7 Ciri Ibu Punya Luka Mental dari Masa Lalu, Sering Cemas?

Sama seperti siapa pun, ibu juga manusia biasa yang memiliki perasaan dan beban emosional. Luka-luka tersebut bisa mempengaruhi cara ia berinteraksi dengan orang lain, termasuk dengan anak-anaknya.
Namun, gak banyak orang yang memahami atau menyadari bahwa ada faktor-faktor tertentu yang membuat seorang ibu tampak seperti ini. Nah, berikut adalah beberapa ciri-ciri ibu yang mungkin menyimpan luka mental dari masa lalu. Pahami, siapa tahu ini bisa memberimu pemahaman yang lebih dalam tentang perilaku ibu dan bisa memperbaiki hubungan kalian.
1. Sulit menerima dan menyatakan perasaan

Satu ciri ibu yang mungkin memiliki luka mental dari masa lalu adalah kesulitan dalam mengungkapkan atau bahkan mengakui perasaannya. Ibu yang menyimpan luka emosional seringkali merasa sulit untuk menunjukkan sisi rapuhnya, apalagi kepada anak-anaknya. Dia mungkin menghindari berbicara tentang perasaan sedih, kecewa, atau bahkan rasa takut yang dia alami.
Ibu yang terbiasa dengan pengalaman emosional yang sulit di masa lalu bisa jadi tumbuh dengan kebiasaan untuk menahan perasaan, sehingga sulit baginya untuk terbuka. Alih-alih mengungkapkan perasaan, ibu yang terluka cenderung mengalihkan perhatian dengan sibuk mengurus hal lain, atau bahkan menahan amarahnya tanpa menjelaskan kenapa.
2. Kerap merasa cemas dan takut kehilangan

Ciri lain dari ibu yang memiliki luka mental adalah kecemasan berlebihan, terutama terkait dengan kehilangan. Mungkin kamu pernah merasakan ibu yang terlalu khawatir kalau kamu terlambat pulang, atau selalu ingin tahu setiap detail tentang kehidupanmu. Ini bisa jadi tanda bahwa ibu tersebut memiliki ketakutan yang mendalam, mungkin karena pengalaman masa lalu yang membuatnya merasa bahwa orang-orang yang ia cintai gak akan selalu ada untuknya.
Ketakutan ini bisa berasal dari berbagai pengalaman masa lalu, seperti kehilangan seseorang yang sangat ia sayangi, baik secara fisik maupun emosional. Bisa juga terjadi karena ia pernah merasa ditinggalkan atau diperlakukan gak adil. Akibatnya, rasa cemas dan takut kehilangan itu terus membayanginya dan hal ini tercermin dalam sikapnya yang selalu ingin menjaga atau mengontrol kamu.
3. Menggunakan kasih sayang sebagai alat kontrol

Kasih sayang adalah satu hal yang paling mendalam yang bisa diberikan seorang ibu kepada anak-anaknya. Namun, bagi ibu yang membawa luka emosional, kasih sayang ini bisa digunakan sebagai alat untuk mengontrol. Ibu seperti ini mungkin akan membuatmu merasa seolah-olah harus selalu memenuhi harapannya agar ia tetap mencintaimu atau memberimu perhatian.
Jika kamu merasa sering terjebak dalam kewajiban untuk menyenangkan ibu atau memenuhi ekspektasinya demi mendapatkan kasih sayang, bisa jadi ini adalah tanda dari luka emosional yang ia alami di masa lalu. Ibu yang pernah merasa gak cukup dihargai atau ditinggalkan di masa lalu, kadang menggunakan cinta dan perhatian sebagai cara untuk mempertahankan kontrol atas orang-orang yang ia cintai.
4. Sering merasa gak cukup baik

Banyak ibu dengan luka mental yang merasa dia gak pernah cukup baik, meskipun sebenarnya sudah melakukan yang terbaik. Ini bisa muncul karena perasaan rendah diri yang tumbuh akibat pengalaman buruk atau kecaman yang dia alami di masa lalu.
Ibu seperti ini sering kali merasa bahwa dirinya gak layak untuk dicintai atau dihargai, dan bahkan jika anak-anaknya mencoba menunjukkan kasih sayang atau penghargaan, dia sulit untuk menerimanya. Dalam beberapa kasus, ibu bisa jadi merasa cemas atau khawatir akan membuat kesalahan besar dan anak-anaknya akan kecewa. Perasaan gak cukup baik ini sering kali muncul meskipun dia berusaha keras.
5. Overprotektif atau berlebihan dalam mengontrol

Seorang ibu dengan luka emosional masa lalu kadang merasa harus melindungi anak-anaknya dengan cara yang berlebihan. Alhasil, ini bisa muncul dalam bentuk overprotektif, seperti selalu mengawasi apa yang anaknya lakukan, mengontrol pilihan-pilihannya, atau merasa khawatir berlebihan ketika anak gak ada di dekatnya. Ibu seperti ini mungkin merasa bahwa jika dia gak mengontrol segalanya, sesuatu yang buruk bisa terjadi pada anak-anaknya.
Luka masa lalu seperti kehilangan atau kekerasan emosional bisa menumbuhkan rasa takut yang mendalam akan bahaya yang mengintai, dan ibu merasa itu adalah tanggung jawabnya untuk melindungi anak-anaknya dari segala kemungkinan bahaya, bahkan yang kecil sekalipun. Meskipun niatnya adalah melindungi, sikap ini bisa bikin anak merasa tertekan dan kurang diberi kebebasan.
6. Sulit menerima kritik atau saran

Ibu dengan luka emosional dari masa lalu mungkin merasa sangat sensitif terhadap kritik, terutama ketika itu datang dari anak-anaknya. Ini bisa disebabkan oleh perasaan bahwa dia sudah berusaha keras dan merasa gak dihargai. Jika dia merasa gak pernah cukup baik, kritik dari orang terdekat bisa memicu perasaan gagal, lho.
Dia bisa merasa diserang atau dikritik secara pribadi, padahal mungkin yang dimaksud adalah saran yang konstruktif. Dalam situasi seperti ini, seorang ibu mungkin merespons dengan marah, defensif, atau bahkan menghindar. Ini adalah salah satu cara untuk melindungi dirinya dari rasa sakit yang muncul akibat perasaan gak dihargai atau gak dicintai.
7. Mengulang pola yang sama

Sering kali, ibu dengan luka emosional dari masa lalu tanpa disadari mengulang pola-pola tertentu dalam pola pengasuhannya. Jika ibu pernah mengalami kekerasan atau diabaikan di masa kecilnya, dia mungkin akan menunjukkan pola yang sama kepada anak-anaknya, meskipun dia gak bermaksud untuk melakukannya.
Penting untuk diingat bahwa ini bukan berarti ibu gak mencintai anaknya, tapi bisa jadi dia gak tahu cara lain untuk bertindak karena belum sembuh dari luka emosionalnya. Menghadapi pola-pola ini bisa sangat sulit, tapi dengan kesabaran dan komunikasi yang baik, hubungan bisa menjadi lebih sehat.
Bisa disimpulkan, ibu dengan luka mental dari masa lalu sering kali menunjukkan perilaku yang terkadang sulit dipahami. Namun, dengan mengenali ciri-ciri ini, kamu bisa lebih memahami perjuangan yang mereka hadapi dan memberikan support yang mereka butuhkan.
Jika kamu merasa bahwa ibumu menunjukkan salah satu ciri-ciri di atas, cobalah untuk lebih sabar dan berusaha membangun komunikasi yang lebih terbuka dengannya. Semua orang berhak untuk sembuh dari luka masa lalunya, dan hubungan yang lebih sehat bisa tercipta jika kalian sama-sama saling support dan memahami.