Tradisi Unik di Karangasem, 5 Adab Megibung yang Tak Boleh Dilanggar

Segala tentang Bali rasanya tidak pernah habis untuk dibahas. Mulai dari keindahan alam, budaya, bahkan adat istiadatnya. Satu hal yang menarik adalah tradisi Megibung di Kabupaten Karangasem. Biasanya dilakukan saat acara-acara yang melibatkan orang banyak.
Megibung adalah kegiatan makan bersama masyarakat, saling berbagi, dan jadi tradisi turun menurun di Karangasem. Konon, tradisi megibung dimulai sejak tahun 1614 Caka atau tahun 1692 Masehi, saat seorang raja Karangasem, I Gusti Anglurah Ketut Karangasem, berperang menaklukkan kerajaan-kerajaan di Sasak. Kala para prajurit sedang istirahat makan, raja kemudian membuat aturan makan bersama dengan posisi melingkar.
Belum lama ini, tradisi Megibung menjadi satu di antara 13 seni budaya Bali yang ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia tahun 2018. Jadi penasaran, seperti apa sih tradisi Megibung itu? Yuk intip!
1. Satu kelompok maksimal berisi delapan orang
Satu porsi makanan yang dihidangkan terdiri dari nasi yang cukup di atas sebuah dulang, yaitu sebuah alas makan berbahan dasar kayu. Kemudian satu wadah lagi khusus untuk menaruh lauk pauk dan sayur tradisional. Yakni satai, Iawar putih dan merah, pepes daging, urutan, sayur daun belimbing, dan pademara.
Masyarakat yang akan megibung dibagi menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok maksimal berisi delapan orang. Posisi duduk pun diatur. Yakni posisinya harus duduk secara bersila agak miring, mengitari gibungan dari arah putaran ke kanan.