5 Kesalahan Fatal Orangtua saat Mengawasi Pergaulan Anak

Gimana menurut pendapatmu?

Anak-anak adalah bunga kehidupan yang harus dirawat dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Satu cara untuk membantu anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang sehat, bahagia, dan mandiri adalah dengan mengawasi pergaulan mereka. Pergaulan merupakan sekolah kedua bagi anak-anak, di mana mereka belajar banyak hal dari teman sebayanya.

Namun, tidak semua pergaulan itu baik untuk anak-anak. Ada beberapa pergaulan yang dapat membawa pengaruh negatif, seperti penyalahgunaan narkoba, kekerasan, atau seks bebas. Oleh karena itu, orangtua perlu berperan aktif dalam mengawasi pergaulan anak-anaknya.

Namun, ada beberapa kesalahan fatal selama melakukan pengawasan yang justru dapat merusak hubungan antara orangtua dan anak. Apa saja kesalahan fatal tersebut? Simak ulasan berikut ini.

1. Terlalu mengontrol

5 Kesalahan Fatal Orangtua saat Mengawasi Pergaulan Anakilustrasi memarahi anak (pexels.com/Monstera)

Orangtua yang terlalu mengontrol pergaulan cenderung bersikap otoriter, dan tidak memberikan kebebasan kepada anak-anak. Misalnya sering membatasi siapa teman, apa aktivitas, dan di mana tempat bermain anak-anak.

Orangtua juga sering menetapkan aturan yang ketat dan tidak fleksibel, serta mengancam atau menghukum anak-anaknya jika melanggar aturan tersebut. Sikap ini dapat membuat anak-anak merasa tertekan, tidak percaya diri, dan tidak bahagia. Anak-anak yang terlalu dikontrol juga dapat menjadi pemberontak, penurut, atau penarik diri.

Orangtua sebaiknya tidak terlalu mengontrol pergaulannya. Tetapi memberikan kesempatan untuk membuat pilihannya sendiri sesuai dengan usia, dan kemampuan mereka.

Orangtua juga sebaiknya memberikan aturan yang jelas, konsisten, dan adil, serta memberikan alasan maupun konsekuensi dari aturan tersebut. Orangtua dapat membantu anak-anak untuk mengembangkan keterampilan sosial, seperti berkomunikasi, bernegosiasi, menyelesaikan konflik, dan menghargai perbedaan.

2. Tidak peduli

5 Kesalahan Fatal Orangtua saat Mengawasi Pergaulan Anakilustrasi orangtua dan anak remaja (pexels.com/cottonbro studio)

Orangtua yang tidak peduli pergaulan anak-anak cenderung bersikap tak acuh dan tidak mengetahui siapa teman, apa yang mereka lakukan bersama, dan di mana mereka berada. Orangtua juga sering tidak memberikan dukungan, bimbingan, atau nasihat kepada anak-anaknya mengenai pergaulan.

Sikap ini dapat membuat anak-anak merasa tidak dihargai, tidak dicintai, dan tidak aman. Anak-anak yang tidak dipedulikan juga dapat menjadi terisolasi, tidak bertanggung jawab, atau berisiko terlibat dalam perilaku negatif, seperti penyalahgunaan narkoba, kekerasan, atau seks bebas.

Orangtua sebaiknya peduli pergaulan mereka. Caranya dengan menunjukkan minat dan perhatian, mengajak mereka bercerita tentang pengalamannya bersama teman, dan mengenal orangtua dari teman-teman mereka.

Orangtua juga sebaiknya memberikan dukungan, bimbingan, atau nasihat kepada anak-anak mengenai pergaulan dengan cara memberikan pujian, saran, atau kritik yang konstruktif, membantu mereka mengatasi masalah atau konflik dengan teman, dan memberikan informasi atau edukasi yang relevan.

