar kemungkinannya orangtua akan lebih mendengarkan dengan saksama jika sang mediator tersebut yang berbicara. Sehingga harapannya tujuanmu bisa terwujud, atau setidaknya menemukan titik tengahnya.

Seni memahami orangtua memang terasa tak mudah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, ya. Rasanya, terkesan tak adil dari sisi seorang anak. Namun, yakin dan percayalah tak ada usaha yang sia-sia. Orangtuamu akan melihat usahamu untuk bisa terus hidup berdampingan dengan baik-baik saat bersamanya. Jadi, semoga perlahan orangtua juga mau belajar untuk memahami anaknya, ya.

Verified Writer

Melinda Fujiana

Have a nice day!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya