Penampilan band Telephone saat acara rilis album WET terbaru mereka, Rabu (12/11/2025). (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)
Karena personel WET semuanya adalah bapak-bapak, mereka menamakan gaya bermusiknya sebagai dad alternative pop rock with brit wave and disco drizzle. Gaya bermusik ini mereka terjemahkan sebagai perpaduan antara pop rock yang jujur, aroma brit pop yang nostalgik, synth yang samar-samar dreamy, dan sesekali groove drum disco yang bikin tubuh ikut bergerak. Bagi mereka, musik adalah tempat pulang, sebuah pelarian dari rutinitas, bukan untuk kabur, melainkan merayakan kebahagiaan sederhana sebagai musisi, sebagai manusia, dan sebagai ayah. Makanya lagu-lagu karya WET sangat kental dengan kisah dari perspektif seorang bapak atau ayah.
“Bapak-bapak curhat, bikin lagu, bikin band, jadilah sebuah band yang kita namakan WET,” ujar Wicak saat acara rilis album WET Project.
Lagu di album perdananya sebagian besar bercerita bagaimana kegelisahan, cinta diam-diam, harapan, dan refleksi batin seorang bapak yang tumbuh bersama keluarganya. WET mengemas tema ini dengan alunan musik yang kadang melankolis, kadang penuh energi, kadang ringan tapi selalu tulus.
WET seolah-olah mengajak pendengarnya untuk memahami betapa pentingnya peran seorang bapak dalam sebuah keluarga. Kadang bapak tidak bercerita mengenai beban hidup yang harus ia pikul kepada istri maupun anak-anaknya. Ia berusaha tegar saat berkumpul bersama keluarganya.