ilustrasi orang yang sedih (pixabay.com/vdnhieu)
Pernah melihat postingan di TikTok atau Instagram yang menayangkan sebuah video kalau sekitar tahun 2017, 2018, 2019 menunjukkan sebuah gambaran kehidupan yang menyenangkan. Sedangkan di tahun 2022, 2023 justru menunjukkan sesuatu yang tak jauh dari rasa sedih, depresi, hingga kesepian. Selain sebab pandemik COVID-19 yang sempat mengubah kebiasaan hidup masyarakat Indonesia, satu alasan yang mungkin menyebabkan hal itu adalah karena anak-anak generasi 2000-an awal sudah mulai menginjak fase terberat dalam hidup mereka, menjadi dewasa. Di saat yang bersamaan, anak muda di zaman sekarang sudah semakin berkembang dalam hal pola pikirnya, seiring semakin banyaknya informasi di tengah perkembangan teknologi yang melejit.
Kebanyakan dari anak-anak kelahiran tahun 90-an sampai 2000-an awal lebih sering memikirkan bagaimana menjalani hidup dengan bahagia. Meskipun pertengkaran, permusuhan, hingga perkelahian juga tak jarang terjadi di kalangan mereka, tetapi kalau sudah ‘berganti hari’, seolah itu semua mudah sekali hilang dari ingatan. Dengan kata lain, anak-anak pada zaman itu tidak berlarut-larut dalam memikirkan segala hal yang tidak membuat mereka bahagia. Lebih tepatnya mereka tidak peduli dengan itu semua.
Berbanding terbalik dengan anak muda zaman sekarang yang lebih aware dengan kejadian seperti itu, terlebih yang menyangkut kesehatan mental mereka. Meskipun di satu sisi hal itu baik, sebab mereka menjadi lebih peduli dan selalu ingin belajar untuk menjaga kesehatan mental, tetapi di lain sisi hal itu bisa menjadi bumerang di kehidupan mereka. Mereka yang terlalu berlebihan memikirkan segala sesuatunya dengan kesehatan mental, atau mereka yang tidak mampu memahami arti sebenarnya dari kesehatan mental, hanya akan kesulitan untuk menemukan kebahagian, berujung pada sebuah perasaan kesepian, stres, hingga depresi.
Jadi, di umur mereka yang sekarang, di zaman sekarang, anak-anak kelahiran tahun 2000-an awal, yang bisa dikatakan sebagai generasi terakhir dari anak-anak kelahiran tahun 90-an, mau tidak mau harus berhenti dengan pola pikir masa lalu mereka, yang semata hanya memikirkan soal kebahagiaan. Hal itu berbarengan dengan anak muda generasi sekarang yang sering menyelesaikan suatu masalah dengan masalah yang baru dengan pola pikir mereka. Oleh sebab itu, di tahun-tahun sekarang, seolah suasana kehidupan itu selalu dipenuhi dengan rasa sedih dibandingkan kebahagiaan.
Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud untuk meninggikan atau merendahkan generasi kelahiran seseorang. Kelahiran adalah sesuatu yang bukan menjadi kehendak kita dan sepenuhnya datang dari Tuhan. Oleh sebab itu, semua orang di dunia ini pada dasarnya lahir di zaman atau tahun yang baik dan sesuai untuk diri kita masing-masing. Karena segala sesuatu yang datang dari Tuhan tidak akan memberikan keburukan bagi setiap yang diciptakan-Nya.