Kedatangan kolonial Belanda ke Bali menjadi satu biang kerok punahnya Harimau Bali. Bangsa Eropa pada tahun 1920an menjadikan perburuan harimau sebagai olahraga dan hobi yang menguntungkan. Apalagi kulit harimau memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Ditambah dukungan masyarakat Bali, yang pada masa itu ingin membuka lahan pertanian di hutan. Sehingga mendukung perburuan Harimau Bali secara masif para kolonial.
Berbekal senapan, tidak sulit bagi kolonial dan masyarakat untuk melakukan perburuan harimau secara masif. Apalagi jelajah harimau dan habitatnya di Bali tidak terlampau luas.
Pada tahun 1930an, spesies Harimau Bali semakin jarang ditemui dan dinyatakan punah tanggal 27 September 1937. Spesies betina terakhir terdokumentasi tertembak pemburu di hutan Sumberkima, Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.
Kini, spesies Harimau Bali yang telah diawetkan hanya bisa kamu temukan di Museum Zoologi Bogor. Sang Mong yang legendaris juga terdokumentasi abadi dalam bentuk ornamen patung hingga lukisan di Bali.
Masa lalu Sang Mong menjadi pelajaran berharga bagi kamu, supaya selalu menjaga spesies yang sekarang masih ada dan terancam punah di Bali. Burung Jalak Bali, misalnya.