Sejarah Tari Baris Kelemat, Patungnya Ada di Pantai Seseh

Bali sebenarnya ada seni tari sakral yang tidak bisa dipentaskan secara sembarang, karena ini terkait dengan upacara adat. Contohnya,, Tari Baris Kelemat. Kamu mungkin masih asing mendengar nama tarian ini. Biar mengenal lebih jauh tentang tari sakral ini, kamu wajib menyimak artikel ini sampai habis, ya!
Berikut adalah fakta-fakta Tari Baris Kelemat yang dikutip dari laman Cemagi-badung.desa.id.
1. Sejarah Tari Baris Kelemat

Tari Baris Kelemat berasal dari Desa Cemagi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Desa Cemagi terdiri dari empat desa adat yaitu Desa Adat Cemagi, Desa Adat Mengening, Desa Adat Sogsogan, dan Desa Adat Seseh. Kata Kelemat berasal dari kata lemat yang berarti pisau. Kelemat juga diambil dari perlengkapan nelayan. Bentuknya mirip dayung dengan dua ujung, seperti senjata limpung.
Tari sakral ini konon diciptakan oleh sesepuh bernama I Mekel Menega pada abad XVII. Kisahnya berawal saat I Mekel Menega mencari ikan di tengah laut. Setiap mencari ikan, pancing yang digunakannya selalu putus. Ia kemudian bertanya kepada sulinggih (orang suci), di mana ia bisa mempasupati (memberi kekuatan suci) alat pancingnya tersebut.
Sang sulinggih memberitahu kepada I Mekel Menega, jika tali pancingnya kembali putus, sebaiknya buang saja ke laut. I Mekel Menega kembali memancing di tengah laut, dan tali pancingnya kembali putus. I Mekel Menega langsung membuang pancing tersebut ke laut.
Secara ajaib, tiba-tiba muncul seperti istana yang berada di bawah laut. I Mekel Menega kemudian menemukan seorang pelayan istana yang sedang menangis karena Ratu kerajaan tersebut sedang sakit. Singkat cerita, I Mekel Menega berhasil menyembuhkan Ratu tersebut dengan mencabut kail pancing yang menancap di bibir Ratu. Ia mendapatkan hadiah sebuah alat gamelan bernama bende dan lemat atau pisau kecil.
2. Kerajaan Mengwi menyerang Desa Cemagi untuk merebut bende dan lemat

Selama I Mekel Menega berada di kerajaan tersebut, warga Desa Cemagi mencari keberadaaanya. Ia dinyatakan hilang oleh warga, dan dibuatkan upacara ngaben. Saat upacara berlangsung, I Mekel Menega muncul di hadapan warga. Warga membatalkan upacara tersebut dan menyambut gembira kedatangannya.
I Mekel Menega menujukkan bende dan lemat pusaka yang diperolehya. Ia memotong selembar janur itu menggunakan lemat tersebut. Seketika, muncul emas dari potongan janur. Kabar senjata sakti ini terdengar hingga Kerajaan Mengwi. Raja memerintahkan warga Desa Cemagi menyerahkan bende dan lemat tersebut ke Kerajaan Mengwi.
Karena lama tidak mendengar berita dari Desa Cemagi, Raja memutuskan untuk menyerang desa ini. Warga Desa Cemagi memukul bende untuk menghalau pasukan Kerajaan Mengwi. Secara ajaib, muncul hewan-hewan melata beracun yang menyerang pasukan Kerajaan Mengwi. Kerajaan Mengwi akhirnya memutuskan untuk menarik pasukannya.
Beberapa hari kemudian, warga mempersembahkan bende dan lemat tersebut kepada Raja Mengwi. Untuk menghormati bende dan lemat, kelompok nelayan yang ada di Pantai Seseh mendirikan sebuah pura bernama Pura Benega. Saat peresmian Pura Benega, ditarikan sebuah tari baris yang diberi nama Tari Baris Kelemat. Tari ini berfungsi untuk menghormati bende dan lemat sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Pada awalnya, Tari Baris sakral ini disepakati oleh nelayan Cemagi, Sosogan, dan Seseh, yang berjumlah 125 orang anggota. Karena adanya pemekaran desa, Pura Benega dikelola oleh Desa Adat Seseh.
3. Perlengkapan Tari Baris Kelemat

Tari Bari Kelemat ditarikan pada saat Ida Sesuhunan (kekuatan suci) yang dipuja di Pura Benega tedun atau turun dari tempat penyimpanan (linggih) menuju ke pantai atau sumber mata air. Tari Baris Kelemat menggunakan perlengkapan yang sangat sederhana seperti saat pertama tari sakral ini dipentaskan. Perlengkapan tersebut seperti kancuh, yaitu tempat serokan untuk mengeluarkan air dari lambung jukung (perahu nelayan tradisional) yang berada di depan. Perlengkapan berikutnya adalah klemat berbentuk seperti dayung, yang kedua sisinya memiliki daun. Terakhir adalah pancer, yaitu setir jukung yang belum menggunakan mesin tempel.
Gamelan Gong Kebyar digunakan untuk mengiringi Tari Baris Kelemat. Alasannya karena gamelan ini pertama kali dimiliki oleh Desa Adat Seseh. Penarinya tidak memakai pakaian khusus, hanya pakaian adat Bali yang digunakan untuk persembahyanan saat itu. Seperti tari baris lainnya, semua penari adalah laki-laki, dan jumlahnya tidak pasti.
Tari Baris Kelemat dipentaskan atau ditarikan saat piodalan Pura Benega yang jatuh setiap Purnama Kapat (setahun sekali). Tari sakral ini sekarang menjadi ikon Desa Cemagi, khususnya Desa Adat Seseh. Saat berada di Pantai Seseh, kamu akan melihat Patung Tari Baris Kelemat.