Suasana alami di Desa Baha. (Desabaha.badungkab.go.id)
Setiap desa di Bali memiliki satuan kelompok masyarakat yang disebut dengan nama banjar. Termasuk Desa Baha, juga memiliki beberapa banjar. Masing-masing punya sejarah yang berhubungan dengan perjalanan ekspansi Raja Mengwi, Cokorda Dimade. Setelah api padam, raja dan pasukannya kembali melanjutkan perjalanan ke wilayah Ayunan. Mereka rabas hutan lebat untuk memperlancar perjalanannya.
Oleh raja, area yang dirabas tersebut diberi nama Desa Penyabetan, dan kini dikenal sebagai Banjar Pengabetan. Nama Penyabetan diambil karena untuk membuka hutan hanya memakai sabetan senjata saja. Raja dan rombongan kemudian melanjutkan perjalanan ke Utara dan memberikan mandat kepada seorang pasukan yang diberi gelar Arya Kedua. Wilayah tersebut kini bernama Banjar Kedua.
Saat Arya Kedua dan pasukannya diberikan wilayah kekuasaan, mereka langsung bersorak-sorai secara bergemuruh (gegaran), dan kini menjadi Banjar Gegaran. Setelah hampir mendekati daerah musuh, rombongan Kerajaan Mengwi mulai mencoba seluruh persenjataannya. Saat itu terdapat suara bedil yang sangat keras, sehingga kini disebut dengan Banjar Bedil.
Untuk persiapan selanjutnya, rombongan beristirahat di sungai dan mandi. Saat itu, raja menerima dua laporan. Bahwa pasukan dari Utara dan Selatan telah selesai mandi, serta telah mengenakan busana. Tempat itu kini bernama Banjar Busana Kaja dan Banjar Busana Kelod.
Setelah semua pasukan siap, Raja Mengwi memerintahkan untuk mendekat ke arah wilayah Ayunan. Saat itu terdapat isyarat agar semua pasukan tiarap atau jongkok. Tempat tersebut kini bernama Banjar Cengkok.