4 Material Atap yang Tahan Bocor di Musim Hujan Ekstrem

Musim hujan ekstrem bisa jadi tantangan besar buat rumah kita. Satu cara terbaik buat melindungi rumah dari bocor adalah dengan memilih material atap yang tepat. Banyak orang mungkin yang asal pilih. Tapi sebenarnya atap yang berkualitas bisa bikin perbedaan besar dalam menjaga rumah tetap kering dan nyaman. Dalam artikel ini, kita bakal bahas empat material atap yang tahan bocor dan awet meski menghadapi cuaca ekstrem.
Selain memberikan perlindungan, material atap yang baik juga dapat meningkatkan nilai estetika rumah dan mengurangi biaya perawatan jangka panjang. Dengan banyaknya pilihan yang ada, penting untuk memahami kelebihan dan kekurangan dari setiap bahan atap. Mari kita lihat lebih dalam tentang empat material atap yang tahan bocor di musim hujan ekstrem, dilansir dari bravarooftile.com, dan gfedale.com.
1. Atap metal
Atap metal sudah ada sejak lama dan jadi pilihan yang tahan lama serta low-maintenance yang bisa bertahan lama. Atap ini sangat cocok untuk iklim hujan karena gak mudah terkena jamur, fungus atau pembusukan, meskipun bisa berisik. Atap metal juga pas untuk iklim panas karena dapat memantulkan panas, membantu menjaga suhu dalam ruangan tetap sejuk.
Atap metal tersedia dalam bentuk panel, lembaran dan genteng. Atap metal bisa dicat dengan berbagai warna atau desain yang mirip dengan genteng kayu atau batu tulis. Namun, kekurangan atap metal adalah harganya yang mahal dan mencocokkan warna panel yang rusak bisa jadi sulit. Selain itu, metal juga mengembang dan menyusut saat suhu berubah yang bisa menyebabkan pengencang menjadi lemah dan cepat aus.
2. Atap aspal
Genteng aspal termasuk jenis atap yang paling populer. Mereka jadi pilihan yang oke dan terjangkau, serta bisa bertahan di berbagai iklim, termasuk kondisi hujan dan berangin. Sekarang ada banyak pilihan pola, desain, dan warna genteng aspal, bahkan ada juga yang berkualitas lebih tinggi.
Namun, genteng aspal kurang tahan di suhu ekstrem dan sering kehilangan lapisan mineral pelindung sehingga bisa cepat rusak. Seiring berjalannya waktu, pinggiran genteng bisa melengkung dan warnanya memudar. Walaupun tahan hujan, ada risiko pertumbuhan alga dan jamur karena porositasnya. Garansi yang ditawarkan biasanya terbatas dan masa pakai genteng ini bisa antara 15 hingga 25 tahun. Namun sayangnya, genteng ini gak ramah lingkungan dan sulit untuk didaur ulang yang menyebabkan peningkatan limbah.
3. Atap beton dan tanah liat
Atap beton dan tanah liat itu pilihan yang serbaguna banget. Tanah liat sering dipakai di rumah-rumah bergaya Mediterania, seperti genteng barrel ala Spanyol. Dua bahan ini bisa bertahan lama, tahan banting dan ramah lingkungan.
Kelebihan dari bahan ini adalah mereka bisa menyerap panas di siang hari dan ngelepasin lagi ke udara di malam hari. Ini membantu melindungi struktur rumah dan bisa bikin biaya pendinginan di musim panas lebih murah. Namun, masalahnya, bahan ini berat banget dan butuh dukungan tambahan buat struktur rumah yang gak dirancang buat menahan beban berat.
Jadi, bakal ada biaya pemasangan tambahan, apalagi karena beratnya bikin proses pemasangannya jadi lebih ribet. Selain itu, bahan ini juga butuh perawatan yang harus dilakukan sama orang ahli.
4. Atap kayu
Genteng kayu adalah bahan atap yang sudah ada sejak lama dan banyak dipilih, karena tampilannya natural dan rustik. Bahan ini ramah lingkungan dan berkelanjutan. Tapi sayangnya, butuh banyak perawatan, apalagi kalau dipasang di tempat dengan curah hujan tinggi.
Kayu itu bakal mengembang pada saat basah dan retak saat kering. Selain itu, kayu juga harus dijaga kebersihannya dan dirawat biar gak tumbuh jamur atau busuk. Masalah lainnya, genteng kayu gampang banget diserang serangga kalau gak dirawat dengan baik.
Dengan memilih bahan atap yang tepat, kamu bisa melindungi rumah dari bocor dan kerusakan akibat hujan ekstrem. Keempat bahan yang kita bahas punya kelebihan masing-masing. Jangan lupa untuk rutin merawat atapmu, ya! Dengan begitu, rumahmu tetap aman dan nyaman, meskipun cuaca lagi gak bersahabat.