Perlu Ilmu Khusus untuk Menuangkan Rasa Menjadi Aksara
Banyak ilmu yang dibagikan selama Ubud Food Festival 2022
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kebudayaan suatu daerah tidak hanya terbatas dalam bentuk bangunan bersejarah, bahasa daerah, adat-istiadat, atau kesenian saja. Sebab kuliner lokal pun masuk ke dalamnya, jadi patut untuk dilestarikan.
Supaya tidak punah, maka keberadaan kuliner lokal tak cukup hanya diwujudkan dalam bentuk makanan atau minuman yang bisa dinikmati oleh indera perasa saja. Segala macam latar belakang terbentuknya kuliner tersebut hingga resepnya wajib untuk dituangkan dalam bentuk tulisan, agar bisa menjadi catatan sejarah yang tidak hilang begitu saja.
Misi mulia inilah yang menjadi perhatian dari Ade Putri Paramadita, seorang culinary storyteller yang rajin membagikan kisah sejarah dan budaya kuliner Indonesia ke mata dunia. Dalam sesi lokakarya Culinary Storytelling: Finding Your Voice di Ubud Food and Festival 2022 pada 25 Juni 2022 lalu, di mana Ade menjadi pembicara utamanya, ia membagikan banyak ilmu terkait culinary storytelling ini.
Seperti apa keseruan acara dan cuplikan ilmu yang ia bagikan? Berikut ulasannya.
1. Menulis kuliner tak terbatas pada resep saja
Dalam melakukan sesuatu hal, tentu kita harus memiliki tujuan yang jelas. Begitu pula dengan storytelling atau menulis mengenai kuliner Indonesia. Ade Putri menjelaskan, ada banyak tujuan yang melatarbelakangi penulisan kuliner Indonesia. Mulai dari hal yang sederhana seperti memahami kuliner dengan baik, mengenal bahan penyusun kuliner yang punya karakteristik dan nilai sendiri, memahami proses pengolahannya yang sarat akan filosofi, hingga ditransformasikan dalam bentuk tulisan yang bisa menjadi catatan sejarah suatu tempat.
"Tulisan yang baik mengenai kuliner lokal baik makanan atau minuman akan membuat pembaca berimajinasi tentang kuliner tersebut sehingga bisa menggugah selera dan menggiring terciptanya pengalaman santap. Tujuan kepenulisan sendiri bukan untuk menjadi kritikus makanan, namun sebagai penulis makanan," ujar Ade Putri di awal lokakarya yang berlangsung selama kurang lebih 3 jam tersebut.
Lantas, apa saja hal yang bisa ditulis tentang kuliner?
Ternyata ada begitu banyak hal yang bisa untuk diangkat dari kuliner lokal itu sendiri, tak terbatas pada kepenulisan resep saja.
Menurut Ade Putri ada 4 topik utama yang bisa ditulis yakni cita rasa makanan, sejarah dan budaya yang melatarbelakanginya, bagaimana atau proses pembuatannya, hingga minat masyarakat tentang kuliner tersebut.
Maksud dari minat itu sendiri adalah seberapa sering kuliner tersebut dibuat; apakah hanya di acara tertentu atau bisa menjadi makanan sehari-hari.