Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Kemungkinan Penyebab Gen Z Sering Berpikiran Negatif

foto hanya ilustrasi (pexels.com/zun1412)

Zaman yang sudah maju seperti sekarang ternyata masih ada lho anak muda yang masih berpikiran negatif. Nah, kali ini akan dibahas hal-hal apa saja yang kemungkinan menyebabkan gen Z sering berpikiran negatif.

1. Prasangka berlebihan kepada orang lain

pexels/Tima Miroshnichenko

Penyebab Gen Z sering berpikir negatif saadalah menaruh prasangka berlebihan kepada orang lain. Misalnya ada satu peristiwa di tempat kerja, dan bos kamu tampak tidak senang saat bertemu denganmu. Tiba-tiba kamu jadi berprasangka berlebihan kepada bosmu itu, lalu mulai berpikir negatif tentang kesalahan apa yang sudah kamu perbuat sehingga bos tidak senang saat melihatmu.

Setelah kamu pulang kerja dan masih menyimpan prasangka berlebihan akan peristiwa itu, malah hanya akan membuatmu terus kepikiran hal-hal negatif tentang dirimu sendiri.

Padahal bisa jadi saat peristiwa itu terjadi, bosmu memang sedang ada masalah pribadi dan tidak bisa menyembunyikan kekecewaan di wajahnya. Jadi bukan berarti kamu melakukan kesalahan. Berhentilqah untuk berprasangka berlebihan lagi ya.

2. Menjadi terlalu emosional saat berpikir

Pexels/Liza Summer

Penyebab selanjutnya Gen Z sering berpikir negatif adalah terlalu emosional saat berpikir. Misalnya saat kamu tertimpa masalah ataupun kegagalan, emosimu menjadi tidak terkontrol. Merasa bahwa dirimu sebagai orang paling gagal, lalu meremehkan semua usaha lain yang pernah kamu lakukan. Kamu menjadi kurang percaya diri dan tidak lagi berani untuk mencoba hal baru.

Merasa sedih saat tertimpa masalah itu wajar. Tapi jangan biarkan kesedihan itu terus menerus ada di dalam pikiran, dan hanya membuatmu semakin terpuruk. Buatlah sebuah keyakinan dalam pemikiranmu, bahwa badai pasti akan berlalu, begitu juga dengan masalahmu.

3. Sering membayangkan skenario terburuk terjadi

pexels/cottonbro studio

Kedengarannya aneh sih, tapi ada lho Gen Z yang suka membayangkan skenario terburuk di masa depan. Mungkin ini juga penyebab kenapa anak muda sering berpikiran negatif. Jika terlalu sering membayangkan skenario terburuk, maka kamu hanya akan melihat dunia dari segala sisi buruknya.

Selain itu kamu juga akan sulit untuk melangkah ke depan. Karena pada akhirnya kamu ketakukan dalam mengambil keputusan setelah membayangkan bila skenario terburuk itu terjadi.

Iya, memang gak bisa dipungkiri bahwa ada manfaatnya juga memikirkan skenario terburuk sebagai bahan pertimbangan risiko. Tapi jangan sampai hal itu malah membuat kamu terjebak ke dalam berpikir negatif. Ada satu quotes yang mengatakan "Don't cross the bridge until you come to it." Maksudnya, jangan terlalu berpikir berlebihan akan suatu peristiwa sebelum peristiwa itu benar-benar terjadi.

4. Memberi ruang lingkup terbatas saat berpikir

Pexels/Kamaji Ogino

Sadar gak sih, Satu penyebab berpikiran negatif itu karena secara tidak sadar maupun sadar kamu membuat batasan-batasan dalam berpikir. Acap kali kamu berpikir bahwa kemungkinan di dunia itu hanya ada dua, yaitu sukses atau gagal.

Padahal sebenarnya kemungkinan di dunia ini bukan hanya dua, masih ada banyak kemungkinan lain misalnya separuh sukses, seperempat sukses, hampir sukses, dan sebagainya.

Intinya jangan batasi pemikiranmu saat peristiwa ataupun keadaan sulit menimpamu, dan jangan menganggap bahwa kamu telah sepenuhnya gagal. Selalu ingat dan percaya bahwa masih ada kesempatan di hari esok untuk kamu menemukan solusinya, dan seperti masa-masa sulit sebelumnya kamu akan baik-baik saja dan bisa melewatinya.

Kira-kira itulah beberapa penyebab Gen Z sering berpikiran negatif. Mungkin teman-teman lain ada yang mau menambahkan, dan berikan masukan agar kita sama-sama bisa keluar dari pikiran negatif ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us