Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Masalah Sosial di Joko Anwar's Nightmares and Daydreams

Official poster serial Joko Anwar's Nightmares and Daydreams. (Instagram.com/jokoanwar)

Joko Anwar merilis series pertamanya di Netflix berjudul Joko Anwar's Nightmares and Daydreams. Serial bergenre sci-fi supranatural ini terbagi dalam tujuh episode, dan tayang sejak 14 Juni 2024 lalu. Setiap episodenya memiliki jalan cerita yang berbeda, namun saling berkaitan.

Selain cerita yang menarik, Joko Anwar's Nightmares and Daydreams mengangkat masalah-masalah sosial yang terjadi saat ini. Apa saja? Berikut adalah lima masalah sosial yang bisa kamu temui saat menonton series terbaru Joko Anwar ini.

1. Penggusuran pemukiman warga

Episode 4: Encounter. (Instagram.com/jokoanwar)

Kasus-kasus penggusuran paksa suatu kelompok warga kerap terjadi di kota-kota besar hingga ke desa-desa. Penggusuran ini biasanya dilakukan karena rencana pembangunan maupun penataan kawasan tertentu yang dilakukan pemerintah maupun pihak swasta. Tak jarang, penggusuran ini menggunakan cara-cara kekerasan yang mengakibatkan kontak fisik antara warga dan petugas yang melakukan penggusuran.

Joko Anwar menggambarkan masalah sosial ini di Episode 4. Episode yang berjudul Encounter ini, menceritakan kehidupan kelompok nelayan yang tinggal di pesisir daerah Jakarta. Pemukiman mereka hendak digusur, karena ada pihak yang akan melakukan pembangunan di kawasan kampung nelayan tersebut.

Pihak yang melakukan penggusuran mengirimkan para preman untuk memaksa warga menandatangani surat bersedia intuk pindah dari kawasan itu. Bahkan, mereka juga mengirimkan aparat bersenjata untuk memaksa penduduknya pindah. Dalam keadaan mencekam, seorang nelayan pencari kerang bernama Wahyu (Lukman Sardi) tiba-tiba memperlihatkan kemampuannya yang dianggap mirip malaikat. Kericuhan berhenti karena hal ini.

2. Kerasnya kehidupan pemukiman di TPA

Episode 2: The Orphan. (Instagram.com/jokoanwar)

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sering dijadikan sebagai tempat tinggal oleh sebagian warga. Mereka mendirikan pondok semi permanen di sekitar area tumpukan sampah, karena mata pencahariannya adalah sebagai pemulung.

Selain tidak baik untuk kesehatan, tinggal di TPA juga berisiko tertimbun tumpukan sampah yang sewaktu-waktu bisa longsor. Hilir mudik truk pembawa sampah juga bisa mengancam orang-orang yang sedang berada di sekitar TPA, terutama anak-anak.

Kerasnya kehidupan di TPA digambarkan di Episode 2 film. Sepasang pemulung, Ipah (Nirina Zubir) dan Iyos (Yoga Pratama), tinggal di area TPA. Anak mereka meninggal karena dilindas oleh truk yang membawa sampah. Film ini juga menggambarkan bahaya tumpukan sampah yang sewaktu-waktu bisa longsor. Pertama, saat tetangga Ipah dan Iyos yang meninggal karena terkena longsoran tumpukan sampah. Kedua, saat Syafin (anak angkat Ipah dan Iyos yang diperankan oleh Faqih Alaydrus) tertimpa longsoran sampah saat bermain di sekitar tumpukan sampah tersebut.

3. Meninggalkan orangtua di panti jompo

Episode 1: Old House. (Instagram.com/jokoanwar)

Panti jompo menjadi tempat untuk merawat dan memelihara orang-orang jompo. Banyak orang yang menitipkan orangtuanya ke panti jompo karena berbagai alasan. Terkadang, hal ini sering dianggap bahwa anak yang menitipkan orangtuanya di panti jompo sebagai anak yang lepas dari tanggung jawab. Bahkan, tak jarang disebut sebagai anak durhaka karena tidak mau merawat orangtua yang telah membesarkan dan merawatnya sejak kecil.

