Pura Beji Maospahit. (Dok. Pribadi/Ari Budiadnyana)
Pura Maospahit terdapat Pura Beji yang diberi nama Pura Beji Maospahit. Lokasi Pura Beji terletak kurang lebih 1 kilometer ke arah barat Pura Maospahit. Pura Beji ini memiliki kolam dengan arsitektur yang mirip dengan Candi Tikus di Trowulan. Kolamnya memiliki 11 pancuran atau pancoran.
Jro Mangku Gede menuturkan, selain digunakan sebagai tempat melukat, pura ini merupakan tempat pesiraman Ida Sesuhunan yang ada di Pura Maospahit. Di pura ini terdapat buluk atau sumur tua yang konon dari cerita turun temurun merupakan jejak kaki dari Sri Kebo Iwa. Air yang ada di dalam sumur tidak pernah habis walaupun bentuknya kecil.
Pura Beji Maospahit diyakini dijaga oleh ribuan pasukan gaib atau wong samar pimpinan Ratu Ngurah Panji Landung.
"Sekitar tahun 1970-an ada kejadian. Beberapa anak-anak SD yang ada di sebelah areal pura ini sempat menghilang kurang lebih selama seminggu. Setelah menghaturkan upakara di Pura Beji Maospahit, barulah anak-anak tersebut bisa kembali lagi," tutur Jro Mangku Gede.
Pura Maospahit disungsung oleh 350 kepala keluarga (KK) yang tersebar di Kota Denpasar, Kabupaten Bangli, Kelurahan Serangan-Kota Denpasar, Kelurahan Sanur-Kota Denpasar, Kecamatan Mengwi-Kabupaten Badung, dan Kedungu-Kabupaten Tabanan. Piodalan (Upacara besar) di pura yang memiliki luas kurang lebih 77 are ini dilaksanakan setiap dua kali dalam setahun. Yaitu pada Purnama Jyesta untuk Candi Raras Maospahit, dan Purnama Kelima untuk Candi Raras Majapahit.