TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Tips Jadi Lansia Bahagia dan Sehat, Wajib Dibaca Anaknya!

Orangtuamu jangan disuruh diam di rumah aja

Ilustrasi mengobrol dengan keluarga. (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Satu fase terakhir yang harus dihadapi manusia di dunia adalah masa tua. Umumnya, semakin tua seseorang akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan, baik itu fisik, fungsi mental, hingga spiritual.

Menjadi lanjut usia (Lansia) tentu tidak mudah. Pemikirannya kerap menganggap diri tak berguna lagi, tak pantas berpakaian yang meriah dengan corak warna kesukaan, dan pemikiran-pemikiran lain yang seolah mengecilkan diri serta mematahkan semangat. Alhasil, masa tua hanya diisi dengan mengeluh.

Padahal menjadi lansia haruslah bahagia, tetap memiliki semangat hidup, serta tidak membatasi diri untuk melakukan ide-ide yang masih melekat di pikiran.

Berikut ini tips menjadi lansia bahagia dan sehat menurut Psikiater dan Pemerhati Kesehatan Mental, Prof Dr dr Luh Ketut Suryani SpKJ (K), ketika mengisi Dialog Lintas RRI Denpasar Siang beberapa waktu lalu:

Baca Juga: 4 Doa Hindu Memohon Kesembuhan, Menjenguk Orang Sakit Hingga Melayat

Baca Juga: Mengapa Masyarakat Bali Selalu Memperhitungkan Hari Baik

1. Jangan sebut diri sudah tua, tapi sebutlah angka usianya

Foto hanya ilustrasi. (IDN Times/Irma Yudistirani)

Hal pertama yang ditanamkan pada diri lansia kata Prof Suryani adalah tidak mengatakan diri sudah tua, tapi sebutlah angka usianya. Misalnya, “Saya sudah tua” diganti menjadi “Saya sudah 72 tahun.”

Menurutnya, menyebut “Sudah tua” seakan memberikan penekanan bahwa dirinya sudah tidak bisa apa-apa. Namun dengan menyebut angka usianya, ada kebanggaan tersendiri karena telah melewati manis pahitnya kehidupan, dan bersyukur masih diberi kesempatan melihat dunia.

“Karena itu gerakan kami untuk lanjut usia, berhenti menyebut diri sudah tua. Sebut saja umur berapa, dan di umur sekian ingin melakukan suatu gagasan atau gerakan apa. Karena dengan menyebut umur, kita merasa bangga masih hidup di dunia ini,” ungkapnya.

2. Jangan mengubah warna pilihan hanya karena sudah lansia. Tidak ada yang salah dan norak dengan pilihan warna sesuai favoritnya

Unsplash.com/skiathos

Cara kedua, menjadi lansia tidak ada hubungannya dengan mengubah warna kesukaan. Misalkan, pada saat muda suka warna yang cerah dan mentereng. Lalu begitu lansia mengubahnya menjadi warna samar, dengan pikiran agar tidak terlihat norak.

Menurut Prof Suryani yang mendirikan Suryani Institute for Mental Health ini, tidak ada yang salah dan norak dengan pilihan warna yang disukai, bahkan hingga usia lanjut.

“Pilihlah warna yang disukai. Jangan malah mengubah warna setelah kita tua. Tidak ada yang norak dengan hal itu. Justru akan kelihatan lebih manis lagi, lebih cantik, dan lebih ganteng. Jadi kami ingin ajarkan para lansia agar tetaplah seperti muda dan jangan katakan tua. Dengan kita tetap merasa muda, keinginan untuk bangkit untuk maju tetap ada,” jelasnya.

3. Tetap merawat diri, menjaga kebersihan dan kesehatan

Unsplash.com/thaiphirun_hul

Menjadi lansia bukanlah menjadi orang terpuruk hingga ‘menelantarkan diri’. Prof Suryani mendorong agar lansia selalu merawat diri dengan menjaga kebersihan dan kesehatan. Lansia yang tetap merawat diri, melihat diri bersih, otomatis rasa nyaman akan datang dengan sendirinya.

“Kami ingin lansia tetap menjaga tubuhnya. Yang paling sering saya lihat adalah orangtua jarang mandi. Pagi sudah sibuk merawat rumahnya, tapi dirinya tidak dirawat. Selain itu, banyak juga saya lihat tempat tidur lansia kotor. Sehingga saya ajarkan baru bangun buka jendela, bersihkan tempat tidur, sapu, dan barang-barang harus sesedikit mungkin ada di sana. Kemudian mandi, ganti baju kemudian. Setelah merasa nyaman, tentu bekerja bisa dengan baik,” tuturnya.

Berita Terkini Lainnya