Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi makan malam. (unsplash.com/Pablo Merchán Montes)
Ilustrasi makan malam. (unsplash.com/Pablo Merchán Montes)

Hindu mengajarkan banyak hal tentang kehidupan. Satu di antaranya tentang tata cara makan yang baik dan benar. Seperti diketahui, makan adalah aktivitas penting yang dilakukan manusia untuk bertahan hidup. Seperti apa tata cara makan menurut ajaran Hindu? Berikut ini uraian penjelasan selengkapnya.

1. Lontar Tutur Lebur Gangsa

Ilustrasi lontar. (jalurrempah.kemdikbud.go.id)

Dalam ajaran Hindu di Bali terdapat karya sastra kuno yang bernama Lontar Tutur Lebur Gangsa. Lontar ini berisi penjelasan tentang Karma Phala atau hasil dari suatu perbuatan. Bagi umat Hindu, hidup ini tak lepas dari Karma Phala, apa yang diperbuat akan mendapatkan hasil sesuai dengan perbuatannya.

Selain Karma Phala, Lontar Tutur Lebur Gangsa juga menjelaskan mengenai tata cara makan yang benar sesuai ajaran Hindu. Makanan adalah karunia atau anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga umat wajib menjaga kesopanan dan kesucian saat menyantap makanan. Ada beberapa larangan dan etika saat makan yang diatur dalam Lontar Tutur Lebur Gangsa.

2. Larangan saat makan

Ilustrasi orang sedang makan. (Pixabay.com/GepaardmetKelly)

Lontar Tutur Lebur Gangsa menjelaskan beberapa larangan saat seseorang sedang makan. Larangan tersebut antara lain:

  • Tidak makan sambil berdiri. Makan sambil berdiri disebut dengan istilah leler, yang mana secara kesehatan hal ini juga tidak baik

  • Tidak makan sambil berdiri menghadap ke arah Barat yang disebut dengan istilah mamantet

  • Tidak makan sambil berdiri menghadap ke arah Selatan atau yang disebut dengan istilah nidik

  • Tidak makan sambil jongkok atau ngeloklok. Hal ini berkaitan dengan etika karena tidak sopan atau tidak enak dilihat saat orang sedang makan sambil jongkok

  • Tidak makan sambil berjalan atau nyeret. Makan sambil berjalan bisa menyebabkan seseorang tersedak yang bisa berbahaya bagi tubuhnya

  • Tidak makan sambil melakukan pekerjaan atau disebut dengan ngeleklek. Hal ini membuat seseorang tidak fokus makan maupun melakukan pekerjaan

  • Makan sambil duduk dengan kaki lurus ke depan dan dengan satu kaki seperti melilit ke kaki lainnya. Hal ini sering disebut dengan istilah nugtih

  • Tidak makan sambil tiduran atau disebut dengan istilah ngamah. Secara kesehatan, hal ini tidak baik karena bisa tersedak atau asam lambung naik. Namun jika seseorang sakit, hal ini tidak dilarang

  • Tidak makan seperti hewan yaitu langsung menggunakan mulut untuk mengambil makanan dari piring. Hal ini disebut dengan istilah mlokpok

  • Tidak makan sambil duduk dengan posisi lutut berdiri yang disebut dengan istilah nyilapin.

3. Tata cara makan yang baik dan benar menurut ajaran Hindu

Ilustrasi makan bersama (Pexels.com/Sami Abdullah)

Lontar Tutur Lebur Gangsa menyebutkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat seseorang makan. Makan yang benar adalah dengan cara duduk bersila menghadap ke Timur. Sebaiknya menggunakan tangan yang terlebih dahulu disucikan atau telah dibersihkan. Kenapa menggunakan tangan? Secara kesehatan, seseorang bisa lebih merasakan makanan yang akan dimakan, seperti keras atau tidak, ada tulang atau tidak, dan sebagainya.

Dalam lontar ini memang tidak menyebutkan doa dan mantram sebelum makan. Namun, lontar ini menjelaskan perlunya berdoa sebelum makan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Doa ini juga sebagai harapan agar apa yang kita makan akan memberikan mertha atau kehidupan dan kesehatan bagi tubuh.

Tak hanya sebelum makan, sesudah makan juga diwajibkan untuk berdoa. Hal ini sebagai wujud syukur dan penghormatan kepada makanan yang telah dimakan.

Lontar Tutur Lebur Gangsa menjadi pengingat bagi umat Hindu agar tidak hanya menjaga kesehatan tubuh saja, tetapi juga spiritual dan pikiran dalam setiap aspek kehidupan. Ini dimulai dari hal terkecil yang dilakukan sehari-hari seperti makan. Tuntunan ini tidak berlaku saklek (tidak bisa ditawar) namun fleksibel menyesuaikan situasi dan kondisi. Misalnya, saat datang ke pesta dengan makan secara berdiri (standing party), tentu kita harus menyesuaikan dengan kondisi tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team