Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
megibung
Tradisi Megibung di Desa Tenganan, Kabupaten Karangasem. (IDN Times/Irma Yudistirani)

Segala hal tentang Bali rasanya tidak pernah habis untuk dibahas. Dari keindahan alam, budaya, bahkan adat istiadatnya. Satu hal yang menarik adalah Tradisi Megibung dari Kabupaten Karangasem. Biasanya dilakukan pada acara yang melibatkan orang banyak.

Megibung adalah kegiatan makan bersama warga, saling berbagi, dan jadi tradisi turun menurun di Karangasem. Konon, Tradisi Megibung dimulai sejak 1614 Caka atau pada 1692 Masehi. Yaitu saat Raja Karangasem, I Gusti Anglurah Ketut Karangasem, berperang menaklukkan kerajaan-kerajaan di Sasak. Kala para prajurit sedang istirahat makan, raja membuat aturan makan bersama dalam posisi melingkar.

Tradisi Megibung termasuk seni budaya Bali yang ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia pada 2018. Berikut ini adab Tradisi Megibung dan tata caranya.

1. Satu kelompok maksimal berisi delapan orang

Tradisi Megibung di Bali (IDN Times/Irma Yudistirani)

Satu porsi makanan yang dihidangkan terdiri dari nasi yang cukup di atas sebuah dulang, yaitu sebuah alas makan berbahan dasar kayu. Kemudian satu wadah lagi khusus untuk menaruh lauk pauk dan sayur tradisional. Yakni satai, Iawar putih dan merah, pepes daging, urutan, sayur daun belimbing, serta pademara.

Warga yang akan megibung dibagi menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok maksimal berisi delapan orang. Posisi duduk pun diatur. Yakni harus duduk secara bersila agak miring, mengitari gibungan dari arah putaran ke kanan.

2. Tuan rumah yang punya acara mempersilakan warga untuk makan

instagram.com/gungtri_95

Etika selanjutnya, setelah semua gibungan terisi, maka tuan rumah yang memiliki hajatan atau perwakilannya, akan menyampaikan pesan terlebih dahulu sebelum makan. Setelah itu, ia akan mempersilakan setiap kelompok megibung untuk menyantapnya.

3. Satu orang ditunjuk untuk menyajikan lauk-pauk dan sayuran tradisional di sekitar nasi

instagram.com/mediabali

Setelah dipersilakan makan, biasanya ada satu orang di dalam kelompoknya yang sengaja ditunjuk untuk mengambil dan meletakkan (Nuunang) lawar dan lauk di atas nasi. Saat meletakkan lauk pauknya juga tidak bisa sembarangan.

Adapun urutan lauk pauk dan sayuran tradisional yang harus disajikan satu per satu di atas nasi adalah sayur belimbing, anyang, jeruk, urap, balung, satai nyuh, satai isi, dan sadur.

4. Tidak boleh menaruh remahan dan bersendawa

Tradisi Megibung. (instagram.com/dkd_dekadi)

Setelah ditata sedemikian rupa, setiap orang dipersilakan untuk mulai makan. Kalau ingin nambah, tinggal instruksikan saja kepada satu orang yang ditunjuk tadi.

Pada saat makan, kamu tidak boleh menaruh remahan di atas nasi. Contohnya, sisa-sisa nasi yang menempel di tangan tidak boleh diletakkan ataupun ditepuk-tepukkan di atas gibungan. Selain itu, saat megibung juga tidak boleh bersendawa.

5. Tidak boleh ada yang mendahului pergi setelah makan

Tradisi Megibung. (instagram.com/arianti_kadek27)

Apabila seporsi gibungan telah habis atau ada satu kelompok yang sudah selesai makan, tidak diperbolehkan untuk meninggalkan tempat megibung sebelum semuanya selesai makan. Ini untuk menghormati kelompok yang belum selesai makan.

Hanya tuan rumahlah yang boleh mempersilakan mereka berdiri dan meninggalkan tempat megibung, jika semua kelompok sudah selesai makan. Sepertinya nikmat kalau makan bersama. Kamu mau coba gak?

Editorial Team