Perbedaan Sugihan Jawa dan Sugihan Bali, Beserta Maknanya

Umat Hindu merayakan Hari Raya Galungan pada Rabu, Kliwon, Wuku Dungulan. Biasanya mereka menyelenggarakan serangkaian persembahyangan sebelum puncak hari raya. Satu di antaranya Hari Raya Sugihan Jawa dan Sugihan Bali.
Kedua hari raya itu dilaksanakan seminggu sebelum Galungan. Walaupun sama-sama Sugihan, namun keduanya mempunyai makna yang berbeda. Berikut ini perbedaan Sugihan Jawa dan Sugihan Bali, merujuk jurnal penelitian "Agama Vidya Samhita, Upacara dan Makna Filosofis Hari Raya Sugian Jawa dan Sugian Bali", yang ditulis oleh Wayan Musna.
1. Sugihan Jawa
Sugihan memiliki makna pembersihan. Sugihan Jawa jatuh pada hari Kamis, Wage, Wuku Sungsang. Menurut Lontar Sundarigama, Sugihan Jawa memiliki makna menyucikan Bhuana Agung atau alam makrokosmos. Lontar tersebut mengungkapkan, Hari Sugihan Jawa merupakan "Pasucian Dewa Kalinggania Pamrastista Batara Kabeh". Artinya, hari penyucian semua Dewa atau Bhatara sebagai kekuatan suci Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Dalam pelaksanaannya, umat Hindu melakukan upacara untuk membersihkan segala tempat dan peralatan upacara di masing-masing tempat suci. Persembahan atau sarana upacara yang dihaturkan adalah Sesayut Tutwam, yang berguna untuk menarik kebahagiaan. Tentunya, pelaksanaan upacara Sugihan Jawa lebih besar dari Sugihan Bali.
Selain itu secara turun-temurun, pelaksanaan kedua sugihan ini dikaitkan dengan keturunan. Bagi umat yang dahulunya adalah keturunan warga Jawa (Majapahit) merayakan Sugihan Jawa. Sedangkan umat yang memang keturunan asli Bali (Bali Mula), merayakan Sugihan Bali.