Kegiatan inovasi di SMK PGRI 2 Badung (Dok.IDN Times/SMK PGRI 2 Badung)
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan PGRI 2 Badung di Provinsi Bali sebentar lagi akan memamerkan karyanya di Hotel Kartika Plaza, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Senin (21/11/2023). Yaitu mobil konversi. Keikutsertaannya ini adalah permintaan dari komunitas penggemar motor listrik, dan mobil listrik untuk menampilkan karya inovasi yang terbarukan. Tapi kesampingkan dulu pembahasan karya-karya mereka. Sebab penasaran banget, kenapa siswa SMK dituntut untuk berinovasi terus-terusan ya?
Menurut Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) PGRI 2 Badung, I Gusti Ketut Sukadana, hal yang ia anggap penting soal inovasi adalah perubahan mindset guru, dan pegawai SMK PGRI 2 Badung lebih dulu. Mengapa demikian? Karena anak-anak saat ini tidak harus dicekoki keilmuan terus-menerus. Guru dituntut untuk memberikan perhatian terkait inovasi yang meningkatkan kreativitas anak-anak. Sehingga mereka juga bisa menemukan hal-hal terbaru dalam inovasi tersebut.
“Kami sebenarnya inovasi perubahan mindset guru, dan pegawai yang sebenarnya lebih penting bagi kami, di sekolah kami. Kenapa demikian? Pusat belajarnya kan ada di anak-anak. Artinya, semua guru harus fokus kepada anak ini, setelah tamat akan menjadi apa dia?” ungkapnya.
Untuk lebih mematangkan para siswa, pihak sekolah juga memiliki program Teaching Factory, atau pembelajaran berbasis industri. Pihaknya bekerja sama dengan Astra Honda, yang kemudian dipasangkan dengan bengkel sepeda motor Ahass Kembang Motor di Mengwitani. Para siswa ini kemudian diberi tanggung jawab merawat sekitar 450 unit kendaraan bermotor milik keseluruhan siswa SMK PGRI 2 Badung. Mereka diminta merawat setiap hari secara bergiliran.
“Kita ada teaching factory. Pembelajara berbasis industri. Jadi kami membuka bengkel resmi Honda di sekolah. Dikelola oleh Kembang Motor,” katanya.
Para siswa tersebut juga diperkenankan merawat sepeda motor keluarganya yang rusak untuk dibawa ke sekolah. Sehingga bisa diperbaiki oleh mereka, dan biayanya tidak begitu mahal. Begitu juga dengan kendaraan mobil milik guru-guru.
“Anak-anak lebih suka sepedanya diservis di sekolah sembari belajar sebelum terjun magang di Ahass-Ahass di Bali,” jelasnya.
SMK PGRI 2 Badung punya 3 jurusan di antaranya Teknik dan Bisnis Sepeda Motor, Teknik Kendaraan Ringan Otomotif, dan Multimedia. Saat ini tercatat sebanyak 560 siswa yang bersekolah di SMK PGRI 2 Badung. Selain kompetensi sesuai jurusan, para siswa diajarkan inovasi terbarukan lainnya. Seperti memproduksi dupa herbal yang bahannya dari Kalimantan, jamur krispi untuk memanfaatkan jamur tiram yang simpan segarnya sangat rendah.
“Kami memberikan ketrampilan inovasi lain selain kompetensi mereka. Bagaimana mereka bisa membuat dupa herbal gaharu. Jadi kami sudah memproduksi itu, terus dipasarkan. Jadi kita tidak hanya membuat produk saja, tetapi kita harus mampu memasarkan,” katanya.
Lalu dari mana pendanaan seluruh kegiatan inovasi di sekolah ini? Untuk melakukan inovasi-ivonasi tersebut, Sukadana mendapatkan dana BOS, yang senilai Rp2.200.000 per anak per tahun. Ditambah Dana dari Komite yang disisihkan untuk kebutuhan-kebutuhan mereka.
“Dana itu sudah diatur oleh pemerintah pengunaannya untuk apa, kalau untuk pembelajaran bisa displit. Kami ambil dana dari sana,” jelasnya.
SMK ini sudah ditetapkan menjadi SMK Pusat Keunggulan, pembiayaan proyek-proyek, dan kegiatan operasional sekolah yang bantuannya dari pemerintah pusat. Tetapi bantuan pendanaan ini diungkapnya berakhir hingga Desember 2023. Selanjutnya pemerintah pusat berharap agar tanggung jawab ini diambil alih oleh pemerintah daerah.
“Kan ada Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diberi pusat ke daerah. Itu mestinya yang harus dipakai. Sekarang tergantung siapa gubernurnya. Sekang SMA SMK kan ada di Provinsi,” ujarnya.