5 Alasan Kita Harus Berhenti Mengomentari Bentuk Tubuh Orang Lain

Pernah gak sih, lagi reunian atau kumpul keluarga, tiba-tiba ada yang nyeletuk, “Perasaan kamu tambah gemukan, ya?” atau “Kok kurus, lagi banyak pikiran, ya?” Padahal niatnya mungkin sekadar basa-basi atau bercanda, tapi komentar soal bentuk tubuh itu bisa banget menusuk hati, lho. Atau, jangan-jangan kamu sendiri yang sering mengomentari bentuk tubuh orang lain?
Tanpa kita sadari, mengomentari tubuh orang lain sudah seperti kebiasaan yang dianggap wajar. Padahal, ini bisa berdampak besar bagi mental seseorang. Nah, di artikel ini, kita akan membahas kenapa sih kita harus banget berhenti mengomentari bentuk tubuh orang lain. Simak sampai habis, ya. Siapa tahu setelah baca ini, kamu jadi lebih hati-hati saat buka mulut!
1. Komentar fisik bukan bentuk perhatian, kadang justru menyakiti

Banyak orang berpikir bahwa memberikan komentar soal tubuh itu bentuk perhatian atau pujian. Misalnya, “Kamu kalau kurus gini jadi makin cantik, deh!” Padahal, komentar seperti ini gak selalu bikin orang senang. Bisa jadi, komentar seperti ini bikin orang mikir kalau dia sebelumnya jelek karena gemuk. Lalu, untuk orang yang punya riwayat gangguan makan atau masalah citra tubuh, komentar seperti ini bisa jadi pemicu stres, rasa bersalah, bahkan kambuhnya gangguan mental.
Apalagi kalau komentarnya negatif, seperti, “Ya ampun habis nikah jadi makin gembul, ya!” Duh, itu bukan cuma gak sopan, tapi juga bisa bikin seseorang insecure dan kehilangan rasa percaya diri. Jadi, stop mengomentari tubuh orang dengan dalih bentuk perhatian atau basa-basi, deh!
2. Kita gak pernah tahu perjuangan orang lain

Setiap orang punya perjalanan hidup yang berbeda. Ada yang berat badannya naik karena efek samping obat, stres, hamil, atau baru saja kehilangan orang tersayang. Ada juga yang kurus bukan karena diet, tapi karena penyakit atau stres.
Mengomentari tubuh seseorang tanpa tahu latar belakangnya itu ibarat menghakimi buku dari sampulnya. Padahal, bisa saja dia sedang berjuang keras untuk sembuh, atau baru saja berhasil berdamai dengan tubuhnya yang terus berubah. Jangan sampai komentar kita justru bikin perjuangan orang jadi makin berat.
3. Bentuk tubuh bukan ukuran value seseorang

Standar kecantikan atau ketampanan di lingkungan sekitar kita sering kali terlalu sempit. Harus langsing, tinggi, berkulit putih, mulus tampa jerawat, padahal manusia itu beragam! Bentuk tubuh seseorang bukan cerminan dari kepribadian, kerja keras, atau kualitas hidupnya. Ada orang yang gemuk padahal rajin olahraga, ada juga yang kurus tapi sebenarnya lagi stres.
Jadi, kenapa harus menilai seseorang hanya dari bentuk tubuhnya? Lebih baik fokus ke hal-hal yang jauh lebih penting, seperti sikap, prestasi, atau kontribusi mereka ke lingkungan sekitar.
4. Bisa menormalisasi body shaming

Mengomentari bentuk tubuh orang lain tanpa sadar membuat kita ikut memperkuat budaya body shaming. Awalnya mungkin niatnya bercanda atau sekadar basa-basi, tapi lama kelamaan bisa jadi normalisasi bahwa mengomentari tubuh orang lain itu wajar. Padahal, ini bisa bikin banyak orang merasa tertekan buat memenuhi standar tubuh ideal yang gak realistis.
Body shaming bisa berdampak serius, dari gangguan makan, depresi, hingga keinginan menyakiti diri sendiri. Yuk, jangan jadi bagian dari rantai ini. Mulai dari diri sendiri, kita bisa bantu menciptakan lingkungan yang lebih suportif dan sehat secara mental.
5. Semua orang punya hak atas tubuhnya

Intinya sederhana: tubuh orang lain bukan urusan kita. Mereka punya hak untuk memilih bagaimana mereka ingin tampil, apa yang ingin mereka makan, dan bagaimana mereka menjalani hidup. Sama seperti kamu yang gak mau orang lain mengatur atau berkomentar soal gaya hidup dan tubuhmu, begitu juga orang lain terhadap tubuh mereka.
Kalau memang kamu peduli, tunjukkan lewat perhatian yang lebih bermakna. Tanyakan kabarnya, bantu dia saat butuh support, atau cukup jadi pendengar yang baik. Itu jauh lebih berarti dibanding komentar soal penampilan.
Kebiasaan mengomentari bentuk tubuh orang lain sudah terlalu umum dan sering dianggap biasa. Sekarang saatnya kita sadar, bahwa komentar sekecil apa pun bisa berdampak besar. Yuk, mulai ubah kebiasaan ini. Gak perlu repot-repot komentar soal fisik orang lain, lebih baik fokus ke hal positif yang bikin orang lain merasa dihargai.