Makam Keramat Raden Ayu Siti Khotijah. (YouTube.com/Cokober Channel)
Sebelum dibunuh, Raden Ayu masih sempat menyampaikan bahwa ia kala itu sedang beribadah secara Agama Islam, bukan melakukan ritual ilmu hitam. Ia juga meminta agar dirinya dibunuh menggunakan konde pusaka yang diberikan oleh Cakraningrat IV, karena hanya senjata itu yang bisa melukai tubuhnya. Konde tersebut diikat dengan daun sirih, serta dililitkan menggunakan benang tridatu (tiga warna yang terdiri dari merah, putih, dan hitam), sesuai permintaan Raden Ayu.
Raden Ayu juga berpesan apabila dadanya ditusuk dan mengeluarkan bau busuk, maka tubuhnya ditanam. Namun jika mengeluarkan bau harum, Raden Ayu meminta agar dibuatkan tempat suci. Mereka lalu menusuknya, dan tubuh Raden Ayu mengeluarkan asap yang berbau harum. Dari situlah pengawal dan patih membuatkan tempat suci di tempat tersebut. Gede Sedahan Gelogor, yang saat itu menjadi kepala urusan istana di Puri Pemecutan, mendapatkan tugas untuk merawat makam keramat tersebut.
Orang yang datang berziarah tidak hanya umat Muslim saja. Ada juga dari agama lainnya. Mereka juga berasal dari Bali dan luar Bali. Ziarah atau persembahyangan akan dipimpin atau diatur oleh juru kunci, yang bertugas di tempat suci tersebut.