Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Foto hanya ilustrasi. (pixabay.com/Viki_B)

Denpasar, IDN Times - Sejumlah film kartun hingga sinetron di televisi (TV) biasanya menyajikan adegan yang mengandung unsur kekerasan. Karena tayang di stasiun publik, maka siapa pun dapat menontonnya. Namun yang menjadi perhatian di sini adalah anak-anak. Apa jadinya jika anak-anak nonton sinetron tanpa orangtuanya?

Berikut pandangan Luh Ayu Aryani, yang kala itu menjabat sebagai Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Provinsi Bali, dalam wawancara IDN Times pada 19 September 2019 lalu.

1. Kesukaan mereka menonton tayangan TV berbeda-beda

Foto hanya ilustrasi. (pexels.com/Andres Ayrton)

Anak-anak dikategorikan sebagai orang yang belum berusia 18 tahun, termasuk janin dalam kandungan. Menurut Aryani, kesukaan mereka menonton tayangan TV berbeda-beda. Ada yang menyukai film kartun, sinetron, pengetahuan, olahraga, film budaya dan lainnya. Dari pengamatannya, anak-anak cenderung tidak melihat satu tayangan saja.

"Tidak semua anak suka satu jenis film saja. Kesukaan mereka biasanya sesuai dengan usia dan fase tumbuh kembang, pola asuh keluarga, kondisi lingkungan, masyarakat dan negara yang selalu ada tantangannya," kata Aryani.

2. Bukan sinetron dan tayangan lainnya yang dipermasalahkan, melainkan orangtua

Editorial Team

Tonton lebih seru di