3. Membanding-bandingkan

5 Kesalahan Fatal Orangtua saat Mengawasi Pergaulan Anakilustrasi memarahi anak (pexels.com/RDNE Stock project)

Orangtua yang membanding-bandingkan pergaulannya cenderung bersikap tidak realistis, dan menilai anak-anak berdasarkan standar atau harapan yang terlalu tinggi, seperti prestasi akademik, penampilan fisik, atau popularitas.

Orangtua juga sering mengkritik, mengejek, atau menyalahkan jika tidak sesuai dengan standar atau harapan tersebut. Bahkan memuji, memfavoritkan, atau memilih teman-teman mereka yang dianggap lebih baik. Sikap ini dapat membuat anak-anak merasa tidak berharga, tidak kompeten, dan tidak percaya diri. Anak-anak yang dibanding-bandingkan juga dapat menjadi pencemburu, iri, atau bermusuhan dengan teman-temannya.

Orangtua sebaiknya menghargai dan menerima mereka apa adanya dengan cara mengakui kelebihan dan kekurangan, memberikan dorongan dan motivasi, menghormati pilihan dan keputusan mereka. Orangtua juga sebaiknya menghindari komentar yang negatif, menyesuaikan harapan dengan kemampuan anak-anaknya, menghargai keragaman dan perbedaan.

4. Menyudutkan

5 Kesalahan Fatal Orangtua saat Mengawasi Pergaulan Anakilustrasi memarahi anak (pexels.com/Monstera)

Orangtua yang menyudutkan pergaulan anak-anak cenderung bersikap tidak adil dan menyalahkan atau menghakimi jika terlibat dalam konflik, masalah, atau kesalahan dengan teman-temannya.

Orangtua biasanya sering tidak mendengarkan, memahami, atau membela sudut pandang anak-anaknya, serta tidak membantu mereka untuk menyelesaikan konflik, masalah, atau kesalahan tersebut. Sikap ini dapat membuat anak-anak merasa tidak didukung, tidak dipercaya, dan tidak dihormati. Anak-anak yang disudutkan juga dapat menjadi defensif, menarik diri, atau menolak bantuan.

Orangtua sebaiknya mendukung dan mempercayai mereka jika terlibat dalam konflik, masalah, atau kesalahan dengan teman-temannya. Caranya dengan mendengarkan, memahami, atau membela sudut pandang mereka, mengakui perasaan dan emosi mereka, serta menghindari hukuman atau ancaman yang tidak proporsional.

Orangtua juga sebaiknya membantu anak-anak untuk menyelesaikan konflik, masalah, atau kesalahan tersebut, dengan cara mengajaknya berdiskusi, mencari solusi, atau meminta maaf.

5. Meniru

5 Kesalahan Fatal Orangtua saat Mengawasi Pergaulan Anakilustrasi orangtua dan anak remaja (pexels.com/SHVETS production)

Terkadang, orangtua meniru pergaulan anak-anak. Misalnya mengikuti gaya berpakaian, berbicara, berpartisipasi dalam aktivitas, hobi, atau minat anak-anak. Sikap ini justru dapat membuat anak-anak merasa tidak nyaman, tidak serius, dan tidak menghormati orangtuanya sendiri. Anak-anak yang ditiru juga dapat menjadi malu, marah, atau malah menjauh dari orangtua.

Orangtua sebaiknya menjaga peran dan batasannya sebagai orangtua. Hormati privasi dan kemandirian mereka, berikan nasihat atau arahan yang sesuai dengan usia dan kebutuhan mereka, dan menegakkan disiplin atau otoritas yang wajar.

Orangtua bisa menghindari kesalahan-kesalahan tersebut, dan menggantinya dengan cara yang lebih baik, seperti memberikan kesempatan, dukungan, penghargaan, bantuan, dan peran yang tepat untuk anak-anak. Dengan demikian, anak-anak dapat berkembang menjadi pribadi yang sehat, bahagia, dan mandiri. Gimana menurut pendapatmu?

Muhamad Aldifa Photo Community Writer Muhamad Aldifa

Menulis disaat senggang

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya