Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Cara Menghindari Rumah Subsidi Bodong, Kenali Ciri-Cirinya

ilustrasi rumah subsidi bodong (vecteezy.com/Titiwoot Weerawong)

Mendapatkan rumah bersubsidi sering menjadi harapan besar bagi banyak orang, terutama pembeli rumah pertama. Program ini memang dirancang untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah agar bisa memiliki tempat tinggal yang layak dengan harga terjangkau. Namun, di balik kemudahan itu, tak sedikit oknum yang menyalahgunakannya untuk keuntungan pribadi dengan cara menipu lewat proyek rumah subsidi bodong. Kasus semacam ini semakin sering terjadi dan menyasar mereka yang belum memahami proses pembelian rumah bersubsidi secara utuh.

Penipuan rumah bersubsidi biasanya dibalut dengan janji manis dan proses yang tampak legal di awal. Sayangnya, banyak calon pembeli yang tak menyadari kejanggalan hingga sudah terlanjur mengeluarkan uang. Mengetahui tanda-tanda awal bisa menyelamatkanmu dari kerugian finansial dan trauma jangka panjang. Sebelum membuat keputusan besar, penting untuk mengenali pola-pola penipuan yang kerap muncul. Berikut beberapa hal penting yang perlu kamu cermati agar tak terjebak rumah subsidi bodong.

1. Developer menggunakan lokasi fiktif atau tak sesuai izin

ilustrasi rumah subsidi bodong (vecteezy.com/ nuttawan jayawan)

Satu ciri paling umum dari rumah subsidi bodong yakni mereka menggunakan lokasi yang tidak jelas atau bahkan fiktif. Developer akan mengklaim proyeknya berada di suatu tempat, tetapi ketika ditelusuri lebih lanjut, tidak ada aktivitas pembangunan apa pun di lokasi yang dimaksud. Bahkan bisa jadi lokasi tersebut adalah lahan kosong yang tidak memiliki izin perumahan.

Beberapa oknum bahkan mencantumkan alamat yang terdengar meyakinkan namun saat disurvei langsung, tidak sesuai sama sekali. Lokasi proyek seharusnya bisa dicek melalui kantor kelurahan atau dinas perumahan setempat. Jika pengembang sulit memberikan akses informasi yang akurat dan terbuka, itu sudah menjadi alarm awal bahwa proyek tersebut patut dicurigai.

2. Harga terlalu murah tanpa rincian biaya yang jelas

ilustrasi harga terlalu murah (vecteezy.com/ngampol.photo73809)

Harga rumah bersubsidi memang lebih rendah dari rumah komersial, tapi bukan berarti bisa jauh di bawah standar pasar. Jika penjual menawarkan harga yang terlalu miring tanpa penjelasan biaya lain seperti pajak, notaris, atau administrasi, patut dicurigai. Penawaran yang terdengar “terlalu bagus untuk jadi kenyataan” biasanya menyembunyikan jebakan di belakangnya.

Pengembang profesional akan menjabarkan semua rincian biaya secara transparan sejak awal. Bila informasi soal cicilan, tenor, dan total pembayaran selalu berubah-ubah atau hanya disampaikan secara lisan, sebaiknya kamu waspada. Penipuan sering bermula dari ketidakjelasan soal angka dan janji manis tanpa dokumen pendukung yang kuat.

3. Proses transaksi dilakukan tanpa bank atau lembaga resmi

ilustrasi transaksi tanpa bank (vecteezy.com/ Srinrat Wuttichaikitcharoen)

Rumah bersubsidi yang benar biasanya melibatkan bank pelaksana yang ditunjuk pemerintah untuk mengajukan proses KPR. Jika penjual meminta kamu membayar langsung kepada mereka tanpa melibatkan bank, itu adalah tanda bahaya. Transaksi besar seperti ini seharusnya selalu tercatat dan melalui jalur resmi agar terlindungi oleh hukum.

Banyak kasus menunjukkan pembeli diminta mentransfer uang ke rekening pribadi developer atau pihak ketiga tanpa tanda bukti resmi. Hal ini bisa jadi cara mereka menghindari tanggung jawab jika proyek tidak terealisasi. Keterlibatan bank bukan hanya soal pinjaman, tapi juga memastikan legalitas proyek dan identitas pengembang.

4. Sertifikat dan IMB tidak bisa ditunjukkan secara terbuka

ilustrasi dokumen rumah bersubsidi (vecteezy.com/Titiwoot Weerawong)

Sertifikat tanah dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah dokumen dasar yang harus dimiliki setiap pengembang. Jika developer tidak bisa menunjukkan dokumen ini, atau malah berdalih dokumennya sedang “dalam proses”, kamu patut curiga. IMB bukan hal sepele karena berkaitan dengan legalitas bangunan di mata hukum.

Ada juga yang menyamarkan izin dengan menunjukkan dokumen yang tidak relevan atau salinan tak resmi. Jangan mudah percaya hanya karena ada cap atau tanda tangan tetapi, mintalah salinan resmi dan verifikasi keabsahannya langsung ke instansi terkait seperti BPN atau dinas tata ruang daerah. Kejelasan dokumen adalah kunci agar kamu tidak tertipu.

5. Pengembang tidak terdaftar di Kementerian PUPR atau REI

ilustrasi developer (vecteezy.com/ nuttawan jayawan)

Setiap developer rumah subsidi seharusnya terdaftar di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) atau tergabung dalam asosiasi resmi seperti Real Estate Indonesia (REI). Kalau mereka tidak bisa menunjukkan afiliasi resmi ini, sebaiknya kamu lebih hati-hati. Legalitas pengembang mencerminkan komitmen dan integritas mereka.

Kamu bisa mengecek langsung nama perusahaan lewat situs resmi PUPR atau menanyakan ke REI di daerah setempat. Pengembang yang sah akan transparan dengan legalitasnya dan biasanya punya rekam jejak proyek sebelumnya yang bisa ditelusuri. Jangan ragu membatalkan transaksi jika mereka terkesan menghindar atau tidak mampu membuktikan kredibilitas.

Membeli rumah bersubsidi jadi sebuah langkah besar yang memerlukan kehati-hatian ekstra. Banyak pihak tidak bertanggung jawab memanfaatkan ketidaktahuan calon pembeli untuk kepentingan pribadi. Dengan mengenali ciri-ciri rumah subsidi bodong, kamu bisa terhindar dari kerugian dan memilih developer yang terpercaya. Selalu pastikan proses dilakukan secara legal, terbuka, dan didukung dokumen resmi sebelum membuat keputusan.

Referensi
Beware of Housing Scam: Fake Websites, Social Media Posts. DC Housing. Diakses pada Juni 2025.
The Affordable Housing Scam. Cascade Policy Institute. Diakses pada Juni 2025.
Gov’t Provides Affordable Housing for Low-Income People. Setkab. Diakses pada Juni 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us