TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dulu Impersonator Michael Jackson, Kini Terpaksa Jualan Nasi di Bali 

Kisah perantau bertahan hidup saat pandemik

Damianus Belay impersonator Michael Jackson (IDN Times/Ayu Afria)

Badung, IDN Times - Hidup jauh dari kampung halaman dan keluarga memang tidaklah mudah, apalagi di tengah gempuran pandemik COVID-19. Seperti yang dialami Damianus Belay (42). Sebelum pagebluk, cukup mudah baginya untuk mencari penghasilan sebagai dancer (penari) di tempat hiburan malam seputar Jalan Legian, Kuta, Kabupaten Badung. Namun satu tahun belakangan ini kondisinya sungguh jauh berbeda. Ia harus bertahan dan melakukan pekerjaan apapun demi sesuap nasi.

Pria kelahiran Saumlaki, Kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku itu menghadapi banyak kesulitan setelah kehilangan pekerjaannya. Biasanya ia tampil sebagai dancer impersonator Michael Jackson (MJ) di panggung klub malam di Bali. Tapi kini untuk menyambung hidup ia terpaksa menjual nasi bungkus di Pujasera, Jalan Nakula, Kecamatan Legian, Kabupaten Badung.

Pria kelahiran 7 Mei 1978 itu mengaku mengidolakan Michael Jackson sedari kecil. Sejak berusia 12 tahun, dirinya sudah terinspirasi dengan sosok Michael Jackson. 

Baca Juga: Kita Cuma Diuji Kekuatan Mental oleh Tuhan

1. Damianus sedih ketika harus berhenti menari

Kondisi Jalan Legian Kuta pada tahun 2017. (IDN Times/Ayu Afria)

Ditemui di sela-sela aktivitasnya berjualan nasi bungkus, Damian, sapaan akrabnya, merasa sedih mengetahui dirinya tidak akan bisa manggung lagi. Tepat mulai Maret 2020 lalu, ia berhenti melakoni pekerjaan yang sudah menjadi sumber nafkahnya sejak tahun 2012 itu.

“Sedih ya. Sedih. Kecewa,” ungkap Damian dengan nada suara bergetar, pada Sabtu (13/3/2021).

Biasanya dengan menari selama lima jam di klub malam, ia bisa mendapat bayaran Rp250 ribu hingga Rp500 ribu. Penghasilannya bisa lebih dari itu apabila banyak wisatawan yang memberikan tip.

2. Damian menjual nasi bungkus milik temannya di Pujasera

Nasi bungkus yang dijual Damian di Pujasera. (Dok.IDNTimes/Damian)

Agar bisa melanjutkan hidup, Damian bertekad untuk melakukan pekerjaan apapun, asalkan halal. Kadang pada sore hari ia menjaga parkiran di Pasar Senggol Patimura, Jalan Patimura, Kecamatan Kuta. Dari sana ia mendapat penghasilan sejumlah Rp20 ribu dalam sehari.

Sementara pada pagi hari, ia diminta menjual nasi bungkus milik temannya di Pujasera, Jalan Nakula. Selain mendapatkan makanan, ia juga diberi upah Rp600 ribu per bulan.

“Bagaimanapun juga harus bertahan. Ini namanya cobaan hidup,” jelasnya.

Sejak kehilangan pekerjaannya di dunia hiburan malam, ia mengaku sering kelaparan. Setidaknya ia harus menyediakan uang minimal Rp800 ribu per bulannya untuk biaya tempat tinggal dan memenuhi keperluan sehari-hari. Damian menceritakan kadang ia mendapatkan bantuan dari teman-teman dan pihak swasta.

“Sering kelaparan. Memenuhi kebutuhan sehari-hari kadang tidak cukup,” ungkapnya.

Berita Terkini Lainnya