Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

6 Strategi Bikin Anak gak Takut ke Dokter Gigi

ilustrasi anak ke dokter gigi (pexels.com/iam luisao)

Banyak anak yang langsung gelisah, takut, atau bahkan menangis begitu mendengar kata ‘dokter gigi.’ Padahal, pemeriksaan gigi secara rutin penting banget untuk menjaga kesehatan mulut sejak dini. Sayangnya, rasa takut ini sering terbentuk karena pengalaman negatif, cerita menyeramkan, atau ketidaktahuan anak tentang apa yang sebenarnya terjadi di ruang praktik dokter. Kalau gak ditangani, anak bisa trauma dan sulit diajak ke dokter gigi sampai dewasa.

Tapi tenang, orangtua punya peran besar dalam membentuk persepsi anak tentang dokter gigi. Dengan pendekatan yang lembut dan menyenangkan, anak bisa diajak mengenal dan akhirnya merasa nyaman dengan kunjungan ke dokter gigi. Kuncinya ada di strategi yang dilakukan secara konsisten di rumah, tanpa harus menunggu anak mengalami sakit gigi dulu. Yuk, intip enam strategi yang bisa bantu anak gak takut lagi ke dokter gigi!

1. Kenalkan lewat buku cerita dan video animasi yang ramah anak

ilustrasi membaca bersama anak (pexels.com/Ksenia Chernaya)

Anak-anak lebih mudah belajar dan memahami sesuatu lewat cerita. Maka dari itu, mengenalkan dokter gigi lewat buku cerita anak atau video animasi bisa jadi langkah awal yang sangat efektif. Pilih media yang menggambarkan kunjungan ke dokter gigi sebagai pengalaman menyenangkan dan penuh kejutan positif. Semakin ceria dan ramah visualnya, semakin besar peluang anak tertarik untuk tahu lebih lanjut.

Sajikan cerita ini bukan saat anak sakit, tapi saat suasana santai seperti menjelang tidur atau waktu bermain. Ini akan membangun asosiasi positif antara dokter gigi dan pengalaman menyenangkan. Anak jadi punya gambaran awal tentang proses pemeriksaan gigi tanpa merasa terancam. Jangan lupa tanyakan pendapat anak setelah membaca atau menonton, supaya kamu tahu hal apa yang membuatnya penasaran atau takut.

2. Ajak anak bermain peran sebagai dokter gigi

ilustrasi anak bermain peran menjadi dokter (pexels.com/Polesie Toys)

Permainan peran adalah cara yang sangat ampuh untuk mengurangi ketegangan anak terhadap situasi baru. Kamu bisa ajak anak bermain sebagai dokter gigi dengan menggunakan boneka dan peralatan mainan seperti cermin kecil, sikat gigi, atau lampu senter. Biarkan anak memeriksa gigi boneka atau bahkan kamu sendiri. Lalu gantian, biarkan dia menjadi pasien agar makin terbiasa dengan sensasinya.

Dari permainan ini, anak jadi terbiasa dengan ‘alur’ kunjungan ke dokter gigi. Ketika hari periksa sungguhan tiba, mereka gak akan terlalu kaget karena merasa sudah ‘pernah’ mengalaminya. Hal ini juga bisa jadi momen edukatif tentang pentingnya menjaga kebersihan gigi sejak kecil. Bermain sambil belajar akan selalu jadi kombinasi yang ampuh dan menyenangkan bagi anak-anak.

3. Hindari ancaman seperti "Nanti ke dokter gigi lho!"

ilustrasi anak belajar bersama orang tua (pexels.com/Ron Lach)

Banyak orangtua tanpa sadar menakut-nakuti anak dengan kata-kata seperti, "Kalau gak sikat gigi, nanti disuntik dokter gigi!" atau "Awas, nanti cabut gigi pakai tang lho!" Meskipun maksudnya untuk membuat anak patuh, cara ini justru memperkuat rasa takut dan menciptakan asosiasi negatif terhadap dokter gigi. Anak akan menganggap dokter gigi sebagai sosok yang menyeramkan dan harus dihindari.

Sebaliknya, cobalah mengajak anak memahami manfaat dari menjaga gigi dan pergi ke dokter secara positif. Kamu bisa bilang, "Dokter gigi itu bantu kita supaya gigi tetap kuat dan gak sakit," atau "Kalau periksa rutin, nanti bisa dapet stiker keren dari dokternya!" Kalimat seperti ini akan membuat anak lebih rileks dan menganggap dokter gigi sebagai teman yang membantu, bukan orang yang menakutkan.

