TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Kejadian Alam di Pekarangan Rumah yang Membawa Aura Negatif

Hati-hati kalau ada hewan yang bersenggama di dalam rumah

foto hanya ilustrasi (unsplash.com/Wynand van Poortvliet)

Penulis: Community Writer, Ari Budiadnyana

Rumah adalah impian semua orang, yang ternyata tidak semudah itu untuk mendapatkannya. Selain harganya mahal, untuk membangun rumah juga perlu memerhatikan banyak aspek. Satu di antaranya posisi rumah. Masyarakat Hindu di Bali percaya, bahwa posisi rumah dapat membawa dampak positif maupun negatif bagi penghuninya.

Kepercayaan ini tertuang dalam Lontar Bhama Kretih, yaitu lontar Tattwa di Bali yang berisi tentang areal pekarangan rumah (Karang) beraura baik (Positif) dan buruk (Negatif).

Lontar ini juga membahas ciri-ciri atau kejadian alam di pekarangan rumah, yang membuatnya menjadi karang panes. Yaitu membawa dampak negatif bagi penghuni rumah. Misalnya keluarga tidak harmonis, sering bertengkar, boros, terkena sakit yang tidak jelas atau berkepanjangan, tertimpa bahaya seperti kecelakaan bahkan hingga menyebabkan kematian.

Berikut ini kejadian alam di pekarangan rumah yang membawa dampak negatif bagi penghuninya.

Baca Juga: Ciri-ciri Pekarangan Rumah Aura Positif Versi Bali

1. Pekarangan mengeluarkan asap

foto hanya ilustrasi (unsplash.com/Max Kukurudziak)

Muah bumi sayongan ketiban kuwug-kuwug, panes bhumi ika, ring pekarangannya metu kukus, panes karang ika.

Artinya, jika ada asap keluar dari tanah pekarangan, atau ada sejenis pelangi pada malam terang bulan, itu pertanda kurang baik.

Baca Juga: 10 Ciri-ciri Pekarangan Rumah Aura Negatif Versi Bali

2. Hewan bersenggama di dalam rumah

foto hanya ilustrasi (pixabay.com/islandworks)

Malih bawi baberasan satha asaki ring salu muang tabuan sirah dipakubonannya, lelipi masuk ring pakubonannya panes karang ika, muah pakubwania mebaha.

Artinya, jika pada saat menyembelih babi dagingnya menyerupai butiran-butiran beras, itu pertanda karang panes. Begitu pula ada hewan bersenggama di dalam rumah, ada tawon bersarang di dalam rumah, atau ada ular masuk rumah, itu pertanda pekarangan panes.

3. Rumah bekas kebakaran

foto hanya ilustrasi (pexels.com/652234)

Yan hana umah puwun, lakare taler kari ingangge pada cacade lawan nagasesa tan pegat milara, muah yan ana bale pungkat malih jujukang sejabining gebug lindu mageng maka gumi pada cacde ring baleen puwun lakare.

Artinya, jika ada rumah dari bekas kebakaran itu sama halnya seperti memelihara ular berbisa. Yaitu menyebabkan penghuninya mendapatkan penderitaan terus menerus. Begitu pula jika ada bangunan rumah roboh yang didirikan kembali (Kecuali dirobohkan oleh gempa), sama buruknya dengan menggunakan kayu bekas kebakaran.

Baca Juga: 7 Mantra Penangkal Leak, Bisa Digunakan Sehari-hari

4. Ada pohon roboh tanpa sebab

foto hanya ilustrasi (unsplash.com/Terra Strickland)

Yan ana tayu rempak, pungkat muang punggel tan pakarana pada panese tan pegat amilara, muah nyuh macarang, buah macarang, jaka macarang, ental macarang, biyu mecarang, muwah wetunya kembar tunggal panese kadi kagni bhaya, kapanca bhaya.

Artinya, jika ada pohon yang rempak, roboh, patah tanpa ada sebabnya, itu disebut panas dan tidak henti-hentinya akan mendapatkan bahaya. Kalau ada pohon kelapa yang bercabang, pohon pinang bercabang, pohon enau yang bercabang, pohon rontal bercabang, pohon pisang bercabang dan tumbuhnya kembar, sama bahayanya (Panasnya) seperti kagni bhaya (Kebakaran) dan kepanca bhaya (Lima jenis pembunuhan).

5. Ada bangunan di pekarangan rumah yang tertimpa kayu

foto hanya ilustrasi (unsplash.com/Karthik Chandran)

Muah yan ana pakubuwan keni ketampig taru rebah karipu bhaya ngaran panes, yan ana sanggah pungkat muwang jineng, pawon pungkat tan pakrana, muwang katiben amuk, kalebon amuk panca bhaya ngaran panes, yan ane ngawe pungkate panes karang ika, kewala pungkat tan wenang ingangge, wenang gentosin lakarne sami.

Artinya, jika ada pekarangan atau bangunan tertimpa kayu yang roboh, itu namanya karipu bhaya atau juga disebut sebagai karang panes.

Jika ada tempat suci, jineng, atau dapur yang roboh tanpa sebab atau karena diamuk orang atau dimasuki oleh orang yang sedang mengamuk, itu namanya panca bhaya (Panas). Setiap ada bangunan yang roboh, maka tidak bisa digunakan kembali dan seluruh bahan bangunannya wajib diganti.

Baca Juga: Doa Pengampun Dosa Menurut Hindu Bali

Berita Terkini Lainnya