10 Potret Sketsa Ogoh-Ogoh Bali 2025, Sambut Nyepi

Umat Hindu akan merayakan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1947 pada 29 Maret 2025. Walaupun masih cukup lama, umat Hindu di Bali telah mempersiapkan pembuatan ogoh-ogoh untuk menyambut Nyepi. Masing-masing banjar sudah mulai membuat rancangan gambar atau sketsa untuk ogoh-ogoh mereka.
Sketsa ini dibuat sebagai dasar dalam pembuatan konstruksi ogoh-ogoh. Sketsa juga menjadi dasar pembuat ogoh-ogoh (undagi) dalam merancang aksesori yang akan digunakan. Seperti apa sketsa ogoh-ogoh Bali 2025 ini?
1. Dewata Cengkar Banjar Dinas Anyar

ST Margaputra, Banjar Dinas Anyar, Desa Marga Dajan Puri, Kabupaten Tabanan, akan membuat ogoh-ogoh dengan tema Dewata Cengkar. Dewata Cengkar adalah seorang raja dari Kerajaan Medang Kamulan yang diceritakan dalam legenda Aji Saka. Ia merupakan seorang raja dari bangsa raksasa yang dikenal sangat biadab, suka menindas, dan gemar memangsa manusia. Aji Saka kemudian berhasil mengalahkan Dewata Cengkar setelah mendorongnya ke Samudra Hindia.
2. Nganda Pat Banjar Geladag, Pedungan

ST Ria Remaja Jaya Kusuma, Banjar Geladag, Pedungan, Kota Denpasar, membuat ogoh-ogoh dengan tema Nganda Pat. Ogoh-ogoh ini menggambarkan tentang kelahiran manusia bersama empat saudaranya yang disebut dengan Kanda Pat atau Catur Sanak. Kanda Pat ini terdiri dari getih (darah), lamas (tali pusar), ari-ari (plasenta), dan yeh nyom (air ketuban). Menurut kepercayaan Hindu, keempat saudara inilah yang akan selalu menjaga seseorang dalam menjalani kehidupannya.
3. Santarasa Banjar Jaba Tengah Pemogan

ST Putra Dharma Canthi, Banjar Jaba Tengah, Kepaon-Pemogan, Kota Denpasar, membuat ogoh-ogoh dengan tema Santarasa. Santarasa merupakan rasa kesembilan dalam diri manusia yang membawa kebahagiaan. Ogoh-ogoh ini mengangkat kisah Patih Sukasrana yang diutus oleh Rahwana untuk menyamar menjadi pasukan kera pimpinan Sri Rama.
Penyamaran ini akhirnya diketahui oleh Wibisana. Patih Sukasrana kemudian berubah wujudnya menjadi raksasa. Namun, Sri Rama tidak marah. Ia justru membebaskan Patih Sukasrana dengan memberi beberapa wejangan. Patih Sukasrana akhirnya merasakan damai di hatinya sehingga menimbulkan perasaan Santarasa.
4. Barong Swari Banjar Pohgading

ST Semadhi Dharma Putra, Banjar Pohgading, Ubung, Kota Denpasar, membuat ogoh-ogoh dengan tema Barong Swari. Barong Swari menceritakan saat Dewi Uma turun ke Bumi menjadi Dewi Durga karena diusir dari Swargaloka. Saat berada di Bumi, Dewi Durga yang kemudian berubah nama menjadi Dewi Rohini menebar segala penyakit karena kesedihannya.
Bhatara Guru (Dewa Siwa) kemudian turun ke Bumi dalam wujud Rudramurthi dengan wujud menyeramkan untuk menemui Dewi Durga. Akibat pertemuan ini, masyarakat terserang wabah penyakit. Untuk mengatasi hal ini, Bhatara Tiga (Dewa Brahma, Wisnu, dan Iswara) turun ke Bumi mengambil wujud Satya Suwam Sundaram. Dewa Brahma mengambil wujud Topeng Bang, Dewa Wisnu menjadi Topeng Telek, dan Dewa Iswara menjad Barong Swari. Mereka kemudian menari dengan indah untuk meredakan amarah, menyadarkan Dewi Durga dan Dewa Siwa agar kembali ke wujud dewatanya.
5. Numpek Banjar Merta Rauh

