Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi wawancara kerja (freepik.com/yanalya)

Gen Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Menjadi generasi pertama yang tumbuh besar dalam era digital, Gen Z memiliki karakteristik yang unik dan sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka dikenal adaptif terhadap teknologi, kreatif, dan kritis. Namun, di balik keunggulan tersebut, banyak Gen Z yang justru mengalami kesulitan saat menghadapi wawancara kerja.

Padahal, wawancara merupakan gerbang penting untuk memasuki dunia profesional. Apa sebenarnya penyebabnya? Berikut lima alasan utama kenapa Gen Z sering kesulitan dalam menghadapi wawancara kerja. Kita simak bareng-bareng sampai selesai, ya!

1. Kurang Percaya Diri dalam Komunikasi Tatap Muka

ilustrasi wawancara kerja (freepik.com/yanalya)

Gen Z sangat terbiasa berkomunikasi lewat media digital seperti chat, email, atau media sosial. Akibatnya, ketika harus berbicara langsung, terutama dalam situasi formal seperti wawancara kerja, banyak dari mereka merasa canggung atau tidak percaya diri.

Kekakuan saat menyampaikan ide secara verbal, penggunaan kata yang tidak tepat, hingga minimnya kontak mata bisa membuat pewawancara menilai mereka kurang siap atau tidak meyakinkan. Padahal, kemampuan komunikasi langsung adalah kunci penting dalam seleksi kerja.

2. Minim pengalaman nyata

ilustrasi wawancara kerja (freepik.com/yanalya)

Banyak Gen Z yang baru lulus kuliah atau bahkan belum memiliki pengalaman kerja sama sekali. Ketika ditanya soal pencapaian, kontribusi di tim, atau pengalaman menyelesaikan masalah, mereka sering kali kesulitan menjawab dengan jelas. Padahal ini sangatlah penting dalam penilaian wawancara.

Walaupun memiliki kemampuan teknis yang baik, kurangnya pengalaman dunia nyata membuat mereka sulit memberi contoh nyata dalam menjawab pertanyaan. Hal ini bisa mengurangi daya saing mereka dibandingkan kandidat lain yang lebih berpengalaman. Jadi, usahakan untuk mencari pengalaman sebelum mengikuti wawancara kerja.

3. Kurang persiapan sebelum interview

ilustrasi wawancara kerja (freepik.com/yanalya)

Satu kesalahan umum yang dilakukan Gen Z adalah meremehkan persiapan. Banyak yang hanya membaca sekilas tentang perusahaan atau datang ke wawancara tanpa memahami betul posisi yang dilamar. Kurangnya riset ini terlihat saat mereka tidak bisa menjelaskan alasan memilih perusahaan tersebut. Mereka juga tidak tahu visi misi perusahaan, atau menjawab pertanyaan dengan umum dan dangkal. Pewawancara bisa langsung menilai bahwa kandidat tidak cukup serius.

4. Terlalu fokus pada gaji dan fleksibilitas

ilustrasi seorang perempuan memegang uang (freepik.com/freepik)

Gen Z dikenal sebagai generasi yang mementingkan keseimbangan hidup dan fleksibilitas kerja. Namun, ketika terlalu cepat menanyakan soal gaji, work-life balance, atau remote working tanpa membahas kontribusi mereka terlebih dahulu, kesan yang muncul adalah mereka lebih fokus pada keuntungan pribadi.

Hal ini bisa dianggap sebagai kurangnya komitmen atau motivasi untuk berkembang dalam perusahaan. Padahal, pewawancara ingin melihat antusiasme terhadap pekerjaan dan kesesuaian nilai kandidat dengan budaya kerja perusahaan. Jadi, fokuslah dulu pada menjual kemampuanmu alih-alih pada keuntungan yang akan diterima.

5. Tidak terbiasa dengan kritik langsung

ilustrasi wanita yang stres bekerja(freepik.com/jcomp)

Sebagai generasi yang tumbuh dalam budaya apresiasi dan validasi online, sebagian Gen Z merasa tidak nyaman saat mendapat pertanyaan tajam atau masukan langsung selama interview. Mereka bisa jadi terkejut, defensif, atau bahkan kehilangan fokus saat ditantang dengan pertanyaan yang mengulik kelemahan.

Padahal, wawancara kerja digunakan perusahaan untuk mengukur daya tahan mental dan kematangan emosional kandidat. Ketidaksiapan menghadapi kritik bisa membuat kesan mereka kurang dewasa, atau terlalu rapuh untuk dunia kerja profesional.

Gen Z memang memiliki banyak keunggulan seperti cepat belajar, melek teknologi, dan berpikir terbuka. Namun, mereka perlu membekali diri dengan soft skill yang dibutuhkan dalam proses seleksi kerja. Wawancara bukan hanya soal kemampuan teknis, tapi juga soal kesiapan mental. Dengan persiapan yang baik, Gen Z bisa lebih percaya diri dan sukses dalam menghadapi dunia kerja yang kompetitif.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team