TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Benny Santoso Sang Inovator Ini Tempe Bali, Bukan Sekadar Tempe

Keren nih! Olah tempe jadi cokelat tempe hingga tempe keju

Benny Santoso. (instagram.com/initempeid)

Badung, IDN Times – Sebagian besar masyarakat mungkin selama ini hanya mengenal tempe sebagai makanan yang banyak dijumpai di pasar atau dijajakan oleh penjual sayuran. Ya, tempe memang terbuat dari olahan biji kedelai yang dipersatukan oleh ragi sehingga berbentuk padat. Tempe juga identik dengan serabut-serabut putih di setiap permukaannya.

Tapi bagaimana jika ada tempe yang ternyata tak sekadar tempe biasa? Penasaran seperti apa? Kamu bisa simak kisah pendiri Ini Tempe Bali, Benny Santoso, di bawah ini ya. Benny Santoso terpilih sebagai 22 Finalis 12th SATU Indonesia Awards 2021.

1. Berawal dari tugas akhir saat kuliah membuat tempe rasa keju

(instagram.com/initempeid)

Lulusan Kuliner Manajemen di Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Nusa Dua tahun 2016, Benny Santoso (26), menjadi inovator tempe yang diberi nama “Ini Tempe Bali”. Saat kuliah, ternyata tempe merupakan bagian dari proyek tugas akhirnya.

Benny membuat tugas akhir tentang tempe rasa keju dengan mempertahankan tekstur tempe, tapi ada rasa kejunya. Sebelum fokus pada usahanya tersebut, ia sempat bekerja di beberapa hotel dan restoran. Namun kemudian memilih untuk mengundurkan diri.

Resign. Ketika itu emang udah pengin fokus untuk tempe aja. Usaha sendiri,” jelasnya pada Kamis (7/10/2021).

Saat awal menjual tempe hasil produksinya, ia menghadapi beberapa kendala. Produk tempe hanya bisa bertahan tiga hari di suhu ruangan dan satu minggu di kulkas. Tempe memang produk yang tidak tahan lama. Kemudian ia terinspirasi untuk mengolah produk tempe dan akhirnya disukai beberapa pelanggannya. Dari sinilah awal mula Inovate New Idea (INI) with Tempe itu muncul.

“Kami pakai kedelai lokal. Non GMO. Jadi dari Gerobokan, Jawa Tengah dan juga di Tabanan, Bali. Jadi nggak pakai kedelai impor. Kami mau fokus membantu petani lokal, pakainya kedelai lokal,” ungkapnya.

2. Dalam sebulan habiskan 200 kilogram kedelai untuk diolah jadi beragam produk

(instagram.com/initempeid)

Menurut laki-laki yang tinggal di Jalan Angantaka, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung ini, banyak inovasi yang ia ciptakan pada produknya tersebut. Mulai dari cookies tempe, keripik tempe, tempe protein ball, instant tempe yang bisa tahan 12 bulan, cokelat tempe, hingga tempe keju.

Dari berbagai inovasi tersebut yang paling laris adalah cokelat tempe. Masyarakat penasaran dengan rasa kriuk tempe saat dicampur cokelat yang lembut dan meleleh. Benny mengambil cokelat dari produsen cokelat di Ubud, Kabupaten Gianyar.

Waktu untuk memproduksi setiap produk berbeda-beda. Ia menceritakan, kadang satu hari memproduksi snack dan satu hari berikutnya memproduksi tempe. Dalam sebulan, ia mampu menghabiskan 200 kilogram kedelai.

“Jadi produknya memang bervariasi,” jawabnya.

Ketika awal memproduksi, belum banyak orang yang mengenal produknya. Benny pun akhirnya berusaha pelan-pelan mengenalkan produk tersebut ke masyarakat, baik melalui story telling maupun sampling.

“Setelah nyoba, ternyata orang suka dan feedback-nya bagus. Akhirnya kami lanjutkan,” ucapnya.

Pada awalnya pemasaran dilakukan secara offline. Namun sejak pandemik ini pemasaran dilakukan secara online melalui beberapa market place maupun media sosial. Permintaan produknya pun malah meningkat dan cenderung stabil. Peningkatan penjualan produknya mencapai 40 hingga 50 persen.

Benny menjual produk tempe inovasinya ini mulai dari harga Rp1.500 hingga Rp37.000. Harga setiap produk Ini Tempe Bali, diakuinya memang bervariasi.

3. Benny sempat tidak mendapat dukungan keluarga untuk berjualan tempe

(instagram.com/initempeid)

Benny pun sempat tidak mendapatkan restu saat memutuskan untuk menjadi wirausaha. Keluarganya berharap ia bekerja di hotel bintang lima maupun kapal pesiar. Tidak adanya dukungan keluarga saat itu, tidak membuat pemuda asal Solo Jawa Tengah ini patah semangat. Ia malah tertantang untuk membuktikan kepada keluarganya bahwa ia akan sukses dengan produk tempe ini.

“Keluarga awalnya tidak setuju. Karena basik saya culinary dan family berharap saya bekerja di hotel bintang lima maupun kapal pesiar atau di luar negeri. Tapi Tuhan berkata lain. Emang rejekinya di tempe,” ungkapnya.

Setelah ia bisa membuktikan sukses di perantauan dengan produk tempenya tersebut, orangtua Benny lalu menaruh kepercayaan kepadanya. Produk inovasi tempenya juga banyak disukai pembeli, terlebih orang asing yang tinggal di Bali.

Berita Terkini Lainnya