TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pria Ini Naik Sepeda Dari Papua-Bali, Jari Nyaris Putus Saat Dibegal

Kamu akan kaget begitu melihat kondisi sepedanya

IDN Times/Ayu Afria

Badung, IDN Times – Meski pukul 15.30 Wita, matahari tetap bersinar terik di Jalan Raya Kuta, Senin (14/10). Dalam perjalanan pulang seusai liputan, IDN Times iseng memerhatikan seorang pria paruh baya di pinggir jalan. Ia terlihat menggerak-gerakkan badan dan melemaskan kedua kakinya. Letih nampaknya. Di sebelahnya ada sebuah sepeda yang menyita perhatian. "KAB.SORONG" dan "KELILING INDONESIA." 

Ya. Dua kalimat itu terpampang jelas di bagian belakang sepedanya. Gambar lambang Garuda beserta beberapa bendera Merah Putih juga menghiasi sepeda tersebut. Tak perlu pikir panjang, IDN Times menghampirinya, mengajak dia untuk minum dan makan. Tiba di lokasi tongkrongan, pria ini hanya memesan segelas kopi hitam. Ia menolak makan karena mengaku sudah ditraktir makan oleh turis asing di Nusa Dua.

Ia mengenalkan dirinya sebagai Mukthi alias Harsono Gondrong (45) asal Sorong, Papua Barat. Ia ternyata melakukan perjalanan keliling Indonesia sambil naik sepeda. Mukthi mengaku baru saja tiba di Bali pada Senin (14/10). Setelah dari Kalimantan, ia berlabuh di Surabaya. Kemudian menyusuri Pulau Madura hingga sampai di hutan Baluran-Banyuwangi dan menyeberang Pulau Bali.

Sembari menyeruput segelas kopi hitam, pria dengan nama lengkap Mukthi Harsono ini menceritakan awal mula misinya Napak Tilas Persatuan Indonesia. Niatnya muncul setelah dia kehilangan istri dan tiga anaknya menjadi korban kerusuhan tahun 1998 silam. Untuk bertahan hidup, Mukthi sempat bekerja sebagai instruktur selam tahun 2001 di Raja Ampat.

“Rencana tiga tahun nanti untuk pulang pergi, tapi kan kita belum tahu namanya fisik, kan? Pokoknya untuk sementara ini saya nggak berani bilang dulu. Pokoknya saya dari Papua ke sini sudah delapan bulanlah,” katanya menjelaskan.

Sejak meninggalkan Sorong pada 29 Januari 2019 pukul 19.00 WIT, Mukthi kemudian menyusuri Maluku, Ternate, Tidore, Sulawesi, Kalimantan, dan baru ke Bali. Berikut ini kisah perjalanannya:

1. Nekat tidak membawa uang. Ia hidup dari kebaikan orang di jalan

IDN Times/Ayu Afria

Sejak memutuskan untuk keliling Indonesia menggunakan sepeda kayuh, Mukhti berangkat berbekal tiga pasang pakaian, sarung untuk salat, hammock, sepeda kayuh, topi, kamera, handphone dan helm untuk keamanan kepalanya. Meskipun membawa dompet lengkap dengan identitas, namun tak sepersen pun uang yang ia bawa.

“Tanpa biaya saya. Tanpa biaya sama sekali. Emang pengin nyoba tanpa biaya saya mampu nggak sih, gitu lho. Kalau untuk makan minum ya ada donasi-donasi. Ternyata ya Alhamdulillah mampu,” terangnya.

Baginya, menahan lapar satu-dua hari sudah biasa. Pun jam istirahatnya juga tidak teratur. Hanya tatkala sudah lelah mengayuh sejauh 150 kilometer dalam waktu delapan jam, Mukthi baru mencari tempat peristirahatan untuk tidur. Baik itu di masjid, pom bensin maupun di alam terbuka dengan hammocknya.

“Target saya 150 kilometer. Jadi kayak Gilimanuk-Denpasar, saya baru istirahat. Gitu. tempuh lima jam, delapan jam,” jelasnya.

2. Delapan bulan perjalanan sudah 11 kali ganti ban

IDN Times/ Ayu Afria

Mengelilingi Indonesia menggunakan sepeda adalah keputusannya. Hingga saat ini, terhitung sudah 11 kali Mukthi mengganti ban sepedanya. Lalu mengganti rantai dan gear sepeda sebanyak tiga kali, serta enam kali ganti velg.

“Ya Alhamdulillah ada aja. Ada aja yang ngasih gitu. Yang itu ban, ngasih rantai,” ujar pria berkumis ini.

Selama perjalanan tersebut, pengagum Bung Karno ini mengaku selalu berzikir (Membaca doa dalam Islam) setiap kali mengayuh sepedanya. Ditanya doa apakah itu, ia tetap tidak berkenan menjelaskan.

3. Saat tiba di Sumba, ia dibegal hingga ruas jarinya terputus dan giginya pecah

IDN Times/ Ayu Afria

Mukthi mengaku sudah mengelilingi Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia mendapat musibah di sana. Barang elektronik miliknya berupa kamera merek Canon dan handphone dirampas oleh enam orang Sumba yang mengadangnya di tengah hutan, pada malam hari. Musibah itu terjadi sekitar tiga bulan lalu. Atas insiden itu, Mukthi menderita kerugian hingga Rp20 juta.

Bukan hanya barang berharganya saja yang dirampas. Mukthi melakukan perlawanan saat para pelaku begal tersebut merampas kamera kesayangannya. Akibatnya, ruas jari tengah dan jari manis tangan kanannya putus oleh tebasan mandau milik pelaku. Tak hanya itu, giginya pecah dihantam oleh gagang mandau.

Lantaran tak mengantongi uang, luka di jari tangannya ia obati dengan daun-daunan yang ditemukan di jalan. Daun-daunan itu ia bungkus rapi di bagian jari yang terluka. Karena ala kadarnya, ia menunjukkan luka tersebut pada IDN Times. Bekas lukanya tak beraturan, dan tulang jarinya nampak kelihatan.

“Salah saya sendiri juga sih karena jalan malam-malam waktu itu, daerah rawan lagi. Lewat hutan mereka lagi mabuk. Antara pukul 01.00 sampai pukul 02.00 lah. Diambil semua kamera, hape, atribut asli Papua. Sekarang hanya tinggal koteka saja itu,” kenangnya.

Baca Juga: Boncel, Anak Kolong yang Menginisiasi Yayasan Manusia Berukuran Mini

Berita Terkini Lainnya