Patung Tari Baris Kelemat di Pantai Seseh. (YouTube.com/Desa Cemagi)
Tari Baris Kelemat merupakan tari sakral yang berasal dari Desa Cemagi, Kecamatan Mengwi. Tari sakral ini diciptakan pada XVII oleh I Meken Menega. Ia mendapatkan hadiah pusaka bende (gamelan) dan lemat (pisau kecil) karena berhasil menyembuhkan ratu yang berasal dari kerajaan di tengah laut. Saat Kerajaan Mengwi menyerang Desa Cemagi, bende dan lemat ini digunakan untuk mengusir pasukan Kerajaan Mengwi.
Warga dengan ikhlas memberikan bende dan lemat tersebut kepada Raja Mengwi. Untuk menghormati pusaka ini, nelayan di Pantai Seseh mendirikan sebuah pura bernama Pura Beneda. Saat peresmian pura, ditarikan sebuah tarian baris yang disebut dengan nama Tari Baris Kelemat.
Tari Baris Kelemat menggunakan perlengkapan sederhana, seperti yang dipakai kegiatan nelayan sehari-hari. Ada kancuh, yaitu tempat serokan untuk mengeluarkan air dari lambung jukung (perahu nelayan tradisional) yang berada di depan. Kemudian ada klemat berbentuk seperti dayung. Perlengkapan berikutnya adalah pancer atau setir jukung. Tari sakral ini tidak menggunakan busana khusus, melainkan menggunakan busana adat Bali.
Tari Baris Kelemat dipentaskan saat piodalan Pura Benega yang jatuh pada Rahinan Purnama Sasih Kapat (bulan keempat dalam kalender Bali), setiap setahun sekali. Tari ini sekarang menjadi ikon Desa Cemagi (Desa Adat Seseh). Saat mengunjungi Pantai Seseh, terdapat Patung Baris Kelemat berdiri dengan gagah di pinggir pantai.
Tari sakral dari Kabupaten Badung di atas masih dipentaskan sampai sekarang karena merupakan warisan seni dan budaya adiluhung. Pelestarian ini juga bertujuan agar saat pementasan tari sakral tersebut, warga mendapatkan anugerah dan kekuatan suci dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa.