TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jabat Humas RSUP Sanglah, Dewa Juga Kerap Bantu Urus Jenazah Telantar

Mengawali karier karena aktif menulis di media massa

I Ketut Dewa Kresna, Kepala Sub Bagian Humas Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar. (Dok.IDN Times/Istimewa)

Aktif menulis di media massa, ternyata mengantar karier I Ketut Dewa Kresna (45) sebagai Kepala Sub Bagian Humas Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar. Ia mengemban tanggung jawab sebagai Kasubbag Humas rumah sakit ini mulai tahun 2017 setelah sebelumnya menjadi Sekretaris Dewan Pengawas RSUP Sanglah.

“Awal karier di humas, berawal dari sering menulis artikel di media massa. Kemudian atasan sering baca tulisan tersebut. Terus diminta membuat majalah internal RS, jadi keterusan di humas,” ungkapnya kepada IDN Times, Selasa (25/8/2020).

1. Masalah rumah sakit tidak melulu terkait medis

Mesin teleterapi LINAC di RSUP Sanglah (Dok.IDN Times/Istimewa)

Laki-laki kelahiran 5 Februari 1975 ini mengungkapkan bahwa banyak pengalaman yang ia rasakan ketika menjabat sebagai Kasubag Humas RSUP Sanglah. Menurutnya, persoalan yang terjadi tidak melulu terkait medis, namun juga bisa mengurus soal pasien dan jenazah terlantar.

“Kami jadi tahu permasalahan masyarakat berkaitan dengan RS sangat bervariasi, tidak melulu terkait medis. Kami sering mengurus pasien dan jenazah telantar, pasien tidak ada keluarga, pasien gak punya ongkos pulang. Bahkan sampai pernah mengurus jenazah telantar yang jadi rebutan istri pertama dan kedua,” ungkapnya.

Baca Juga: Hampir 4 Tahun Jadi Humas Kanwil Kumham Bali, Keterbukaan Jadi Kunci

2. Berbagai keluhan ia terima dan berupaya menemukan solusi

Instalasi Binatu RSUP Sanglah (Dok.IDN Times/Humas RSUP Sanglah)

Merasakan berbagai pengalaman baru di luar dunia medis, membuat Dewa siap menerima keluhan atau permasalahan pelanggan yang tidak tertangani dengan baik. Hal ini justru ia anggap sebagai sebuah tantangan. Tak hanya itu, ia pun selalu berupaya bersikap untuk menciptakan sebuah solusi.

“Menjadi humas di RS harus siap menerima keluhan atau permasalahan pelanggan yang tidak tertangani. Sering sekali mereka mengadu ke humas. Ya kita harus kompromi dengan hal semacam ini,” ujarnya.

Ia mencontohkan seperti halnya pasien dari luar kota yang harus kontrol dua hari ke depan, tapi mereka tidak memiliki tempat tinggal di Denpasar. Menerima permasalahan seperti itu, pihaknya memfasilitasi dengan mencarikan tempat pemondokan. 

Berita Terkini Lainnya