Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Cupilkan dari lagu 'Kepalkan Tangan Kiri' milik Scared of Bums. (youtube.com/scaredofbumsbali)

Alam Pulau Dewata yang indah dan asri ini memang perlu dijaga dari kerusakan. Alam ini jugalah yang mengundang wisatawan datang ke Bali untuk menikmati keindahannya.

Masyarakat Bali pun kerap menyuarakan untuk selalu menjaga kelestarian lingkungan di tanah kelahiran, satu di antaranya melalui karya seni musik. Seniman-seniman musik di Bali, band maupun penyanyi solo, menuangkan isu lingkungan ini dalam lirik lagu mereka. Apa saja lagunya? Langsung aja disimak tulisan berikut.

1. Kepalkan Tangan Kiri dari Scared of Bums

Band yang digawangi oleh Putu Eka Janantha (Bocare) pada vocal, Gede Putra Budi Noviyana (Nova) pada drum, I Made Gede Ary Gunawan (Arx) pada bass, dan AA Eka Paramartha (Poglax) ini sering terlibat dalam gerakan-gerakan sosial yang mengangkat isu lingkungan hidup.

Satu lagu Scared of Bums yang berjudul 'Kepalkan Tangan Kiri' adalah untuk mengajak masyarakat bersatu padu menolak proyek-proyek besar yang akan merusak alam Bali.

Lagu ini mereka ciptakan ketika sedang hangat-hangatnya gerakan Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa. Lagu dibuka dengan orasi Wayan Gendo Suardana tentang penolakan terhadap proyek Reklamasi Teluk Benoa. Lagu ini menjadi theme song gerakan Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa.

2. Ibu dari Navicula

Band asal Bali yang dijuluki The Green Grunge Gentlement ini sangat lekat dengan isu sosial dan lingkungan. Mereka konsisten mengangkat tema tersebut hampir di semua karyanya. Seperti lagu yang diberi judul 'Ibu'.

Lagu ini bercerita tentang janji seorang manusia kepada alam, bumi, tempatnya tinggal, bahwa ia akan lebih peduli dan meluangkan waktu serta tenaganya untuk menjaga, mencintai, dan melestarikan alam.

Band yang saat ini beranggotakan Gede Robi (vokal, gitar), Dadang Pranoto (gitar), Palel Atmoko (drum) dan Krishnanda Adipurba (bass) menciptakan lagu ini karena kegusaran personelnya melihat alam yang sudah banyak dirusak oleh oknum-oknum untuk memperkaya dirinya sendiri.

3. Hati-hati Ada Proyek dari The Hydrant

The Hydrant adalah band indie dari Bali yang mengusung genre rockabilly. Band yang beranggotakan Marshello (vokal dan harmonika), Adi (double bass), Vincent (gitar), dan Christopper (stand-up drum) ini sering terlihat aktif mendukung gerakan-gerakan yang mengangkat isu lingkungan dan sosial di Bali. Hal ini mereka tunjukkan di lagu yang berjudul 'Hati-hati Ada Proyek'.

Lagu ini bercerita tentang banyaknya proyek pembangunan di Bali yang membuat sumpek Pulau Dewata dan tentunya juga merusak alam, termasuk persawahan yang semakin sedikit.

Lagu ini juga bercerita tentang proyek reklamasi Teluk Benoa, di mana di video musiknya terdapat beberapa cuplikan dari demo gerakan Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa.

4. Pohon Tua dengan lagu berjudul Siapa Lagi Kalau Bukan Kita

Pohon Tua adalah vokalis dari band Dialog Dini Hari sekaligus pemain gitar dari band Navicula. Tentunya ia sudah sangat lekat dengan isu-isu lingkungan maupun sosial.
'Siapa Lagi Kalau Bukan Kita' adalah lagu yang ciptaannya secara spontan yang berisi ajakan untuk menjaga alam dan hutan dari kerusakan.

Lagu ini merupakan proyek kerja sama Handcrafted Films, Indonesia Nature Film Society (INFIS), dan juga Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).

Lagu 'Siapa Lagu Kalau Bukan Kita' adalah terjemahan dari judul proyek kampanye 'If Not Us Then Who', yang dilakukan di beberapa negara termasuk Indonesia. Proyek ini tentang peran masyarakan adat di seluruh dunia terhadap hutan.

5. Hiruk Pikuk Denpasar dari Nosstress

Nosstress adalah band yang bermain musik perpaduan blues dan folk dalam alunan pop. Karya-karya mereka juga kerap mengangkat isu-isu lingkungan dan sosial. Para personelnya pun aktif dalam kegiatan yang terkait isu lingkungan hidup maupun sosial. Kegundahan personelnya tentang keadaan alam Bali ini mereka tuangkan ke dalam lirik lagu 'Hiruk Pikuk Denpasar'.

Lagu ini bercerita tentang Kota Denpasar yang sudah mulai sumpek, polusi asap kendaraan, dan banyak sampah berserakan. Lagu dari band yang kini beranggotakan Kupit dan Man Angga ini juga berisi ajakan untuk selalu menjaga lingkungan untuk tidak membuang sampah sembarangan, sehingga alam menjadi tetap indah dan bersih.

Alam memang harus selalu dijaga keindahan dan kelestariannya. Apalagi alam Bali sering mendapat 'cobaan' dari proyek-proyek raksasa seperti reklamasi Teluk Benoa dan yang terbaru adalah Terminal LNG yang mengusik warga Desa Adat Intaran, Kelurahan Sanur. Warga Desa Adat Intaran bergerak menolak proyek Terminal LNG yang akan membabat tanaman bakau dan mengeruk laut untuk jalur kapal tanker.

Seperti dalam lagu miik Pohon Tua, siapa lagi kalau bukan kita yang bisa menjaga alam ini. Jika alam Bali ini rusak, para turis pun akan beralih tujuan ke daerah lain yang lebih indah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team