Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

4 Alasan Kesengsaraan Datangnya dari Dirimu Sendiri

ilustrasi kesedihan (pixabay.com/3938030)

Siapa sih yang menginginkan hidup sengsara? Rasanya tidak ada, ya. Sayangnya, namanya juga hidup, tentu tidak selalu mulus. Hari ini kamu bisa begitu bahagia, eh esok hari tiba-tiba sengsara.

Saat tiba roda waktu hidupmu menjadi fase kesengsaraan, ternyata kamu belum siap. Ketidaksiapanmu inilah yang terkadang tanpa sadar membuat kamu terjerumus menjadi semakin sengsara. Sebagai buktinya, berikut 4 alasan kesengsaraan itu berasal dari dirimu sendiri, berdasarkan pengalaman pribadi penulis.

1. Menyakinkan diri menjadi si paling sengsara

ilustrasi masalah hidup (pixabay.com/Anemone123)

Siapa yang membuatmu percaya bahwa kamu memiliki hidup sengsara? Tentu kamu sendiri. Mungkin kamu memang merasakan situasi dan kondisi yang teramat sengsara. Namun, bukan artinya kamu harus bersedih hati, merenung, dan menganggap diri sebagai si paling sengsara.

Sadarkah bahwa kamu tengah meyakinkan dirimu sendiri untuk jatuh? Bukankah itu tugas orang lain? Coba pikirkan. Ya, seharusnya kamu yang membangkitkan diri sendiri dari keterpurukan. Seharusnya kamu menyangkal orang lain yang menganggap dan membuatmu sengsara, bukan malah semakin menjatuhkan diri sendiri.

2. Larut menikmati kesengsaraan

ilustrasi mendengarkan lagu (pexels.com/Tirachard Kumtanom)

Ada masalah bukannya dihadapi, malah tanpa sadar dinikmati. Sesederhana menangis terus menerus. Nangis itu boleh tapi tidak perlu berlarut.

Pun meratapi kesengsaraan dengan mendengarkan lagu galau. Terkadang lagu tersebut memang mewakili dan bisa menjadi teman hati. Namun, terhanyut oleh lirik lagunya membuatmu tanpa sadar nyaman dan menikmati kesengsaraanmu, lho.

3. Enggan usaha, malah menyalahkan takdir

ilustrasi orang berusaha (pixabay.com/JESHOOTS-com)

Sudah sadar tengah mengalami kesengsaraan, eh kamu langsung putus asa. Tanpa adanya usaha menemukan solusi, nyatanya kamu malah pasrah dan meratapi nasib.

Bagimu, kamu percaya bahwa kesengsaraan ialah takdir yang tidak bisa diganggu gugat. Kamu jadi menyalahkan takdir hidupmu. Bagimu, kamu tidak akan sengsara kalau tidak ditakdirkan sengsara. Oleh karena sudah ditakdirkan sengsara, maka bagimu usaha akan menjadi percuma.

4. Membandingkan dengan kebahagiaan orang lain

ilustrasi aku dan orang lain (pixabay.com/NoName_13)

Sadar atau tidak, membandingkan kesengsaraan yang kamu rasakan dengan kebahagiaan orang lain hanya akan membuatmu makin sengsara, lho. Bagaimana tidak, saat melihat kebahagiaan orang lain, kamu akan merasa berkecil hati dan meremehkan hidupmu sendiri.

Padahal, kebahagiaan orang lain yang terlihat itu belum tentu senyatanya seperti itu, lho. Jika memang nyata, tentu orang terkait telah berjuang mati-matian untuk mendapatkannya, bukan pasrah sepertimu.

Jika sudah seperti itu, lantas mau sampai kapan kamu makin menyebabkan dirimu sengsara dengan mindset yang dimiliki? Coba bayangkan. Kalau bukan kamu yang memperbaiki hidupmu, ya siapa lagi? Kalau bukan sekarang, ya kapan lagi?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Melinda Fujiana
EditorMelinda Fujiana
Follow Us