Prosesi dalam Tari Cupak. (dok. Gus Cupak)
Sangat sedikit seniman atau pregina atau bisa dikatakan jarang mau menarikan Tari Cupak. Penyebabnya karena karakter Cupak digambarkan sebagai sosok yang negatif, sehingga membuat penarinya menjadi malu.
Selain itu, dalam menarikan tarian ini, terdapat banyak godaan-godaan atau tantangan-tantangan secara spiritual maupun nonspiritual, yang bisa mendatangkan bahaya bagi penarinya. Satu di antaranya selama prosesi makan babi guling.
Menurut Gus Cupak, ia berkali-kali mengalami gangguan secara gaib seperti babi guling yang tiba-tiba menjadi basi, babi guling yang berisi ulat belatung, dan bahkan pernah ada babi guling yang berisi tujuk gigi dan bulu di bambu atau sering disebut dengan nama medang bambu.
"Saya hanya berserah dengan tiga kekuatan suci Bhagawan Sakti saja, yang saya percaya akan melindungi saya saat menarikan tarian sakral ini. Saat mengetahui ada hal-hal tersebut, saya tetap memakannya. Syukurnya tidak terjadi sesuatu yang buruk bagi diri saya," kenang Ketua Listibya Kecamatan Kuta Utara ini.
Gus Cupak berharap ada lebih banyak lagi anak muda seperti dirinya yang menarikan tarian sakral ini sehingga tidak sampai punah.
"Tidak perlu takut atau malu. Saya sebagai pregina Tari Cupak selalu siap untuk membimbing siapa saja, terutama dari kalangan anak muda yang mau belajar tari sakral ini demi melestarikan seni dan budaya Bali," ungkap Gus Cupak dengan penuh harap.