Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi hafalan (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi hafalan (pexels.com/cottonbro studio)

Menulis esai deskriptif itu gampang-gampang susah. Kadang kita udah merasa detail, tapi pas dibaca orang lain, malah datar dan gak meninggalkan kesan apa-apa. Nah, biar tulisan kamu gak kayak teks formal kaku, kamu perlu tahu cara bikin kata-kata seolah ‘bernyawa’ dan bikin pembaca betah.

Artikel ini bakal bocorin 6 trik jitu supaya esai deskriptif bisa nyeret imajinasi pembaca masuk ke dalam tulisanmu. Caranya gak ribet kok, malah bisa bikin kamu makin jago memainkan kata. Yuk, siapin buku catatan, catat baik-baik, dan langsung praktik!

1. Pakai detail sensorik, bukan asal deskripsi

ilustrasi hafalan (pexsel.com/cottonbro studio)

Kalau mau tulisanmu lebih visual, jangan cuma bilang ‘ruangan itu indah’. Coba deskripsikan apa yang dilihat, didengar, dicium, atau disentuh. Semakin banyak indra terlibat, semakin hidup kata-katamu.

Misalnya kamu mau ceritain suasana taman sore hari. Jangan cuma tulis ‘taman hijau’. Lebih asyik kalau kamu tambahin ‘rumputnya lembap bekas hujan, angin membawa bau tanah basah, dan suara jangkrik mulai nyaring.’ Pembaca langsung terbawa suasana, kan?

2. Manfaatkan perumpamaan biar gak hambar

ilustrasi hafalan (pexsel.com/cottonbro studio)

Tulisan deskriptif itu butuh bumbu. Contohnya, perumpamaan atau simile. Bandingin hal yang kamu jelaskan dengan sesuatu yang akrab di pikiran pembaca. Rasanya jadi lebih relate.

Contohnya, jangan tulis ‘lautnya biru banget’. Biar lebih ‘nempel’, bisa tulis ‘lautnya biru tua, mirip cat poster yang pernah tumpah di meja gambar’. Sederhana tapi mengena, bikin pembaca punya gambar di kepala.

3. Tambahkan gerak biar kalimat gak kaku

ilustrasi hafalan (pexsel.com/cottonbro studio)

Esai yang statis bikin cepat bosen. Supaya tulisanmu terasa dinamis, masukkan unsur gerak. Benda mati pun bisa ‘bergerak’ kalau kamu pintar merangkainya.

Misalnya, ‘matahari terbenam di ufuk barat’ bisa diolah jadi ‘matahari perlahan menelan garis laut, meninggalkan semburat jingga di langit.’ Kesan dramatisnya dapat, kan? Gerakan kecil bikin deskripsi lebih hidup.

4. Sisipkan dialog batin atau suara hati

ilustrasi semangat beraktivitas (pexels.com/Wundef Media)

Kalau mau semakin dramatis, coba kasih sentuhan dialog batin. Ini bikin pembaca merasa dekat sama situasi yang kamu tulis, seolah dia diajak ngobrol langsung.

Misalnya, pas kamu deskripsiin suasana kelas, tambahin ‘Dalam hati, aku cuma bisa bilang, “Ya ampun, kapan bel pulang bunyi?” Sederhana, tapi bikin suasana makin real dan gak kaku.

5. Bermain metafora biar makin puitis

ilustrasi menulis jurnal (pexels.com/Vlada Karpovich)

Metafora itu teman akrab tulisan deskriptif. Bedanya sama perumpamaan, metafora gak pakai kata ‘seperti’ atau ‘bagai’. Langsung main gas, bandingin dua hal seolah satu.

Contoh: daripada nulis ‘hujan deras’, kamu bisa bilang ‘hujan jadi orkestra dadakan di atap seng rumah tua’. Suara hujan langsung ‘terlihat’ di kepala pembaca. Magical banget kan?

6. Tutup dengan detail yang meninggalkan kesan

ilustrasi belajar (pexels.com/George Milton)

Jangan buru-buru menutup paragraf deskripsi. Tambahkan detail penutup yang bikin orang masih ‘nyangkut’ di suasana yang kamu gambarkan. Kesan terakhir itu penting!

Misalnya, ‘Langit malam perlahan menelan jingga senja, meninggalkan suara jangkrik dan lampu-lampu rumah yang mulai berkedip satu per satu.’ Selesai dibaca, pembaca seolah masih ngerasain suasananya. Keren, kan?

Intinya, bikin esai deskriptif itu soal main perasaan dan imajinasi. Kamu gak cuma menulis apa yang dilihat, tapi juga ‘menjual’ rasa di baliknya. Cobain enam trik tersebut, dijamin tulisanmu gak lagi hambar. Jadi, siap bikin pembaca betah sampai titik terakhir?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team