5 Fakta Bystander Bullying, Saksi Mata Perundungan

Kalau kamu melihat tapi takut bertindak, itu sudah termasuk

Dalam hal perundungan, ada tiga peran dalam situasi tersebut. Ketiga peran itu yaitu pelaku, korban, dan saksi mata (bystander). Mengutip laman Anti Bullying Alliance, saksi mata adalah orang yang tidak terlibat secara aktif dalam situasi ketika orang lain membutuhkan bantuan. Mereka umumnya menonton kejadian, tetapi enggan atau takut untuk campur tangan.

Sebagian besar dari kita mungkin pernah menjadi 'penonton' pada saat perundungan terjadi. Kita membenarkannya dengan mengatakan diam adalah tindakan yang sebaiknya dilakukan, daripada terlibat dalam urusan orang lain. Padahal, peran saksi mata ini penting untuk melawan perundungan.

Dalam artikel ini, kita akan membahas mengenai fakta bystander bullying. Yaitu saksi mata yang tidak melakukan apa-apa, dan bagaimana peran ini membantu memberantas aksi perundungan.

Baca Juga: Biar Gak Stres! 6 Cara Menangani Bullying di Tempat Kerja

Baca Juga: Waspada! 7 Penyebab Anak Jadi Pelaku Bullying

1. Saksi mata memainkan empat peranan berbeda

5 Fakta Bystander Bullying, Saksi Mata Perundunganilustrasi perundungan (freepik.com/freepik)

Dilansir Stop Bullying, saksi mata memainkan peranan berbeda dalam situasi perundungan. Peran tersebut yaitu:

  • Outsider, yaitu orang luar yang menyaksikan situasi perundungan tetapi berada di luar dan tidak terlibat
  • Reinforcer, yaitu orang yang mendukung aksi perundungan seperti menertawakan, memberi semangat, atau bersorak selama dan setelah aksi perundungan
  • Assistant, yaitu orang yang membantu pelaku perundungan secara aktif. Misalnya, menahan korban agar tidak bisa melarikan diri
  • Defender, yaitu orang yang melakukan intervensi ketika perundungan terjadi atau memberikan dukungan kepada korban.

Saksi mata dikatakan bystander bullying ketika mereka hanya diam, mendukung aksi perundungan, atau bahkan terlibat aktif membantu pelaku.

2. Umum terjadi di masyarakat

5 Fakta Bystander Bullying, Saksi Mata Perundunganilustrasi perundungan (freepik.com/freepik)

Bystander bullying umum terjadi di berbagai lapisan masyarakat. Kejadian ini dapat terjadi di lingkungan sekolah, tempat kerja, maupun dalam interaksi online. Faktor-faktor seperti budaya senioritas, kurangnya kesadaran, bingung untuk bertindak, dan tekanan dari pelaku dapat menyebabkan fenomena ini terjadi.

Interaksi di media online juga tidak luput dari fenomena ini. Sering kali, orang-orang yang menjadi saksi pelecehan online memilih untuk diam. Keterbatasan dalam menanggapi ekspresi nonverbal, dan kurangnya norma sosial yang jelas di dunia maya membuat orang memilih untuk tidak bersuara atau bertindak. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan kesadaran untuk menentang bullying, baik dalam kehidupan nyata maupun di dunia maya.

3. Faktor utama disebabkan karena bystander effect

5 Fakta Bystander Bullying, Saksi Mata Perundunganilustrasi perundungan (freepik.com/master1305)

Dilansir Verywell Mind, bystander effect atau efek pengamat mengacu pada fenomena ketika semakin banyak orang yang melihat perundungan, semakin kecil kemungkinan orang menolong korban. Hal ini karena saksi mata mengasumsikan bahwa orang lain akan membantu korban. Ini adalah faktor utama mengapa perundungan marak terjadi, karena saksi mata merasa enggan atau takut untuk campur tangan.

Keberadaan bystander effect ini dapat memperburuk situasi perundungan. Pelaku mungkin merasa lebih kuat dan bebas melanjutkan aksi mereka karena tidak adanya reaksi dari orang sekitar. Di sisi lain, korban merasa ditinggalkan karena tidak ada orang yang membantunya.

4. Mengalami dampak psikologis yang signifikan

5 Fakta Bystander Bullying, Saksi Mata Perundunganilustrasi frustrasi (freepik.com/freepik)

Dikutip dari laman Verywell Family, situasi ketika saksi perundungan memilih untuk tidak berbuat apa-apa dapat menciptakan beban emosional yang signifikan. Rasa bersalah dapat menjadi beban berat, karena mereka menyadari bahwa tindakan yang disaksikan merugikan korban. Selain itu, mereka juga mengalami kecemasan yang muncul akibat tekanan dari orang sekitar atau pelaku perundungan.

Dalam beberapa kasus, dampak psikologis ini dapat berkembang menjadi depresi karena saksi perundungan merasa terjebak dalam dilema moral. Mereka merasa terjebak antara keinginan untuk membantu dan ketakutan terhadap konsekuensi sosial, atau personal yang mungkin terjadi jika mereka membantu korban. Penyesalan yang terus-menerus dapat merusak kesejahteraan mental mereka.

5. Pentingnya edukasi sebagai upaya pencegahan

5 Fakta Bystander Bullying, Saksi Mata Perundunganilustrasi tanda stop (freepik.com/freepik)

Edukasi perlu dilakukan agar masyarakat memahami dampak perundungan dan peran yang dimainkan oleh saksi mata. Edukasi mengenai bystander effect dapat membuka mata masyarakat mengenai risiko jika hanya diam dalam situasi perundungan. Ini penting agar saksi mata dapat bertindak sebagai saksi mata pembela (defender bystander), yang membantu korban dan melawan aksi perundungan.

Oleh karena itu, upaya pencegahan bystander bullying harus holistik. Ini melibatkan edukasi yang menyeluruh, pengembangan keterampilan interaksi sosial, dan pembentukan norma sosial yang menolak segala bentuk perundungan. Dengan begitu, masyarakat tidak lagi takut membantu korban.

Sungguh ironis bahwa masih banyak orang yang menyaksikan perundungan tetapi tidak berbuat apa-apa. Tindakan tersebut dikenal dengan istilah bystander bullying. Untuk memberantasnya, diperlukan langkah pencegahan seperti edukasi untuk menekankan keberanian bertindak. Hal ini harus dilakukan agar saksi mata dapat membela korban dan melawan perundungan. Dengan begitu, kita dapat membangun lingkungan yang aman, adil, dan penuh empati tanpa perundungan. Setelah mengetahui fakta bystander bullying di atas, semoga kita tidak lagi berdiam diri ketika melihat perundungan, ya!

Annisa Isnaini H. Photo Community Writer Annisa Isnaini H.

Creating the world with words

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya