Ilustrasi prosesi penguburan jenazah di Bali. (YouTube.com/ Asli Bali Channel)
Tradisi Nginyahang Mayat termasuk dalam prosesi Pitra Yadnya saat orang meninggal. Saat ada warga meninggal di Desa Sepang, keluarga akan terlebih dahulu mohon petunjuk hari baik kepada pengurus Desa Adat untuk prosesi penguburan. Setelah mendapatkan hari baik, keluarga akan melakukan rembug untuk pelaksanaan prosesi penguburan tersebut.
Sebelum dikubur, jenazah terlebih dahulu dibersihkan atau dimandikan yang sering disebut dengan prosesi ngeringkes. Setelah prosesi ini selesai, dilanjutkan prosesi mengubur jenazah di kuburan desa adat setempat. Warga bersama keluarga mengantarkan jenazah menuju ke kuburan.
Walaupun Desa Sepang kini telah memiliki Pura Mrajapati, Tradisi Nginyahang Mayat masih tetap dilakukan. Sesampainya di kuburan, keluarga terlebih dulu bersembahyang di Pura Mrajapati. Setelah selesai sembahyang, jenazah beserta alat-alat pendukung diusung ke batu penginyahang.
Jenazah dan sarana upacara diletakkan di atas batu penginyahang. Warga dan keluarga menggali kuburan di lokasi yang telah ditentukan. Sembari menunggu prosesi penggalian selesai, keluarga dan warga menunggu di sekitar batu penginyahang.
Setelah penggalian selesai, sarana upacara pemeblian bangbang (kuburan) dibawa ke lokasi kuburan. Setelah sarana upacara tersebut dihaturkan, dibawa kembali ke batu penginyahang. Sarana upacara tersebut diletakkan di atas batu penjemuran tersebut. Jenazah kemudian dibawa ke lokasi kuburan, sedangkan sarana upacara dibiarkan di atas batu penginyahang. Selanjutnya, dilakukan prosesi penguburan jenazah.