ilustrasi orangtua membaca (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Tidak selamanya perlakuan yang diterapkan akan direspon sama oleh setiap anak. Sebagai orangtua perlu memahami bagaimana kondisi dan situasi anaknya. Selain pola asuh otoriter, terdapat jenis lainnya yaitu authoritative, permissive, dan uninvolved. Tanpa disadari, orangtua yang mampu menjalin kedekatan dengan anak akan menerapkan lebih dari satu pola asuh. Berikut ini jenis-jenis pola asuh menurut Rahmat dalam jurnalnya:
1. Pola asuh permissive
Apakah kamu selalu memenuhi semua keinginan anak dan memberikan kebebasan penuh kepadanya? Hal ini termasuk ke dalam pola asuh permissive (permisif). Dampaknya, anak menjadi tidak terkontrol, dan tidak pernah merasakan bimbingan atau arahan
2. Pola asuh authoritative
Jika kamu memiliki komunikasi yang baik dengan anak, sering bertukar cerita dengan anak dan responsif atas kebutuhannya, tegas akan suatu hal, memberikan kesempatan kepada anak untuk berpendapat sehingga mampu bertanggung jawab, maka ini termasuk ke dalam pola asuh authoritative. Jadi kamu harus mampu menempatkan posisinya kapan harus sebagai teman, dan kapan harus tegas sebagai orangtua
3. Pola asuh uninvolved
“Saya sudah memenuhi kebutuhan pendidikan, dan fasilitas kehidupan yang layak. Itulah cara saya memanjakan anak saya.“ Jika kamu berpikiran demikian, maka ini termasuk pada pola asuh uninvolved. Pola asuh ini bertentangan dengan authoritative, tidak memedulikan kebutuhan dan tidak memberikan tuntutan kepada anak. Cara ini hanya memenuhi kebutuhan fisiknya saja, tetapi tidak memenuhi kebutuhan psikis anak seperti mendengarkan hari buruk yang telah dia lewati. Pada umumnya, pola asuh seperti ini terjadi pada orangtua yang sibuk berkarier dan tidak memiliki waktu santai bersama anaknya.
Apakah sudah siap menjadi orangtua muda yang baik untuk sang anak? Nah, dari penjelasan di atas dapat dipahami, anak cenderung akan merasa nyaman dengan sikap selayaknya teman. Namun tidak melupakan batasan antara orangtua dan anak agar dia tidak dominan. Bukan hanya sekadar memahami teorinya saja, pengasuhan perlu persiapan mental, fisik, dan sosial dari orangtua itu sendiri.