Tradisi Usaba Sumbu. (warisanbudaya.kemdikbud.go.id)
Tradisi Usaba Sumbu berasal dari Desa Timbrah dan Desa Pertima di Kabupaten Karangasem. Dalam tradisi ini dikenal adanya persembahan guling siyu. Masing-masing keluarga menghaturkan babi guling minimal satu ekor sebagai ungkapan rasa syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan) yang telah memberikan berkah hasil bumi melimpah.
Selain persembahan guling siyu, tradisi ini menggunakan sarana unik lainnya yang disebut sumbu. Sumbu ini adalah simbol Buana Agung (makrokosmos) dan Buana Alit (Mikrokosmos), dibuat oleh warga yang memiliki deha atau anak gadis. Biasanya sarana ini dibuat secara bergiliran di desa setiap tahunnya.
Sumbu dibuat setinggi 25 meter, yang dihiasi dengan berbagai sarana seperti wayang kapal-kapalan, kedis-kedisan (burung), jajanan, sesapi nagasaru, reringgitan naga sari, rerenteng, bungan lengkuas, dan lainnya.
Usaba Sumbu di Desa Timbrah dilaksanakan setahun sekali, tepatnya pada hari Tilem Kasa (bulan pertama). Tradisi yang tercatat sebagai WBTB tahun 2017 ini umumnya terdiri dari dua, yaitu Usaba Sumbu Kaja dan Usaba Sumbu Kelod.
Usaba Sumbu Kaja ditandai oleh persembahan guling siyu dengan tiga buah sumbu. Sedangkan Usaba Sumbu Kelod dilaksanakan tiga hari setelah Usaba Sumbu Kaja menggunakan dua buah sumbu. Rangkaian upacaranya hampir sama dengan Usaba Sumbu Kaja.