6 Cara Keliru Memuji Anak, Orangtua Wajib Tahu Dampaknya

Sudah menjadi tugas orangtua untuk mencukupi semua kebutuhan dan hak anak, tak hanya kebutuhan jasmani namun juga kebutuhan batin anak. Apresiasi melalui pujian yang diucapkan orangtua adalah kebutuhan batin anak. Anak-anak mungkin senang saat diberi reward sebuah barang yang ia idamkan. Namun apresiasi berupa pujian yang tulus akan lebih bermakna bagi mereka.
Kata-kata positif yang diucapkan orangtua kepada anak dapat menunjukan bahwa mereka berharga, dan hal ini turut mengajarkan anak tentang self-love. Kata-kata pujian yang diucapkan orangtua bisa meningkatkan perilaku yang baik dan menumbuhkan rasa percaya diri anak.
Meskipun tujuannya positif, ada juga pujian yang secara tak sadar sering didengar anak malah memberi dampak negatif. Dampak negatif dari cara memuji anak yang keliru adalah anak menjadi egois, over-confident, dan sulit menerima kegagalan. Jangan sampai para orangtua generasi millennial menerapkan cara memuji anak yang keliru seperti di bawah ini!
1. Memuji dengan cara membandingan dengan anak lain
Memuji anak dengan membandingkannya dengan anak lain atau saudaranya sendiri sering terjadi tanpa disadari. Kalimat tersebut bisa jadi, "Wah, nilaimu lebih tinggi, lho, daripada kakak."
Memuji dengan cara membandingkan dengan saudara kandung sama saja menciptakan sibling rivalry atau persaingan saudara kandung. Hal ini dapat membentuk relasi kakak-adik yang tidak sehat hingga mereka dewasa.
Tak jarang juga rasa bangga yang dirasakan orangtua membuat lupa diri hingga pujian yang diucapkan ke anak diikuti membandingkan dengan temannya. Misalkan saja "Hebat kamu nak, bisa mengalahkan Putri. Padahal kata ibunya dia les pelajaran." Tanpa disadari cara memuji dengan membandingkan dengan orang lain dapat membentuk anak menjadi pribadi yang angkuh, merasa dominan dan bisa jadi meremehkan orang lain.