60 Persen Orangtua Siswa di Klungkung Ingin Belajar Tatap Muka

Gimana pendapatmu guys?

Klungkung, IDN Times - Beberapa daerah sudah mulai mempertimbangkan pembelajaran tatap muka akan dilaksanakan kembali. Namun Kabupaten Klungkung belum bisa melakukannya dalam waktu dekat. Pihak Dinas Pendidikan mengaku masih menunggu perkembangan status penyebaran COVID-19 di Klungkung.

Tak lama ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim, juga mengungkapkan sistem belajar daring atau belajar dari rumah tidak akan diperpanjang jika sudah tidak ada pandemik COVID-19.

"Belajar dari rumah itu tidak akan dilanjutkam," ujar Nadiem dalam acara Perayaan Hari Guru bertajuk #BagiBagiIlmu yang ditayangkan di kanal YouTube Najwa Shihab, Minggu (22/11/2020) malam.

1. Belajar tatap muka dilaksanakan jika Klungkung sudah berstatus zona hijau

60 Persen Orangtua Siswa di Klungkung Ingin Belajar Tatap MukaIlustrasi Belajar Online (IDN Times/Sunariyah)

Kepala Dinas Pendidikan Klungkung, I Dewa Gde Dharmawan, mengatakan proses pembelajaran dalam kondisi pandemik sekarang ini  masih mengedepankan keselamatan peserta didik, pendidik, dan masyarakat.

"Kami masih menunggu status penyebaran COBID-19 di Klungkung. Saat ini Klungkung masih zona oranye. Jadi belum bisa diterapkan pembelajaran tatap muka," ungkap Dharmawan, Rabu (25/11/2020).

Sebelumnya, Kepulauan Nusa Penida menjadi daerah pertama yang diarahkan untuk kembali melaksanakan sekolah tatap muka. Bahkan simulasi protokol kesehatan (Prokes) sudah dilaksanakan di beberapa sekolah. Hanya saja setelah kembali ada kasus COVID-19 di Nusa Penida, rencana itu diundur kembali.

"Intinya kami menunggu kondisi COVID-19 dan arahan Pemerintah Pusat," tambahnya.

2. Semua sekolah di Klungkung sudah siap menerapkan protokol kesehatan

60 Persen Orangtua Siswa di Klungkung Ingin Belajar Tatap MukaMendikbud Nadiem Anwar Makarim dalam acara kerjasama Kemendikbud dengan Netflix (Dok.IDN Times/Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)

Pemerintah Pusat per 1 Januari 2021, mewacanakan kembalinya pembelajaran tatap muka di semua zona. Hanya saja Dinas Pendidikan Klungkung masih menunggu petunjuk teknis (Juknis) dari Kementerian Pendidikan terkait hal itu.

"Jika memang sekolah tatap muka akan dilaksanakan tahun 2021 untuk semua zona, Kami masih menunggu juga bagaimana petunjuk teknis dari Kementerian," kata Dharmawan.

Namun jika mengacu pada penerapan protokol kesehatan, ia menilai hampir semuanya sudah siap melaksanakan belajar tatap muka.

"Semua sekolah di Klungkung sudah siap protokol kesehatan. Tinggal dimatangkan saja dengan petunjuk teknis dari Pemerintah Pusat," ungkapnya.

3. Enam puluh persen orangtua siswa di Klungkung menghendaki belajar tatap muka

60 Persen Orangtua Siswa di Klungkung Ingin Belajar Tatap MukaPelajar di Kelurahan Jati Rahayu manfaatkan wifi gratis untuk belajar online di aula kelurahan Jati Rahayu, Pondok Gede, Bekasi (IDN Times/Dini suciatiningrum)

Dinas Pendidikan Klungkung sebelumnya telah melakukan penjajakan kepada orangtua siswa. Hasilnya, sekitar 60 persen orangtua siswa menghendaki segera melaksanakan kembali belajar tatap muka.

"Alasan para orangtua siswa ini beragam. Biasanya karena sulit jaringan, maupun sibuk tidak dapat mengawasi anaknya saat pembelajaran online," jelas Dharmawan.

Sementara sisanya sekitar 40 persen, masih ragu dan belum menghendaki sistem pembelajaran tatap muka sampai kondisi COVID-19 berakhir.

"Sementara orangtua yang tidak menghendaki pembelajaran tatap muka, masih khawatir dengan penyebaran COVID-19," pungkas Dharmawan.

4. Nadiem mendukung kepala sekolah dan guru yang melakukan inovasi

60 Persen Orangtua Siswa di Klungkung Ingin Belajar Tatap MukaMendikbud Nadiem Anwar Makarim dalam acara kerjasama Kemendikbud dengan Netflix (Dok.IDN Times/Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)

Meski pembelajaran tatap muka akan kembali diberlakukan setelah pandemik berakhir, Nadiem menegaskan akan tetap mendukung inovasi-inovasi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru.

"Kalau kepala sekolah dan guru-gurunya menginginkan fleksibilitas itu dan ingin, misalnya membagi jam waktu sekolah dan lain-lain, itu adalah bagian dari pada merdeka belajar," katanya.

"Kemerdekaan untuk guru-guru dan kepala sekolah. Kalau mau membagi-bagi waktu sebagian online sebagian offline ya diperbolehkan."

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya