Prosesi magedong-gedongan di Bali. (dok.Pribadi/Ari Budiadnyana)
Upacara Magedong-Gedongan dipimpin oleh seorang pendeta suci dalam Hindu atau yang disebut dengan pedanda, ida rsi, maupun sebutan lainnya. Upacara ini menggunakan beberapa sarana upacara seperti banten ayaban, tumpeng 7, peras pengambyan, dan banten sesayut. Khusus Magedong-Gedongan menggunakan beberapa jenis banten sesayut.
Sesayut tulus dadi sebagai simbol doa agar kehamilan ini berhasil, yaitu lahirnya bayi dari kandungan ibu. Sesayut tulus hayu sebagai simbol doa agar selama proses kehamilan hingga kelahiran selalu mendapatkan keselamatan (ayu). Berikutnya ada banten sesayut pemahayu tuwuh sebagai simbol doa agar ibu maupun bayi selalu sehat dan panjang umur.
Prosesi Magedong-Gedongan dimulai dengan melakukan pembersihan kepada ibu yang hamil menggunakan air suci. Di beberapa daerah, terdapat prosesi pengerujakan dengan beberapa bahan seperti gula, kelapa gading, madu, temu-temuan, dan beberapa buah-buahan. Hal ini sebagai simbol memperkenalkan bayi kepada sad rasa seperti pahit (tikta), manis (madura), asam (amla), pedas (katu), asin (lavana), dan kecut (kasaya). Tentunya, banten dan prosesi upacara Magedong-Gedongan menyesuaikan kebiasaan dan adat istiadat desa setempat.
Melakukan tradisi baby shower tentu sah-sah saja, tidak ada yang melarang. Namun, sebaiknya tradisi yang telah diwariskan oleh para leluhur terdahulu tetap dijalankan agar tetap lestari.