Episode 1 series Joko Anwar mengangkat masalah sosial ini. Panji (Ario Bayu) terpaksa menitipkan ibunya ke panti jompo misterius. Ia melakukannya lantaran sang ibu hampir saja membuat anaknya yang masih bayi terjatuh dari lantai apartemen. Sebelum menitipkan ibunya di panti jompo, ia mendapatkan nasihat dari seorang suster bernama Suster Site (Ruth Marini). Suster Site mengatakan, orang yang menitipkan orangtuanya di panti jompo sama saja dengan orangtua yang meninggalkan anaknya di rumah sakit saat si anak lahir.

4. Ingin cepat kaya tanpa bekerja keras

Episode 2: The Orphan. (Instagram.com/jokoanwar)

Wajar kalau setiap orang punya impian menjadi kaya raya. Sebagian orang mencapai mimpinya tersebut dengan cara bekerja keras. Namun, ada pula yang ingin kaya dengan cara instan, tanpa bekerja keras. Banyak hal yang dilakukan, dari investasi bodong, judi, hingga melakukan ritual pesugihan.

Episode 2 series Joko Anwar's Nightmares and Daydreams menceritakan tentang sepasang pemulung, Ipah dan Iyos, yang ingin segera lepas dari kemiskinan. Mereka kemudian mengangkat seorang anak bernama Syafin dari sebuah panti asuhan. Ipah dan Iyos yakin, Syafin adalah anak istimewa. Syafin dikatakan bisa memberikan uang, emas, maupun harta kekayaan lainnya, dengan syarat mereka mampu memperlakukan dia dengan baik, dan menuruti permintaan anak tersebut.

Hal ini benar-benar terjadi. Perlahan, kehidupan Ipah dan Iyos mulai berubah karena mendapatkan harta yang mereka inginkan dari Syafin. Mereka tinggal di sebuah rumah mewah, lengkap beserta isinya. Namun, mereka harus kehilangan nyawa. Hal ini terjadi karena setiap orang yang merawat Syafin akan meninggal pada hari ketujuh.

5. Ribut karena warisan

Episode 5: The Otherside. (Instagram.com/jokoanwar)

Warisan adalah harta atau kekayaan yang ditinggalkan oleh orangtua kepada keturunannya. Warisan sering menciptakan sengketa waris, karena para pewaris tidak menyepakati pembagian warisan. Hal ini justru menimbulkan perpecahan dalam keluarga, alih-alih membahagiakan keturunan pemilik warisan.

Permasalahan waris ini diangkat di Episode 5 yang berjudul The Other Side. Pasangan suami istri, Bandi (Kiki Narendra) dan Dewi (Sita Nursanti), tinggal di gedung yang sudah ditinggalkan oleh penghuninya. Pada awal cerita, Bandi diancam dan dipukul oleh sekelompok orang saat berada di rumahnya.

Orang-orang ini meminta mereka meninggalkan gedung tersebut. Ternyata, orang-orang tersebut adalah suruhan dari saudaranya Dewi. Dewi diceritakan tidak mau menandatangani surat waris. Hal ini membuat saudara-saudara Dewi tidak bisa membagi warisan orangtua mereka.

Saudaranya kemudian memaksa Dewi untuk menandatangani surat turun waris tersebut. Karena melihat Bandi diperlakukan kurang baik, Dewi akhirnya menandatangani surat tersebut demi keselamatan keluarga. Saudara dewi beserta orang-orang suruhannya kemudian melepas Bandi.

Series Joko Anwar's Nightmares and Daydreams seolah menyadarkan penonton, bahwa masalah-masalah sosial di atas pasti pernah terjadi di kehidupan, dan sering menimbulkan konflik-konfilk yang tak ada akhirnya.

Share
Topics
Editorial Team
Ari Budiadnyana
EditorAri Budiadnyana
Follow Us