4. Pilih dokter gigi yang ramah anak dan punya ruang praktik menyenangkan

ilustrasi anak ke dokter gigi (pexels.com/iam luisao)

Bukan rahasia lagi, suasana ruang praktik dokter bisa sangat memengaruhi suasana hati anak. Maka dari itu, penting memilih dokter gigi yang memang terbiasa menangani anak-anak. Biasanya, klinik gigi anak memiliki dekorasi ceria, permainan edukatif di ruang tunggu, dan dokter yang komunikatif serta sabar. Semua elemen ini bisa membantu menurunkan ketegangan anak bahkan sebelum masuk ke ruang pemeriksaan.

Kamu juga bisa ajak anak ikut dalam proses pemilihan dokter, misalnya dengan menunjukkan beberapa pilihan lewat foto atau situs web. Libatkan anak dalam keputusan ini agar dia merasa punya kontrol dan lebih siap. Kalau kunjungan pertama berjalan dengan menyenangkan, anak akan lebih terbuka untuk datang kembali tanpa perlu dibujuk dengan keras. Ingat, kesan pertama sangat menentukan untuk pengalaman selanjutnya.

5. Jangan langsung periksa saat anak sedang sakit atau rewel

ilustrasi seorang anak menangis (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi seorang anak menangis (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Kunjungan pertama ke dokter gigi sebaiknya dilakukan saat anak dalam kondisi sehat dan ceria, bukan saat ia sedang sakit atau rewel. Kalau anak datang ke dokter gigi dalam kondisi emosi gak stabil, pengalaman pertamanya bisa jadi sangat gak menyenangkan. Ini justru membuat trauma yang susah dihilangkan meski hanya sekali terjadi. Jadi, pastikan timing-nya tepat agar anak punya pengalaman awal yang positif.

Lebih baik ajak anak saat kamu juga akan kontrol gigi rutin, jadi dia bisa melihat prosesnya terlebih dulu. Biarkan anak hanya duduk dan memperhatikan kamu diperiksa dengan ekspresi santai. Anak akan menangkap sinyal bahwa pergi ke dokter gigi itu bukan hal yang menakutkan. Setelah melihat sendiri bahwa prosesnya gak menyeramkan, ia akan lebih siap saat gilirannya tiba.

6. Beri penghargaan setelah kunjungan selesai, tapi jangan dalam bentuk makanan manis

ilustrasi orang tua memberi hadiah ke anak (freepik.com/stockking)
ilustrasi orang tua memberi hadiah ke anak (freepik.com/stockking)

Memberikan hadiah kecil setelah anak berhasil menjalani pemeriksaan bisa jadi motivasi positif. Hadiah ini gak harus mahal, cukup berupa stiker, mainan kecil, atau sesi bermain tambahan di rumah. Tapi penting untuk diingat, hindari memberikan hadiah berupa permen atau cokelat yang justru bertentangan dengan tujuan periksa gigi. Lebih baik pilih hadiah yang gak berkaitan dengan makanan manis.

Dengan memberi penghargaan yang tepat, anak akan merasa usahanya dihargai dan ingin mengulang pengalaman baik itu lagi di lain waktu. Ini juga bisa jadi alat bantu untuk membangun rutinitas periksa gigi yang menyenangkan. Puji anak atas keberaniannya dan ceritakan pengalaman tersebut kepada anggota keluarga lain agar ia merasa bangga. Semakin sering ia mendengar dukungan, semakin besar pula keberaniannya.

Mengajak anak ke dokter gigi memang penuh tantangan, tapi bukan berarti mustahil dibuat menyenangkan. Dengan strategi yang tepat dan dilakukan secara konsisten di rumah, anak bisa mengubah rasa takutnya jadi antusiasme. Mulai dari media cerita, permainan peran, sampai memilih klinik yang ramah anak, semuanya punya dampak besar pada persepsi anak terhadap dokter gigi.

Kuncinya adalah menciptakan pengalaman pertama yang positif dan menjauhkan anak dari trauma yang tak perlu. Saat anak merasa aman, didengarkan, dan dilibatkan, ia akan lebih mudah diajak bekerja sama. Yuk, bantu anak membangun kebiasaan sehat ini sedini mungkin, supaya giginya kuat dan senyumnya selalu ceria!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us