Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

7 Buku Digital Baru di SIBI untuk Anak Usia 0—8 Tahun

rekomendasi buku digital SIBI (dok. Sistem Informasi Perbukuan Indonesia/Buku Nonteks)

Menumbuhkan minat baca pada anak tak harus dimulai dari buku tebal ataupun bacaan berat. Justru, cerita yang dekat akan keseharian mereka dengan bahasa yang sederhana dan visual yang menarik lebih efektif membangkitkan rasa ingin tahu sekaligus membangun kebiasaan membaca sejak dini.

Untuk mendukung hal ini, Sistem Informasi Perbukuan Indonesia (SIBI) menghadirkan sejumlah buku nonteks yang dapat diakses oleh siapa saja. Deretan buku digital di bawah ini sarat pesan edukatif yang dikemas secara ringan sehingga menjadi pilihan tepat bagi orang tua maupun pendidik dalam memperkaya literasi anak berdasarkan jenjang usia dan kemampuannya.

Melalui artikel berikut, IDN Times akan membagikan beberapa buku baru di SIBI yang cocok dibaca oleh anak dari usia 0 hingga 8 tahun dengan cara yang menyenangkan. Yuk, simak!

1. Aku Jadi Tahu

Aku Jadi Tahu (dok. Sistem Informasi Perbukuan Indonesia/Buku Nonteks)

Aku Jadi Tahu menceritakan tentang Rumi dan Bayu yang penasaran dengan bunyi roket, tetapi justru menyebabkan ponsel ayahnya terjatuh lantaran berebut. Melalui kisah tersebut, pembaca diajak memahami pentingnya penggunaan gawai yang bertanggung jawab dan sesuai aturan. Selain menyajikan cerita yang relevan, buku ini juga didukung oleh ilustrasi menarik yang memperkuat penyampaian pesan moralnya.

2. Gosok, Gosok!

Gosok, Gosok! (dok. Sistem Informasi Perbukuan Indonesia/Buku Nonteks)

Buku Gosok, Gosok! menyoroti Amira yang mengalami sakit gigi akibat cara menyikat gigi yang salah hingga akhirnya belajar teknik yang benar. Cerita ini menggabungkan pesan kesehatan gigi dengan pendekatan yang menyenangkan lewat karakter Sigi. Pembaca tidak hanya diajak memahami pentingnya kebersihan mulut, tetapi juga mempelajari langkah-langkah praktis menyikat gigi dengan benar.

3. Matoa Kapo Kurang

Matoa Kapo Kurang (dok. Sistem Informasi Perbukuan Indonesia/Buku Nonteks)

Matoa Kapo Kurang menyusuri perjuangan seekor kanguru pohon endemik Papua bernama Kapo yang ingin menukar buah matoa miliknya demi sepotong pai yang menggoda. Saat buah yang dimilikinya tak cukup, Kapo menemukan cara cerdik dengan menolong hewan-hewan di sekitarnya, yang kemudian membalas kebaikannya. Kisah ini memadukan petualangan yang mengasyikkan dengan nilai moral mengenai pentingnya tolong-menolong sembari mengenalkan kekayaan hayati Papua kepada pembaca anak.

4. Nanti, deh!

Nanti, deh! (dok. Sistem Informasi Perbukuan Indonesia/Buku Nonteks)

Nanti, deh! mengisahkan Iman yang asyik bermain sampai lupa minum, membuatnya lemas dan ketinggalan dari Nura yang rajin minum. Lewat kisah sehari-hari yang dekat dengan anak, cerita ini dengan lugas menunjukkan akibat kurang minum. Ketika Iman akhirnya minum dan kembali segar, pesan sang penulis jelas bahwasanya rutin minum air penting untuk tetap bersemangat kala bermain.

5. Mi Panjang Umur

Mi Panjang Umur (dok. Sistem Informasi Perbukuan Indonesia/Buku Nonteks)

Mi Panjang Umur menceritakan tentang Bening yang ingin memberikan kado spesial berupa mi panjang umur untuk ulang tahun Popo, tetapi terkendala ketika Mama harus berangkat darurat ke rumah sakit. Buku ini memadukan tradisi pemberian mi sebagai simbol harapan panjang umur dengan teknologi modern seperti belanja daring dan pembayaran digital. Pembaca diajak memahami makna di balik tradisi keluarga juga mengenal cara beradaptasi dengan solusi kekinian saat menghadapi kendala lewat dilema Bening.

6. Pasar Bisu

Pasar Bisu (dok. Sistem Informasi Perbukuan Indonesia/Buku Nonteks)

Pasar Bisu menyoroti pertualangan Arai yang turut Datuak ke Pasar Bisu di Sumatra Barat yang mana transaksi dilakukan secara unik melalui isyarat tangan. Konflik muncul ketika Arai, karena ketidaktahuannya, melanggar kesepakatan tak tertulis pasar dengan berteriak menawarkan sapi. Pengalaman ini menjadi medium efektif untuk memperkenalkan kearifan lokal sekaligus menekankan pentingnya adaptasi dan respek terhadap norma sosial yang berlaku.

7. Semprot!

Semprot! (dok. Sistem Informasi Perbukuan Indonesia/Buku Nonteks)

Semprot! menceritakan tentang Sigu, seekor sigung yang terus diganggu Tatan ketika berebut tempat duduk, hingga akhirnya menggunakan pertahanan alaminya. Kemudian terungkap Tatan sebenarnya kesulitan melihat yang mengajarkan empati beserta cara menyelesaikan masalah tanpa kekerasan. Dengan pendekatan unik lewat dunia hewan, cerita ini menyampaikan pesan tentang menghadapi perundungan dan pentingnya memahami orang lain.

Ketujuh buku digital di atas membuktikan bahwasanya literasi anak dapat dibangun lewat cerita sederhana sekaligus bermakna. Selain menghibur, setiap kisah juga menyelipkan pesan penting yang mudah dipahami. Kamu bisa mengakses semuanya secara gratis dan legal di laman resmi SIBI. Jadi, yuk, dukung budaya baca sejak dini dengan mengenalkan bacaan berkualitas!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us