ST Eka Pramana, Banjar Merta Rauh, Dangin Puri Kangin, Kota Denpasar membuat ogoh-ogoh dengan tema Numpek. Numpek atau nampek atau tumampek memiliki arti dekat. Numpek tak hanya sebagai pengingat bagi umat manusia untuk selalu dekat kepada Sang Pencipta. Numpek juga sebagai teguran terhadap diri sendiri agar menjadi manusia yang mulat sarira (sadar akan kekurangan diri sendiri).
6. Titi Ugal-agil Banjar Busung Yeh Kauh

ST Eka Dharma, Banjar Busung Yeh Kauh, Pemecutan, Kota Denpasar, membuat ogoh-ogoh dengan tema Titi Ugal-agil. Seperti kita ketahui, Titi Ugal-agil merupakan jembatan yang terdapat di neraka. Jembatan ini hanya terdiri dari seutas tali sehingga sangat susah melaluinya. Pada bagian bawah jembatan terdapat api yang menyala dengan sangat panas. Setiap roh yang meninggal akan melalui jembatan ini sebagai hukuman di neraka.
7. Manupetaka Banjar Lantang Bejuh

St Taman Sari, Banjar Lantang Bejuh, Sesetan, Kota Denpasar, membuat ogoh-ogoh dengan tema Manukpetaka. Tema ini mengangkat kisah perusakan alam yang dilakukan oleh umat manusia. Hal ini menyebabkan para dewa marah dengan mengirimkan makhluk-makhluk berwujud burung raksasa untuk menyerang umat manusia yang malakukan perusakan alam.
8. Upasthanigraha Banjar Sakah

ST Eka Dharma Suniya, Banjar Sakah, Kepaon-Pemogan, Kota Denpasar, membuat ogoh-ogoh dengan tema Upasthanigraha. Upasthanigraha merupakan bagian dari 10 pengendalian diri (Dasa Nyama Bratha) terhadap hawa nafsu birahi. Ogoh-ogoh ini menceritakan kisah Arjuna bertapa di kaki Gunung Indrakila. Dewa Indra mengutus tujuh bidadari dari kahyangan untuk menggagalkan Tapa Arjuna. Arjuna tetap teguh dalam tapanya dan berhasil melaksanakan Upasthanigraha.
9. Ampah Campah Banjar Bumi Kertha

ST Yowana Dharma Kertha, Banjar Bumi Kerta, Dalung, Kerobokan Kaja, Kabupaten Badung, membuat ogoh-ogoh dengan tema Ampah Campah. Ampah Campah mengangkat realitas kehidupan. Banyak pemimpin yang seharusnya melaksanakan Asta Brata, namun campah (lalai, tidak peduli) dengan ajaran ini. Ogoh-ogoh ini menggambarkan hukuman jika seorang pemimpin campah dengan ajaran Asta Brata.
10. Bhaktining Ibu Pertiwi Banjar Sudimara Kaja

ST Cantika Dharma, Banjar Sudimara Kaja, Kabupaten Tabanan, membuat ogoh-ogoh dengan tema Bhaktining Ibu Pertiwi. Tema ini memiliki makna bahwa setiap umat manusia harus menjaga Bumi (Ibu Pertiwi) sebagai tempat menjalani kehidupan. Ogoh-ogoh ini menggambarkan Ibu Pertiwi dalam dua wujud rupawan dan menyeramkan. Jika Mumi dijaga dengan baik, maka ia akan memberikan kehidupan yang baik. Sedangkan jika Bumi dirusak, ia akan memberikan bencana bagi umat manusia.
Melihat dari sketsa yang telah dibuat, menarik untuk ditunggu hasil akhir dari ogoh-ogoh yang akan dibuat. Apakah mirip dengan sketsanya, atau justru menjadi jauh lebih indah dari sketsa ogoh-ogohnya?