TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Wejangan Sri Krishna Tentang Cinta Buta Pada Anak

Wejangannya sangat revelan dengan kehidupan sekarang

Berbagai Sumber

Siapa yang tidak tahu kisah Mahabharata. Genderang perang Bharatayuda antara saudara sepupu, yakni Pandawa dan Kurawa (Dinasti Kuru), itu terjadi di medan Kuruksetra. Pertempurannya menyisakan banyak wejangan tentang kehidupan. Karena Sri Krishna (Manifestasi atau perwujudan Tuhan) ikut di dalamnya. Sri Krishna memilih menjadi kusir dari Arjuna dan memihak kepada Pandawa.

Sedangkan pihak kaum Kurawa diperkuat oleh tiga panglima perang hebat. Yakni Kakek Bhisma, Guru Drona, dan Ksatria Karna. Ketiga tokoh tersebut sebenarnya memiliki jiwa yang baik. Namun karena ketidaktahuannya akan pengetahuan yang sejati, mereka malah berada di pihak Kurawa yang jelas-jelas banyak melakukan ketidakbenaran sepanjang hidupnya.

Ketiga tokoh ini pun menerima wejangan dari Sri Krishna sebelum menerima kematiannya di medan perang.

Satu tokoh yang mendapatkan wejangan Sri Krishna adalah Guru Drona. Guru Drona merupakan guru yang mendidik Pandawa dan Kurawa sebagai seorang ksatria. Ketika pertempuran, Guru Drona malah memilih pihak Kurawa. Padahal dirinya tahu kalau Kurawa banyak melakukan ketidakbenaran. Guru Drona terpaksa berpihak kepada Kurawa. Karena anak kesayangannya Guru Drona, Aswatama, memihak kepada Kurawa juga. Guru Drona terperdaya oleh cinta buta kepada anaknya.

Dari sinilah, banyak wejangan Sri Krishna yang diberikan kepada Guru Drona. Terutama tentang bagaimana menjadi orangtua dan seorang guru. Nasihat-nasihat Sri Krishna bahkan masih sangat relevan diterapkan. Berikut wejangan Sri Krishna kepada Guru Drona:

Baca Juga: 4 Pesan Bijak Tetua Bali yang Tidak Boleh Kamu Lupakan

1. Guru Drona teperdaya setelah mendengar kematian anaknya

Elliottelford.com

Setelah Kakek Bhisma jatuh tersungkur di medan laga, Kurawa selanjutnya menunjuk Guru Drona sebagai panglima perang. Guru Drona sama sekali tak gentar ketika melawan murid-murid kesayangannya, Pandawa. Hingga akhirnya ia teperdaya dengan berita kematian anaknya sendiri, Aswatama.

Kala itu, Pandawa memang membunuh Aswatama. Tetapi yang dibunuh bukanlah Aswatama anak Guru Drona. Melainkan Aswatama seekor gajah. Singkat cerita, Guru Drona menerima kabar palsu tentang kematian putranya. Sebelum menyapu peperangan, Guru Drona pun diberitahu oleh Pandawa kalau Aswatama telah mati. Seketika Guru Drona seperti rapuh karena mendengar berita itu.

Namun Guru Drona tak langsung percaya. Guru Drona baru akan percaya jika yang berbicara adalah Yudistira (Kakak tertua dari Pandawa). Mengapa demikian? Karena Yudistira adalah orang yang dianggap paling jujur dan tidak pernah berbohong. Pada saat itu, Yudistira memang menyebut nama Aswatama yang telah mati.

Mendengar pengakuan Yudistira yang menurutnya tidak mungkin berbohong, Guru Drona seperti kehilangan kendali atas dirinya, dan bersiap untuk meluluhlantakkan medan peperangan. Namun Sri Krishna memberikan wejangan kepada Guru Drona.

Baca Juga: 7 Doa Agama Hindu Supaya Mendapatkan Kedamaian Hidup

2. Membahagiakan anak tak hanya cukup dengan memenuhi kebutuhannya. Tetapi setiap orangtua juga harus memperindah karakter anaknya, agar bisa membuat keputusan yang benar

Twitter.com/mahabharatatop

Ketika Guru Drona bersiap untuk meluluhlantakkan medan peperangan, Sri Krishna datang untuk memberikan wejangan tentang bagaimana orangtua semestinya mendidik anak. Sri Krishna menekankan pentingnya membentuk karakter anak agar mampu membedakan mana yang baik dan buruk. Sehingga nantinya, meskipun orangtua sudah tiada, anak bisa membuat keputusan yang benar dalam menjalankan hidupnya. Berikut percakapan antara Sri Krishna dan Guru Drona.

Sri Krishna:

Sebelum kau mengambil senjatamu, bermeditasilah melalui pertanyaan-pertanyaanku ini. Jika aku memberitahumu bahwa Aswatama yang mati bukanlah Aswatama putramu, tetapi seekor gajah. Apakah hidupmu akan terasa kembali menyenangkan? Apakah hatimu akan jadi penyayang lagi?

Drona:

Kau berbicara kebenaran Basudewa (Nama lain dari Sri Krishna)? Anakku sebenarnya masih hidup?

Sri Krishna:

Jika putramu tidak mati hari ini, dia pasti akan mati besok. Tidak ada yang abadi di dunia ini, Guru Drona. Tapi pertanyaanku sebenarnya adalah di kehidupanmu yang menyenangkan dan menderita, harapan dan kekecewaan, pengetahuan dan ketidaktahuan dan yang lainnya terikat semata-mata untuk putramu saja. Apakah hidupmu tidak memiliki tujuan yang lain? Apakah semua kekuatan dan pengetahuanmu semata-mata hanya demi putramu saja?

Drona:

Tentu saja, ia datang ke dunia ini karena aku. Dia yang memberikanku kesenangan, kehormatan, dan perhatian. Tidak ada seorangpun yang lebih penting dari dia. Tidak ada! Bukankah semua ayah sangat mencintai anaknya?

Sri Krishna:

Kalau begitu pikirkan ini Guru Drona! Kau memiliki cinta yang tak terbatas pada putramu. Apa sebenarnya yang telah kau berikan padanya?

Drona:

Ku berikan kebahagian, kekayaan, dan sebuah kerajaan!

Sri Krishna:

Lalu nilai yang benar? Kau memberinya pengetahuan? Apakah kau mengajarinya tentang kebenaran, Guru? Apakah kau memberikan sesuatu yang akan menghilangkan ketergantungannya pada perlindunganmu? Aku setuju bahwa tidak semua orang bisa jadi ksatria tangguh seperti Arjuna dan Raja Angga (Ksatria Karna). Tapi setidaknya untuk putramu itu, bisa kau ajarkan untuk membuat keputusan yang benar. Seandainya saja itu sudah kau berikan, maka putramu itu tidak akan memusuhi kebenaran hari ini. Dan bahkan kau pun tidak harus berperang dengan memihak pada ketidakbenaran!

3. Cinta memberikan kebebasan, sedangkan cinta buta mengikat seseorang

Indiatimes.com

Dialog antara Sri Krishna dan Guru Drona berlanjut. Guru Drona tetap kukuh dengan pandangannya, bahwa selama ini ia sudah memberikan cinta tak terbatas kepada putra kesayangannya itu.

Namun Guru Drona tak menyadari jika yang diberikannya adalah cinta buta. Guru Drona terlalu memanjakan Aswatama. Sehingga apapun permintaan Aswatama selalu dituruti oleh Guru Drona. Termasuk ketika Aswatama meminta Guru Drona untuk ikut memperkuat Kurawa di medan perang.

Meskipun Guru Drona tahu Kurawa berada di pihak yang tidak benar, namun ia tak kuasa menolak permintaan anaknya. Berikut percakapan Sri Krishna dengan Guru Drona.

Drona:

Aku ingin memberikan anakku Aswatama, semua kebahagiaan di dunia ini, Basudewa. Aku sudah memberikan segalanya pada anakku dan memberikan cinta yang tidak terbatas

Sri Krishna:

Cinta membimbing orang menuju kesuksesan. Cinta akan mengajarinya tentang yang pantas dan tidak pantas, Guru. Cinta itu tidak akan terikat dengan ketidakbenaran, dan putramu itu tidak akan menjadi tawanannya. Yang kau berikan adalah cinta buta. Ada perbedaan antara cinta dan cinta buta. Apa pernah kau memikirkannya?

Drona:

Cinta buta lahir dari cinta, Basudewa

Sri Krishna:

Tidak. Kebenarannya adalah di mana ada cinta, di sana tidak ada cinta buta.
Cinta lahir dari kasih sayang, sedangkan cinta buta lahir dari kesombongan. Cinta mengatakan bahwa anak akan mendapatkan semua kebahagiaan dunia dari Yang Maha Kuasa. Sedangkan cinta buta mengatakan bahwa orangtualah yang akan memberikan semua kebahagiaan kepada anaknya. Cinta memberikan kebebasan Guru Drona, sedangkan cinta buta mengikat seseorang. Cinta adalah kebenaran Guru, sedangkan cinta buta adalah ketidakbenaran.

Ketika melihat anakmu meminum tepung beras dicampur dengan air, kau pun menjadi sangat kecewa. Pada saat itu kau telah mengajarkan pada anakmu untuk puas dengan campuran tepung beras saja, dan bukannya kecewa karena kau sendiri belum mengajarinya berjuang untuk mendapatkan sesuatu. Lalu apakah keadaanmu sendiri saat ini tidak akan berbeda?

Dalam usahamu untuk mencerahkan masa depan anakmu, kau lupa untuk memperindah karakternya sendiri. Karena cinta butamu itu. Kebenaran di dalam hidupnya pun telah benar-benar hancur! Keserakahan, ketakutan, dan ketamakan adalah hal-hal yang kau ajarkan pada anakmu.

Berita Terkini Lainnya