Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi camping (pexels.com/Xue Guangjian)
ilustrasi camping (pexels.com/Xue Guangjian)

Di tengah rutinitas modern yang serba cepat, mulai dari kerja, macet, sampai aktivitas yang didominasi layar, banyak orang makin jarang untuk berinteraksi langsung dengan alam. Kondisi ini sering disebut sebagai nature deficit disorder, istilah yang dipopulerkan oleh Richard Louv dalam bukunya Last Child in the Woods.

Meski bukan diagnosis medis, berbagai studi menunjukkan bahwa kurang paparan alam dapat berdampak pada fisik, mental, hingga produktivtias. Yuk cek tanda-tandanya berikut!

ilustrasi camping dekat sungai (unsplash.com/Jasper Gribble)

Gampang capek dan cepat merasa "mentally drained"

Studi dari University of Michigan (Berman et al., 2008) menemukan bahwa berjalan di ruang hijau selama 20 menit dapat meningkatkan energi dan memperbaiki mood. Ketika tubuh terlalu lama di ruangan tertutup, sistem kognitif cepat lelah karena harus memproses stimulus buatan terus menerus.

"Alam bekerja seperti tombol reset bagi otak," ujar Marc Berman, psikolog lingkungan dari University of Chicago.

Cara mengatasinya:

  • Luangkan 10-15 menit untuk berjalan di ruang terbuka.

  • Pilih rute yang punya pepohonan meski hanya di area kota.

Konsentrasi menurun dan sulit fokus

Menurut Attention Restoration Theory (Kaplan, 1995), alam mampu memulihkan kemampuan perhatian manusia. Ruang hijau memberi soft fascination, yaitu stimulasi ringan yang membuat otak bisa beristirahat dari beban kognitif.

Cara mengatasinya:

  • Coba bekerja atau membaca di area outdoor, seperti taman kota.

  • Kalau tidak memungkinkan, sisipkan green micro-breaks setiap beberapa jam.

Mood mudah turun dan rawan stres

Penelitian dari Stanford University (Bratman et al., 2015) menunjukkan bahwa berjalan di alam selama 90 menit dapat menurunkan aktivtias area otak yang berhubungan dengan perenungan negatif (rumination). Efek ini membuat seseorang merasa lebih tenang dan stabil secara emosional.

"Kontak dengan alam terbukti menurunkan stres secara fisiologis maupun psikologis," kata Gregory Bratman, peneliti utama studi tersebut.

Cara mengatasinya:

  • Berjalan setelah kerja atau sore hari.

  • Praktik mindful walking di ruang terbuka.

Merasa terputus dari dunia nyata

Jika kamu lebih sering berhadapan dengan layar daripada melihat langit, bisa jadi kamu mengalami kehilangan sense of connectedness. Menurut kajian dari American Psychological Association (APA, 2020), alam membantu mengembalikan rasa keterhubungan dengan lingkungan sekitar dan meningkatkan kesejahteraan sosial.

Cara mengatasinya:

  • Coba duduk beberapa menit di luar rumah tanpa gedget.

  • Sempatkan mengamati suara, angin, aroma, dan detail kecil di alam.

Tidur kurang nyenyak dan gampang terbangun

Paparan cahaya alami sangat penting mengatur ritme sirkadian tubuh. Penelitian dari University of Colorado Bouldver (Wright et al., 2013) menemukan bahwa orang yang terpapar cahaya matahari lebih banyak memiliki pola tidur yang lebih teratur dan kualitas tidur lebih baik.

Cara mengatasinya:

  • Cari sinar matahari pagi minimal 5-10 menit.

  • Kurangi waktu di ruangan gelap sepanjang hari.

Kreativitas menurun dan ide susah "muncul"

Menurut riset dari University of Utah (Atchley et al., 2012), menghabiskan waktu di alam dapat meningkatkan kreativitas hingga 50%. Alam membantu menurunkan beban informasi yang menumpuk dan memberi ruang bagi otak untuk berpikir lebih jernih.

"Alam memperlambat ritme mental kita yang terlalu dipicu teknologi," Jelas David Strayer, co-author studi tersebut.

Cara mengatasinya:

  • Saat mentok ide, coba brainstorming di ruang terbuka.

  • Lakukan "nature break" sebelum memulai tugas yang butuh kreativtias.

Kekurangan paparan alam bukan hanya soal kurang liburan, tapi tentang kehilangan koneksi dasar manusia dengan lingkungan naturalnya. Efeknya bisa terasa pada energi, fokus, emosi, tidur, hingga kreativtias. Kabar baiknya, kamu tidak perlu ke gunung atau pantai untuk memulihkannya. Jalan singkat di taman kota, duduk di bawah pohon, atau exposure cahaya matahari sudah cukup untuk memberi efek nyata.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team