TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Alasan Zona Nyaman Gak Selalu Buruk, Jangan Khawatir

Kamu mesti menempatkan istilah zona nyaman sesuai konteks

ilustrasi pria sedang tidur (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Orang-orang sukses hingga para motivator sering mengatakan, bahwa berada di lingkaran zona nyaman adalah kebiasaan hidup buruk dan harus segera ditinggalkan. Memang sangat benar pernyataan tersebut, karena zona nyaman adalah pola kebiasaan yang sudah tertanam di pikiran bawah sadar seseorang.

Biasanya seseorang yang berada di dalam zona nyaman takut untuk melakukan hal-hal baru, karena pikiran pesimismenya sangat kuat. Sehingga pikiran bawah sadarnya telah mengerem dirinya untuk tidak melakukan sesuatu di luar kebiasaan karena tidaklah nyaman, tidak enak, akan gagal, dan sangat merugikan.

Tetapi bagaimana jika seseorang telah keluar dari zona nyamannya tetapi dia tetap merasakan kenyamanan? Itulah yang akan kita bahas. Karena istilah zona nyaman yang sudah familier itu merujuk kepada orang-orang yang memiliki visi hidup tetapi dikategorikan sebagai pemalas, takut risiko, dan kurang dewasa.

Dalam kesempatan ini, kita akan mengulas alasan zona nyaman tidak selalu buruk. Justru kita harus tetap nyaman di zona nyaman, namun harus memperbaruinya.

Baca Juga: 5 Hal Ini Harus Kamu Biasakan Sebelum Usia 20 Tahun

Baca Juga: 5 Keistimewaan di Balik Rasa Sakit, Terimalah Meski Berat

1. Zona nyaman yang baru akan membuat kamu tetap konsisten dan semangat

ilustrasi semangat mendaki gunung (pexels.com/Kamaji Ogino)

Tidak hanya konsisten, zona nyaman yang baru akan membuat kamu tetap semangat tentunya. Apalagi dengan sikap passion yang membakar semangatmu, sehingga kemungkinan besar kebiasaan lama tidak akan mengganggu pikiranmu untuk kembali ke zona nyaman.

Dengan konsisten dan semangat terhadap pola kebiasaan atau hal-hal yang baru, kamu akan merasakan kebahagiaan baru juga karena telah berani bahkan menjadi orang yang kuat, move on dari masa lalu, dan melangkah ke masa depan yang diharapkan. Walaupun penuh dengan ketidakpastian dan sering diselimuti oleh perasaan cemas, sedikit demi sedikit kamu menyesuaikan resonansi dari pembaruan diri tersebut. Kegagalan akan kamu jadikan pelajaran, kesalahan akan kamu perbaiki, kerugian besar sekalipun akan menambah kesabaran dan ketangguhanmu.

2. Keluar dari zona nyaman bukan berarti harus merasakan ketidaknyamanan

ilustrasi ketidaknyamanan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Banyak sekali kekeliruan atau ketidakutuhan dari para motivator yang bicara tentang bahayanya zona nyaman. Lalu audiens yang mendengarnya seolah-olah mengafirmasikan, bahwa keluar dari zona nyaman harus dengan perasaan tidak nyaman. Itu kekeliruan besar!

Karena faktanya, banyak orang-orang di luar sana yang memberanikan diri keluar dari lingkaran kenyamanan dengan perasaan berat, sehingga dalam rentang beberapa waktu mereka memutuskan kembali ke wilayah zona nyamannya. Satu penyebabnya adalah perasaan mereka dipenuhi rasa cemas dan dirundungi pikiran-pikiran negatif lainnya.

Karena itu sangat penting untuk mengondisikan pikiran dan perasaan terlebih dahulu sebelum memutuskan keluar dari kenyamanan. Persiapan apa saja yang harus disiapkan untuk keluar, dan hal-hal baru apa saja yang mesti dibawa untuk melangkah ke luar lingkaran zona nyaman. Satu di antaranya mencoba menyesuaikan keadaan dan beradaptasi dengan perasaan yang awalnya tidak nyaman.

3. Mengganti kebiasaan buruk dengan kebiasaan positif untuk merasakan kenyamanan baru

ilustrasi membaca buku (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kebiasaan atau habbit yang dirasa buruk memanglah harus segera kamu tinggalkan. Buruknya seseorang yang memiliki kebiasaan ini membuat dia terpenjara di dalam jeruji-jeruji yang membahayakan di masa mendatang. Tetapi bagaimana jika kamu memiliki kebiasaan buruk sekaligus memiliki kebiasaan positif? Bila kebiasaan burukmu dominan, maka kebiasaan positif akan kamu tinggalkan, begitu pun sebaliknya.

Apabila kebiasaan buruk kamu itu sulit sekali untuk dilepaskan, cobalah untuk merasakan ketidaknyamanan terlebih dahulu pada habbit yang baru. Seperti yang sudah dijelaskan, kamu tidak perlu sekaligus penuh mengubah habbit kamu. Cukup perlahan-lahan saja, yang penting ada kemajuan untuk berubah dari habbit buruk ke habbit baru. Seiring berjalannya waktu, pasti perasaan tidak nyaman itu perlahan-lahan akan berubah menjadi kenyamanan karena kamu telah beradaptasi dengan habbit yang baru. Penjelasan inilah yang tidak utuh dan sangat jarang dijelaskan oleh para motivator di luar sana.

4. Keluar dari zona nyaman akan membuatmu rentan terserang penyakit

ilustrasi sakit perut (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Bila kamu memiliki persiapan untuk keluar dari zona nyaman dan beralih ke zona tidak nyaman, maka jangan khawatirkan kesehatanmu karena kamu telah mempersiapkan ketidaknyamanan itu. Apabila merasakan perasaan tidak nyaman di zona yang baru, kamu bisa beradaptasi dengan zona itu. Tetapi bagaimana jika perasaan tidak nyaman itu terus merongrong perasaanmu?

Bila kamu merasakan hal itu dalam jangka waktu yang lama, maka kesehatanmu akan terganggu dan mudah terserang penyakit. Karena itu, janganlah terburu-buru hanya karena dirimu sedang termotivasi. Kamu harus menyesuaikan perasaanmu dengan perlahan-lahan. Bisa juga dengan merefleksikan perasaanmu pada saat kamu meluangkan waktu untuk menyendiri. Ubahlah perasaan cemas kamu sedikit demi sedikit di setiap new habbit yang tidak nyaman dengan menyendiri dalam keheningan malam, atau sebelum tidur.

Verified Writer

Ali Akbar Mhd

Menyukai Kesibukan Walau Tak Lupa Rebahan

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya