Tumpek Klurut sangat berbeda dengan Valentine Day pada umumnya. Dalam tradisi Bali, Hari Kasih Sayang dijadikan momentum untuk mengasihi dan menyayangi seluruh alam semesta beserta isinya.
Menurut Dosen Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, Prof Dr Drs I Made Surada MA, yang melansir dari laman Disbud.bulelengkab.go.id, krulut asal katanya dari lulut yang secara harfiah memiliki arti tresna atau kasih sayang.
Suara sangat berperan penting dalam perayaan Tumpek Krulut ini karena kaitannya dengan hubungan antarmanusia. Berkat adanya suara, manusia bisa saling berkomunikasi. Sehingga perayaan ini mengandung makna sebagai pengingat manusia agar terus bersikap baik dan menebarkan kasih sayang kepada sesama.
Prof Surada melanjutkan, masyarakat Hindu Bali memberikan persembahan kepada Dewa Iswara, yang dipercaya bermanifestasi dalam bentuk gamelan. Jadi umat Hindu di Bali nantinya akan menyipratkan tirta atau air suci ke satu set gamelan.
Tujuannya tentu saja untuk menghilangkan hal-hal buruk yang menempel pada gamelan. Setelah itu, umat Hindu di Bali memberikan persembahan kepada Dewa Iswara berupa sesajen yang beragam, di dekat gamelan. Umumnya sesajen ini dilengkapi dengan ketupat, tigasan, ajuman, peras, dan pengambean. Sekali lagi, persembahan ini bertujuan supaya suara gamelan selalu terdengar indah.