Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Penampilan WET saat acara rilis album terbaru mereka, Rabu (12/11/2025).
Penampilan WET saat acara rilis album terbaru mereka, Rabu (12/11/2025). (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Bagaimana jadinya kalau bapak-bapak yang suka curhat kumpul kemudian bikin band? Jadinya adalah sebuah band yang diberi nawa We End Temper atau WET. Nama WET mungkin masih terdengar asing bagi sebagian penikmat musik khususnya di Bali.

Band asal Kota Denpasar ini baru saja merilis album terbarunya, WET Project, di Graha Yowana Suci, Denpasar pada Rabu lalu, 12 November 2025. Dalam acara perilisan ini, mereka memainkan 12 lagu yang ada di album terbarunya. WET berkolaborasi dengan berbagai musisi seperti Bungasari, Marmarherrz, Angga Waskita, dan Agung DHR dari Painful by Kisses, serta didukung oleh penampilan Kacir Dunia Ketiga serta band legendaris, Telephone. Siapakah band We End Temper ini?

1. Band pendatang baru namun pemain lama

Penampilan WET saat acara rilis album terbaru mereka, Rabu (12/11/2025). (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

WET boleh saja sebagai band pendatang baru di Bali. Namun, para personelnya merupakan musisi yang telah malang melintang mengisi panggung ke panggung di Bali hingga nasional. WET terdiri dari lima orang bapak-bapak yaitu Ida Bagus Made Gede Wicaksana atau Wicak (vokal),  I Made Gede Ary Gunawan atau Arx (bass), Yama Raditya atau Yama (lead gitar), Jaka Wirya (drum), dan I Wayan Agus Sudantha atau Agus (gitar dan programmer).

Bagi dunia musik di Bali, nama Wicak sudah sangat familiar. Pria berambut gondrong ini terlibat beberapa project music satu di antaranya adalah Nyanyian Dharma. Ia juga pernah bermain dalam band yang cukup populer di Bali, Day After the Rain (DATR).

Arx sendiri adalah pemain bass dari band Scared of Bums. Jaka Wirya drummer yang aktif di beberapa band, juga pernah menjadi bagian di DATR. Sedangkan Yama adalah pemain gitar yang pernah mengisi gitar di beberapa band Bali.

Agus atau yang lebih populer disapa Agus Testupid merupakan sound engineer yang sudah sangat dikenal di kalangan musisi Bali. Tak hanya terlibat dalam proses recording, ia juga kerap menjadi soundman bagi beberapa musisi saat konser. Agus Testupid merupakan sahabat karib vokalis WET, Wicak.

2. Kisah pertemuan personel WET

Penampilan WET saat acara rilis album terbaru mereka, Rabu (12/11/2025). (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

WET awalnya merupakan side project dari masing-masing personelnya. Kemudian berkembang hingga mampu menelurkan album. Pertemuan para personel hingga menjadi sebuah band ini cukup menarik kisahnya.

Dikutip dari Instagram Wicak (@ibmdgdwicaksana) yang menjadi motor band ini, semuanya berawal saat Wicak bertemu Yama di studio tato milik Marmarherrz. Mereka nge-jam bareng di tempat tersebut, hingga Yama diajak menjadi pemain gitar di WET.

Bergabungnya Jaka Wirya karena sebelumnya, Wicak dan Jaka pernah main di band yang sama, DATR. Mereka kembali bertemu di acara opening Nagaloka Tattoo. Wicak lantas memastikan Jaka menjadi bagian dari WET.

Sedangkan Arx dan Wicak bertemu saat melayat di rumah kerabat mereka. Mereka berdiskusi tentang seni dan budaya Bali. Agus Testupid kemudian mengirimkan beberapa buah lagu dari Arx yang siap direkam. Saat proses recording, Arx memutuskan untuk masuk menjadi bagian dari WET.

Lain halnya dengan Agus Testupid. Menurut Wicak, mereka sudah sejak lama bekerja sama dalam bidang musik, dan saling kenal baik. Inilah yang mendorong Wicak untuk mengajak Agus Testupid bergabung di WET.

3. Lagu-lagu WET tentang curhat bapak-bapak masa kini

Penampilan band Telephone saat acara rilis album WET terbaru mereka, Rabu (12/11/2025). (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Karena personel WET semuanya adalah bapak-bapak, mereka menamakan gaya bermusiknya sebagai dad alternative pop rock with brit wave and disco drizzle. Gaya bermusik ini mereka terjemahkan sebagai perpaduan antara pop rock yang jujur, aroma brit pop yang nostalgik, synth yang samar-samar dreamy, dan sesekali groove drum disco yang bikin tubuh ikut bergerak. Bagi mereka, musik adalah tempat pulang, sebuah pelarian dari rutinitas, bukan untuk kabur, melainkan merayakan kebahagiaan sederhana sebagai musisi, sebagai manusia, dan sebagai ayah. Makanya lagu-lagu karya WET sangat kental dengan kisah dari perspektif seorang bapak atau ayah.

“Bapak-bapak curhat, bikin lagu, bikin band, jadilah sebuah band yang kita namakan WET,” ujar Wicak saat acara rilis album WET Project.

Lagu di album perdananya sebagian besar bercerita bagaimana kegelisahan, cinta diam-diam, harapan, dan refleksi batin seorang bapak yang tumbuh bersama keluarganya. WET mengemas tema ini dengan alunan musik yang kadang melankolis, kadang penuh energi, kadang ringan tapi selalu tulus.

WET seolah-olah mengajak pendengarnya untuk memahami betapa pentingnya peran seorang bapak dalam sebuah keluarga. Kadang bapak tidak bercerita mengenai beban hidup yang harus ia pikul kepada istri maupun anak-anaknya. Ia berusaha tegar saat berkumpul bersama keluarganya.

4. Materi album WET project

Sesi foto usai acara rilis album terbaru WET, Rabu (12/11/2025). (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Album perdana WET berisikan 12 mater lagu. Mereka berkolaborasi dengan beberapa musisi seperti Marmarherrz, Bungasari, Angga Waskita, serta Abara Project dan Yudi Darmawan. Berikut adalah 12 lagu yang ada di album WET Project:

  1. Bahagia

  2. Berharap

  3. Ayah Memang Tak Sempurna

  4. kemBALI feat Bungasari

  5. SAM (Sekarang Aku Mengerti)

  6. Dalam Pikiranku

  7. Hati-hati feat Marmarherrz

  8. Pasti Pulang

  9. Tangisan Kecil

  10. Hatiku Senang

  11. Dengarkanlah feat Angga Waskita

  12. RARE ANGON Festival feat ABARA Project dan Yudi Darmawan

Seluruh lagu dari album WET Project sudah bisa didengarkan di berbagai platform digital. WET hadir dengan membawa warna dan kisah baru dalam belantika musik di Bali.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team