Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App

Age Verification

This content is intended for users aged 18 and above. Please verify your age to proceed.

unsplash.com/Dainis Graveris

Kekerasan seksual kepada anak yang dilakukan oleh pelaku anak di bawah umur masih sering terjadi. Belum lama ini kejadian tersebut dialami oleh seorang pelajar putri asal Kabupaten Buleleng. Ia menjadi korban kekerasan seksual dari 9 orang pelaku, enam di antaranya anak di bawah umur.

Kasus-kasus kekerasan seksual melibatkan anak-anak ini memang memerlukan perhatian khusus dari semua pihak. Dosen Program Studi Psikologi, Universitas Bali Internasional, Aritya Widianti, kepada IDN Times pada Kamis (5/11/2020), menjelaskan bahwa pendidikan seks kepada anak-anak perlu dilakukan sedini mungkin. Hanya saja caranya tentu berbeda-beda, disesuaikan kembali dengan rentang usianya.

“Antara anak 5 tahun dengan anak usia 12 tahun, 10 tahun, itu berbeda. Karena kalau di psikologi, otaknya anak-anak ini beda-beda. Ada stage-stage-nya. Misalnya merujuk pada teori kognitifnya seorang psikolog dari Prancis itu, jadi ada usia-usia tertentu itu kapasitas kognitifnya berbeda-beda,” jelasnya.

1.Pendidikan anak usia dini lebih tepat dengan visual

pixabay.com

Perempuan yang juga membuka praktik mandiri psikolog dengan Kepeminatan Anak-Remaja dan Keluarga serta praktik bersama psikolog dan psikiater di Denpasar Mental Health Centre ini menjelaskan bahwa pendidikan seks pada anak usia dini lebih mudah menggunakan visual misalnya buku cerita, video atau menggunakan boneka atau gambar. Cara ini dinilai lebih mudah dipahami oleh anak-anak.

“Tentunya kalau anak usia dini akan lebih mudah dengan bantuan misalnya dengan visual. Misalnya ngasih stiker bagian badan mana sih yang nggak boleh ditunjukkan, dipegang, atau misalnya difoto,” jelasnya.

2.Pendidikan seks bagi remaja lebih mudah dan menantang

Editorial Team

Tonton lebih seru di